O1 :: jiheon's sadness

77 7 0
                                    


"Ryujin! Argh! Sialan lo!"

Yang barusan berteriak adalah Sunwoo. Dia begitu karena Ryujin mengambil bekal sandwichnya kemudian menjulurkan lidahnya---mengejek Sunwoo, lalu berlari ke garasi rumah.

Sunwoo berdecak kesal lalu melanjutkan aktivitasnya yaitu mengikat tali sepatu. Hingga ketika dia mau berdiri, seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"Kak, mau ambil punya ku aja nggak?" Sunwoo mendongak ke atas, menatap cewek manis yang sedang tersenyum dan menjulurkan bekalnya ke Sunwoo.

Sesaat kemudian dia menggelengkan kepalanya dan melangkahkan kakinya ke garasi rumah juga, menyusul adik-adiknya yang sudah bersiap untuk pergi ke sekolah.

Jiheon menghembuskan nafas pelan.

Nggak apa-apa, dia sudah biasa dengan perilaku keluarganya ini kepadanya.

Ia pun juga pergi ke garasi. Begitu tiba di garasi, kakak-kakaknya yang semula berbincang-bincang, tiba-tiba ketika dia datang mereka semua langsung masuk ke mobilnya dan pergi meninggalkan dia sendirian di garasi yang luas dan gelap itu.

Entahlah, kadang Jiheon bingung. Kenapa hampir seluruh rumahnya berwarna gelap?

Tentu saja pengecualian untuk kamarnya yang bernuansa putih.

Jiheon pun meletakkan tas nya di kursi samping kemudi dan menginjak pedal gas mobil menuju sekolah.

•••

Di sekolah, Jiheon nggak memiliki teman sama sekali. Nggak ada yang berani berteman dengannya. Mungkin karena latar belakang keluarganya yang terkenal tegas dan kejam.

Iya, kejam.

Kalian bakalan tau nanti.

Saat di sekolah juga kakak-kakaknya nggak akan menyapanya, seperti saat sekarang ini. Jiheon berpapasan dengan Lia, tetapi Lia hanya melewatinya begitu saja. Meliriknya saja nggak sama sekali.

Jiheon menjadi sedih. Kenapa keluarganya begitu aneh? Jiheon menunduk sedih.

Kadang Lia sangat baik kepadanya, sangat memperhatikannya dan sekali-kali dimalam hari Lia akan duduk bersama Jiheon di balkon kamarnya untuk bercerita tentang hal apapun.

Tapi dilain waktu juga ia menjadi begitu cuek dan dingin seperti Jay. Wajahnya yang biasanya ramah menjadi datar. Lia yang biasanya tersenyum padanya kini malah terlihat seperti membencinya. Perubahan sikapnya membuat Jiheon merasa aneh.

Sayangnya itu hanya berlaku untuk Jiheon.

Jiheon pun melanjutkan langkahnya ke perpustakaan untuk membaca buku. Membaca buku adalah salah satu hobi Jiheon, selain menambah wawasan, dengan membaca buku setidaknya ia jadi melupakan sedikit kesedihannya.

"Eh, ada Jiheon! Buruan pergi!"

Bisik cowok yang duduk di depan kelasnya lalu berlari. Cowok ataupun cewek, semuanya pergi ketika Jiheon lewat. Padahal cuma lewat aja lho?

Dia menunduk dan meremas ujung rok nya. Jiheon udah nggak tahan lagi.

Dia berlari ke belakang sekolah, dimana nggak ada satupun orang disana. Jiheon menghirup udara sebanyak-banyaknya seakan-akan dia nggak akan bernafas lagi.

Jujur, Jiheon capek dengan keadaannya. Dia mulai terisak.

"Kenapa sih hidup ku gini?" Monolognya.

"Apa aku bunuh di---"

Belum sempat Jiheon melanjutkan ucapannya, seseorang memotong. "Ngapain?"

Jiheon sangat kenal dengan suaranya, dia adalah Jay. Buru-buru dia menghapus air matanya dan tersenyum menatap Jay yang berdiri di depannya dengan kedua tangan di saku celana.

Tak lupa wajah datar khas seorang Jay.

"Kalo ditanya tuh dijawab, bukan diem aja."

"Tapi kan aku udah senyum kak."

"Ngeselin amat sih." Jay kemudian berdecak.

"Aku tanya kamu ngapain disini sendirian? Nggak punya temen apa gimana?" Tanya Jay sarkas.

Air bening kembali keluar dari manik indah Jiheon, tapi dia menghapusnya lagi.

"Nggak apa-apa kak, cuma lagi pengen sendiri aja."

"Kakak juga ngapain disini?" Jay pergi dari sana tanpa sepatah kata pun.

Tapi sebelum benar-benar pergi dia bilang sesuatu ke Jiheon. "Jangan sendirian disini, bentar lagi jam istirahat selesai. Kalo mau bolos ke rooftop aja, karena pasti bentar lagi banyak cowok nongkrong disini."

Kemudian Jay menghilang dari pandangan Jiheon.

Diam-diam Jiheon tersenyum. Ternyata Jay nggak sepenuhnya berubah karena hal itu.

Jiheon berjalan ke kelasnya, nggak mungkin dia mengikuti kata-kata Jay untuk bolos di rooftop.

Tapi dia jelas tau kalo Jay akan bolos bersama Ryujin.

fami(lie)sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang