Dasar Banci!

53 22 47
                                    

Happy Reading

.

.

.

Seisi kantin beralih melihat kejadian di mana seorang murid baru di sekolah mereka dengan beraninya menepis tangan seorang badboy bahkan melawannya.

Bisik-bisik dari seisi kantin mulai terdengar, ada yang mengatakan jika Kinara akan berada dalam bahaya, Kinara tidak akan tenang selama sekolah di sini, bahkan ada juga yang mengatakan bahwa Kinara cepat atau lambat akan di keluarkan dari sekolah.

Akan tetapi Kinara sama sekali tidak memperdulikan apa yang mereka bisikan, karena apa? Karena ia tidak memiliki salah apapun. Niatnya hanya ingin bersekolah bukan menjadi babu orang lain.

Terlihat Agung mengepalkan tangan kanannya hendak meninju Kinara tapi dengan sigap Kinara menahan tangan Agung. "Lo mau tinju seorang cewek di kantin yang banyak orang kayak gini? Gak malu lo?"

"Ini sekolah milik bokap gue jadi semua hak ada di gue, mau gue ngapain juga ga bakal ada yang ngelawan."

Tangan Agung sudah di turunkan.

Kinara melangkah tepat berada di hadapan Agung, ia menunjuk wajah Agung. "Mentang-mentang jadi anak yang punya sekolah semaunya aja berbuat yang nggak-nggak sama orang cih gak guna lo hidup."

"Lo yang gak guna hidup bangsat!" bentak Agung sedikit mendorong tubuh Kinara.

"Cih gue berguna dong. Lo? Apa yang di banggain dari diri lo yang sekedar pembuat onar hahaha lawak lo." dengan beraninya Kinara mendorong tubuh Agung.

Agung semakin marah, wajahnya sudah memerah menahan kekesalan. Kenapa? Kenapa Kinara semakin berani padanya, kemana Kinara yang selalu patuh pada perintahnya, dan kemana Kinara polos.

Melihat keterdiaman Agung, Kinara kembali mengeluarkan unek-uneknya pada Agung. "Kenapa? Kaget sama gue yang sekarang? Lo pikir setelah tiga tahun lo ngejadiin gue babu lo terus, sekarang gue akan mengulangi kejadian bodoh itu lagi? Gue patuh sama tindakan lo lagi itukan yang lo mau?"

'shit awas lo Kinara.' batinnya

"Buat semua penjuru kantin dengerin gue! Lihatlah pembuat onar ini, lihatlah keterdiamannya hahaha lucu banget kan. Tertawa dong, kapan lagi kalian liat Agung terdiam kayak sekarang ya nggak? Iyalah masa enggak. Denger ya tuan Agung yang merasa paling terhormat sejagat raya, Kinara yang dulu udah mati, sekarang hanya ada Kinara yang baru."

Agung masih terdiam mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Kinara. Sial mana sekarang ia lagi sendiri mana sanggung ia melawan seisi kantin yang banyak orang.

'huuu masa di gertak gitu aja udah takut cemen lo katanya preman.'

'woi lo gak tahu? Dia mah kalo ada komplotannya baru berani ngelawan.'

'hahaha kasian ya dia komplotannya pada gak masuk jadi kayak anak ayam yang kehilangan induknya.'

'woi anak baru lo keren anjir.'

Teriakan demi teriakan di lontarkan oleh seisi kantin. Mereka mengeluarkan semua kata yang tepat untuk di tujukan pada Agung.

"Diam lo semua!" teriak Agung. "Gue aduin sama bokap gue, detik itu juga kalian semua bakal di keluarin dari sekolah ini!"

Seisi kantin kembali terdiam.

Semuanya ketakutan mendengar perkataan Agung, tak terkecuali teman-teman Kinara mereka juga begitu takut.

"Dasar anak Mami Papi taunya ngadu aja. Gak berubah lo dari dulu, anak manja huuu." Kinara mengejek Agung tepat di hadapan wajahnya.

Plak!

Tamparan mengenai wajah Kinara. Tentu ia sangat marah atas kelakuan Agung.

"Wah lo berani banget yah tampar wajah gue. Rasain ini mati lo sekalian. Dasar Banci!"

Kinara menendang alat kelamin Agung dengan sangat kuat, Agung merintih kesakitan setelah itu pergi meninggalkan seisi kantin.

Di rasa sudah mereda Kinara kembali duduk meminum minumannya yang tersisa sedikit lagi. Berbeda dengan semua temannya mereka masih speechless atas apa yang terjadi barusan.

Vindra dan Marsel berdiri hendak meninggalkan tempat duduk mereka namun di urungkan setelah tatapan tajam Kinara di arahkan pada mereka berdua.

"Kenapa lo natap kita kayak gitu?" tanya Marsel.

Kinara balik bertanya. "Mau kemana?"

"Mau anu lah pergi ke anu." Marsel menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Anu apa? Yang jelas kalo ngomong!"

"Ke kelas ... yah ke kelas maksudnya. Yah itu Ra maksudnya, iya kan Vin?" tanya Marsel melihat ke arah Vindra.

Sedangkan Vindra hanya menganggukkan kepalanya.

"Lo takut sama gue?" tanya Kinara yang aneh melihat gelagat Marsel.

"Nggak ... kita gak takut kok. Yah berani dong, kita kan jantan masa takut sama betina," ujar Marsel.

"Aelah Bang-Bang dari suara lo aja udah ke gambar kalo lo takut sama gue."

"Abang?" tanya Marsel Aneh.

"Lo kakak kelas gue kan? Ya gue panggil Abang lah Salah kah?"

"Nggak. Cuma rada aneh aja, Fina aja gak pernah panggil gue Abang."

"Itu karena lo nyebelin!" sarkas Fina.

Marsel menganggukkan kepalanya singkat kemudian menatap Fina dan mengelus kepalanya. "Nyebelin gini gue masih ingat ya lo sering nangis kalo jauh dari gue."

Fina mengalihkan pandangannya, ia pun tak munafik memang benar apa yang di katakan Marsel.

"Umm romantisnya saudara ini. Jadi pengen punya Abang deh, tapi sayang Abang gue kayak tai," gumam Kinara yang di dengar oleh semuanya.

***

Enaknya Agung di apain nih?

Di buang kali ya ke rawa-rawa

Life KinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang