O9 :: care

13 2 0
                                    

Jiheon langsung membopong tubuh Jay menuju sofa dan membaringkannya di sofa. Kemudian dia mengecek dahi Jay yang ternyata panas.

Jay demam dan tidak ada orang di rumah, dia pun tidak tau harus berbuat apa.

Satu-satunya yang terpikir olehnya adalah mengompres Jay. Lalu Jiheon mengambil handuk dan air dingin.

Ketika Jiheon sedang mengompres Jay, matanya terbuka dan dia sadar.

"Jiheon..." lirih Jay dan memegang tangan Jiheon yang membuatnya berhenti dari aktivitas mengompresnya.

"Kenapa kakak bisa sakit?" Jiheon sendiri heran. Jay adalah orang yang hampir tidak pernah sakit di rumah ini. Bagaimana bisa hanya karena hujan dia menjadi demam.

Jay merubah posisi menjadi duduk sambil memegang kepalanya yang terasa berat dan pusing.

"Ada sesuatu yang gak bisa kakak ceritain. Tapi, kakak harap kamu gak marah sama kakak. Kakak tau perasaan kamu sekarang, kakak juga gitu. Kakak akan berusaha supaya kamu bisa hidup tenang. Kakak sayang kamu, jadi jangan marah ke kakak lagi, ya?"

Jiheon tidak menjawab.

"Kakak tiduran di kamar kakak ya, aku cariin obat buat kakak." Jiheon melepaskan tangan Jay dan pergi ke dapur mencari kotak obat-obatan.

Jay menaiki tiap anak tangga dengan pelan sambil memijat-mijat kepalanya. Sampai di kamarnya, dia langsung membaringkan diri dan meringkuk.

Tak lama Jiheon datang membawa obat penurun panas dan segelas air putih untuk Jay.

"Kak, minum obat dulu."

Jay bangkit dari tidurnya dan meminum obat itu lalu langsung tidur lagi. Sementara Jiheon diam beberapa menit mengamati Jay kemudian menyelimutinya dan memijat pelan kepalanya.

Jay terlihat sudah tidur dan saat itulah Jiheon mengatakan hal yang ingin di dengar Jay.

"Maafin aku kak, aku tau selama ini kakak yang paling perhatiin aku walaupun kakak keliatan cuek. Tapi aku malah percaya omongan kak Sunwoo yang udah pernah jahatin kakak dulu. Maaf kak."

Jiheon menutup pintu kamar Jay dan masuk ke kamarnya sendiri untuk membersihkan diri. Setelah selesai, dia mengambil burger dan kentang yang tadi sempat dia beli sebelum pulang ke rumah lalu membawanya untuk Jay.

Saat sedang berjalan menuju kamar Jay, Jiheon melihat sesuatu dari balik jendela bersamaan dengan petir yang menyambar.

Sontak Jiheon berteriak karena dia takut dengan petir.

Dan suara itu membangunkan Jay dari tidurnya dan dia berlari keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi pada Jiheon.

"Jiheon!"

Jay mendekap tubuh Jiheon yang menggigil ketakutan.

"Kamu jangan takut lagi, kakak disini."

[  families  ]

Brakk.

Tubuh gadis kecil terjatuh karena tersandung kaki salah satu siswi.

"Ups, sorry."

Matanya mengeluarkan sorot mata tajam, bibirnya menyeringai menatap gadis kecil itu, Jiheon.

Dia hanya bisa merintih kesakitan.

"Ambilin tuh jus mangga." Perintahnya ke salah satu siswa yang termasuk sekongkolannya.

Setelah jus mangga dingin itu ada di tangannya, dia menumpahkan jus tersebut ke kepala Jiheon yang membuatnya menjadi menggigil.

Seseorang yang melihat kejadian itu dari jauh mengepalkan tangannya erat. Dia merasa marah, kesal dan geram. Tentu saja, siapa dia berani mengganggu Jiheon? Jay akan membereskannya.

"Liat aja lo ya."

Keesokan harinya, Jay mendatangi segerombolan anak-anak yang membully Jiheon. Dia menghajar mereka satu-satu tanpa peduli erangan kesakitan mereka.

"Itu balasan karena udah ganggu Jiheon kemarin, dan kalian semua harus minta maaf sama Jiheon! Kalo gak, gue abisin kalian!"

Jay yang pada saat itu sudah duduk di bangku SMP, tentu membuat takut anak-anak yang berada di bawahnya.

Jay kembali ke rumah, dia membuka perlahan pintu kamar Jiheon dan melihatnya tertidur dengan meringkuk kedinginan. Jiheon sakit karena mereka, dan karena itu juga Jiheon menjadi tertutup kepada orang luar.

Dan sejak saat itu juga Jay selalu membalas perbuatan jahat orang-orang yang mencelakai Jiheon. Namun karena itulah semua orang menjauhi Jiheon, karena mereka takut pada Jay.

Walaupun Jiheon merasa tenang dan tidak ada yang membullynya, dia tetap merasa sepi karena tidak memiliki teman.

Hanya ada satu orang yang mau mendekatinya disaat-saat seperti ini. Yaitu Ahn Yujin.

Perempuan yang di mata semua orang adalah seperti malaikat.

Jiheon tentunya setuju dengan pemikiran itu. Karena Yujin lah, setidaknya masa-masa remajanya terasa lebih baik. Walaupun mereka tidak terlalu dekat dan baru bertemu lagi sejak terakhir kali di sekolah menengah pertama tingkat kedua.

Anehnya, setelah itu Yujin tiba-tiba tidak ada kabar dan karena itulah Jiheon kaget saat Yujin muncul lalu mengetuk pintu mobilnya dengan keadaan baik-baik saja.

Setelah memuja-muja Yujin, teman-teman sekolah mereka malah menggosipkan banyak hal aneh dan buruk tentangnya setelah muncul rumor kalau Yujin adalah salah satu anggota mafia yang pada saat itu sedang dicari keberadaannya.

Ada juga yang mengatakan kalau Yujin adalah orang yang menyebabkan salah satu siswa menghilang tiba-tiba pada saat kemah.

Tapi, Jiheon menepis itu semua. Dia yakin bahwa Yujin adalah orang yang baik.

fami(lie)sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang