Sudah hampir jam aku berdiri di samping jendela kamar , memandangi lagit osaka yang telanjang memamer kan pesona mutiara malamnya, bintang dan sebuah piringan bercahaya yang bernama bulan, langit musim panas yang cerah, seiring bergantinya musim ini, aku pun telah berganti seifuku, tidak lagi sebagai anak SMP naun kini aku sudah menginjak SMA ya, baru saja aku memasuki gerbang dunia baru ku, sebagai anak SMA mempelajari hal hal yang dulu aku anggap hanya sebagai gurauan dan mencoba membohongi perasaan sendiri tentang gurauan itu , ternyata menyulitkan, cinta???
Itu yang ku maksud, aku mungkin akan lebih berani untuk menerima perasaan ini ada, awalnya aku masih terlalu kaku dengan sesuatu yang bernama cinta..
Gijuuku joshi, pemikiran bodoh yang memunculkan bayangan joshi di pikiiran ku -_- sebenarnya bukan ini yang aku harapkan, tapi sayangnya tubuhku tak bisa berbohong, memikirkan perasaan suka malah joshi yang terlintas di benak ku, sebenarnya apa ini? Apa aku menyukai teman SMP ku?
Yang ku ingat dahulu, kami sering bersepeda bersama sepulang sekolah, memotong jalan pintas melewati jembatan dekat toko huruzaki..
"trak" lemparan batu menyentuh kaca jendela kamarku, dan membuyarkan semua teka teki hati yang baru saja menjalar..
ku lemparkan pandangan ke bawah , sebuah sepeda tergeletak dan di sampingnya berdiri joshi dengan hoodie yang masih menutup kepalanya."si bodoh ini? Apa yang dia lakukan?'"
aku mengerti apa yang harus ku perbuat, aku melihat jam weker di samping tempat tidur ku, jam 9 malam ayah mungkin sudah tidur? Aku mengendap menuruni tangga dan menutup pintu secara perlahan.. aku telah sampai di luar pagar yembok rumah ku, joshi menuntun sepedanya mendekati ku.
"apa jam rumah mu mati???" desisi ku.
"memangnya kenapa? Ini tidak terlalu malam?" joshi berkilah lantas menaiki sepedanya.
"dan kau?? Mengangganggu jam malam ku hanya untuk melihatmu naik sepeda??"
"cepatlah naik, nanti ayah mu bangun"
aku tidak pernah berhasil untuk menolak apa yang joshi katakan, semuanya seperti sebuah hipnotis, sudah sejak lama, dan aku pun menaiki sepeda joshi, duduk di bagian belakang, perlahan joshi mengayuh sepedanya, jalanan sekitar rumah sudah sangat sepi, hanya terdengar decitan rantai sepeda yang kami naiki berdua, tak ada sepatah kata pun.
"sebenarnya kau akan membawa ku kemana??" ku tarik pelan jaket joshi, yang berkelebat terdorong angin.
"sebentar lagi kita sampai.." joshi mengayuh sepedanya sedikit kencang, menuju lapangan luas yang aku tahu itu sebuah lahan mati yang tidak terpakai, mungkin sesekali di pakai oleh anak anak sekitar untuk bermain sepak bola.
"kenapa kau membawa ku ke tempat ini?" aku menurukan diri ku dari sepeda.
"kau lihatlah ke atas " joshi menunjukan tangannya ke langit.
"hanya bintang.... Ketombe langit" jawab ku, ya, memang disana hanya ada bintang yang seperti ketombe.
"kau ini, apa kau tidak melihat mereka begitu indah, aku sengaja membawa mu kesini agar pemandangan bintangnya lebih indah, aku perhatikan kau menatap langit hanya darei kaca jendela, dan itu tidak memuaskan" tukas joshi, dan melepas hoodienya.
"tapi dengan membawa ku kesini kau membuat ku dalam bahaya bodoh!" aku duduk di hamparan rerumputan yang terlihat gelap. Kemudian joshi menyusul merebahkan tubuhya di samping ku.
"aku hanya ingin bersama mu lebih lama" berhentilah membuat pipi ku menjadi semerah tomat josh!! Untung saja disni gelap.
"k..kkau ini, bukankah besok pagi juga bisa??".