Marka memasuki apartemen miliknya dan mendapati wanita paruh baya sedang membawa baju kotor milik Nara ke dalam ruangan laundry.
"Eh mas Marka" Ucap Sriayu, wanita yang sering di panggil Ibu oleh Marka sendiri.
"Nara belum bangun Bu?" Tanya Marka.
"Tadi waktu Ibu ganti bajunya sempat bangun, ngomong-ngomong enggak jelas ibu enggak ngerti Mas. Baru aja Ibu tanya pengen apa eh ketidur lagi Mas Marka"
Marka terkekeh lalu mengangguk. "Enggak apa-apa Bu. Makasih ya Bu mau di repotin Marka malam-malam"
"Hus Mas Marka ngomong apa to. Ini kan udah tugas Ibu. Mas Marka perlu apa lagi? Sebelum Ibu pulang biar Ibu siapin dulu"
Marka menggeleng, "Ibu boleh pulang sekarang, mau Marka anterin sekalian, Bu?"
"Heh walah enggak usah Mas, Ibu sudah di jemput Bapak di luar" Tolak wanita itu
"Ya udah kalau gitu, hati-hati pulangnya Bu"
Ibu mengangguk. Sebelum pergi mengernyit heran menatap sang majikan yang mengambil jaket miliknya yang lain dan kunci mobil.
"Loh, Mas Marka mau kemana lagi toh? Di luar loh masih hujan deras Mas"
"Marka mau jemput t-temen Marka Bu"
"Loh wadalah, ya udah hati-hati mas. Keburu temen nya mas nunggu lama nanti"
Marka mengangguk, lalu keduanya keluar apartemen milik pemuda itu.
Keduanya berpisah di loby apartemen, Marka lalu keluar menuju parkiran dan keluar gedung apartemen miliknya. Dalam hati pemuda itu berdoa agar Cika belum jauh dari kawasan tempat tinggalnya.
Pelan-pelan Marka melajukan mobilnya, kedua matanya menelisik lebih jauh jalanan yang sudah begitu larut dan benar kata Ibu tadi bahwa hujan datang kembali deras.
Pemuda itu semakin merutuki dirinya dan merasa bersalah dengan Cika. Mereka memang tidak saling dekat, bahkan mereka bukan lah teman.
Namun Marka cukup merasa keterlaluan karena sikapnya yang semena-mena menghakimi Cika dan mengatakan kalimat-kalimat yang mungkin membuat gadis itu tersakiti.
Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan gadis itu.
Bagaimana jika gadis itu jatuh sakit bahkan pingsan karena terlalu lama dibawah hujan
Bagaimana jika gadis itu dicelakai oleh orang asing mengingat begitu nekatnya Cika berjalan sendirian ditengah malam.
Tunggu, kenapa Marka harus begitu peduli?
"Sialan!" Umpat lelaki it fruastasi.
Marka sudah keluar dari kawasan apartemen miliknya, namun sampai sekarang belum terlihat keberadan Cika. Apa mungkin gadis itu sudah mendapatkan taksi? Namun mustahil ada taksi tengah malam disaat hujan deras seperti ini apalagi dikawasan tempat tinggalnya memang jarang sekali taksi melewatinya.
Marka memilih mengambil payung di sampingnya, lalu keluar untuk mencari keberadaan Cika.
"Cikaaa?" Panggil Marka
"Cikk!"
"Cikaaa, lo dimana?"
Marka terus menerus berjalan ditengah hujan mencari keberadaan gadis itu, namun nihil, tidak ada Cika disekitarnya.
Marka memilih masuk kembali ke dalam mobilnya, dan mencari gadis itu lebih jauh lagi.
Namun, baru saja pemuda itu akan melajukan mobil miliknya, terlihat mobil yang datang dari jarak yang tidak begitu jauh dari mobilnya berhenti.