Sebahagianya-bahagianya aku yang sudah bebas dari orang tua, perasaan home sick selalu menghantui. Menghujami kesendirianku yang sunyi dalam kamar kos nomor 27. Untuk mengatasi itu, aku selalu vidcall teman-teman SMA-ku yang sekarang sudah kuliah di berbagai PTN di Jawa.
Kami bercerita tentang lingkungan kuliah masing-masing. Mereka yang kuliah di UGM menceritakan betapa berat tugas ospek di kampusnya. Mereka yang kuliah di UNS menceritakan betapa murahnya makanan di Solo. Dan aku yang kuliah di Unpad menceritakan tentang betapa kesepiannya aku di sini.
---
Begitu mahasiswa bebas dari orang tua, mereka ingin mencoba segala sesuatu yang dulunya dilarang ketika masih SMA. Inilah masa coba-coba, biar kelihatan rebel. Aku akan menjabarkan beberapa kelakuan nakal yang mencirikan maba semester satu:
Pertama, mewarnai rambut. Mereka mewarnai rambut sebagai ekspresi kebebasan, maklum waktu SMA ada peraturan tidak boleh mewarnai rambut. Ini pembalasan dendam. Hari pertama aku kuliah, aku melihat batok kepala mahasiswa sudah berwarna-warni: ada yang berwarna merah, biru, kuning, hijau... persis seperti anak ayam yang dijual di alun-alun kabupaten.
Pernah terbesit di pikiranku untuk mewarnai rambutku dengan warna biru, tapi aku urungkan karena terlihat seperti homo.
Kedua, manjangin rambut. Maklum dulu waktu SMA kalau ke tukang cukur tidak ada model lain selain 'Rapihin aja mas'. Memiliki rambut panjang adalah kebanggan tersendiri bagi cowok. Namun ada dua kemungkinan mengapa cowok memanjangkan rambutnya: alasan pertama, transisi menjadi anak nakal. Alasan kedua, transisi menjadi anak perempuan.
Aku lebih banyak menemukan alasan kedua.
Ketiga, merokok. Bagaimana cara biar kelihatan keren secara instan? Ya dengan merokok. Padahal seorang kelihatan keren pas lagi merokok cuma ada di film-film. Terlebih lagi mereka ganteng! Kecuali kalian seganteng Sean Connery atau Curt Cobain, mending tidak usah merokok.
Di SMA N 1 Temanggung, merokok merupakan kenakalan yang cuma dilakukan oleh anak geng. Setelah sampai Unpad, aku kaget sampai kejang-kejang saat melihat perempuan merokok. Kesampingkan dulu opini kalian tentang kesetaraan gender, karena memang jarang sekali aku melihat pemandangan seorang perempuan merokok.
Tapi jangan salah, semeter satu aku pernah coba-coba merokok. Biar apa? Biar kelihatan keren (sungguh alasan bodoh untuk merokok). Meski mencoba rokok rasa-rasa, aku tetap tidak merasakan letak di mana enaknya merokok. Yang ada nafasku malah jadi bau comberan.
Keempat, mencoba alkohol. Setan membuat segala yang dilarang nampak menggiurkan. Tak sedikit umat Nabi Muhammad yang jatuh di perangkap saiton ini. Jenis alkohol yang paling populer di kalangan mahasiswa adalah: anggur merah Orang Tua, Intisari, dan soju yang botolnya hijau. Aku tidak tahu mereka belinya di mana, tidak ada toko yang secara terang-terangan menjual alkohol di Jatinangor.
Meski alkohol sulit didapat, setan selalu menunjukkan jalannya.
Acara minum-minum ini semakin gencar ketika ada acara kampus. Sebuah pepatah Tiongkok mengatakan: "Di mana ada event kampus, di situlah ada alkohol". Percayalah, pepatah itu benar adanya. Selalu ada seorang pentolan yang membawa alkohol saat event kampus. Biasanya yang menjadi pentolan buat mabok adalah mereka yang beragama Islam.
Mereka menegak alkohol sekadar untuk coba-coba atau sebagai pelampiasan masalah (yang mana tidak masuk akal). Aku pernah ikutan nongkrong di kos-kosan temen tengah malam. Temanku habis diselingkuhin, dia curhat sambil minum Intisari seperti minum Nutrisari. "Biar masalahnya hilang" katanya. Tapi apakah masalah itu benar-benar hilang? Aku ragu.
Seorang teman yang sudah setengah teler menawariku satu sloki Intisari, "Coba dulu, paling cuma 40 hari". Sekilas aku ingin mencoba, tapi aku menolaknya, sebab sumber utama kegagalan manusia terletak pada ketidaksabaran: barang siapa mencoba alkohol di dunia, mereka tidak akan mencicipi nikmatnya alkohol di akhirat.
Teruntuk Bapak dan Ibuk, ini pengakuan dari lubuk hatiku yang terdalam: Aku tidak pernah setetespun mencicipi alkohol.
---
Manusia memiliki kecenderungan untuk berkelompok sesuai dengan kesamaannya. Begitu juga di jurusanku, kami berkelompok membuat sebuah sirkel. Tipikal kelompoknya persis seperti yang ada di film rom-com Amerika: The Elite (mereka yang mengontrol kelas, mereka adalah para opinion leader), The Geeks (mereka yang sibuk mengejar IPK, kalau dapat nilai B nangisnya seminggu), The Smart-ass (mereka yang sudah mikir lanjut S2 padahal baru semester satu), The Corporate (mereka yang anak organisasi, biasanya menyalahkan organisasi ketika IPK jeblog), The Rebel (mereka yang menganggap kuliah sebagai pintu menuju kebebasan), The Weirdos (mereka yang mengaku punya kekuatan naga dalam tubuhnya), The Army (mereka yang suka sama boyband Korea), The Dynamic Duo (mereka yang pacaran), dan The Lone Wolf (mereka yang sendiri).
Aku.