³

2.1K 162 5
                                    

Haii happy reading gaiss~
^_^

Raka memasuki rumah sekitar pukul 1 pagi. Ia berjalan perlahan lahan agar tidak menimbulkan suara yang akan membangunkan orang tuanya.

Semua kamar utama ada dilantai 2 yang berarti disana terdapat 4 kamar saling berhadapan. Paling ujung ialah kamar sang Papa yang berhadapan dengan kamar Kakaknya dulu. Disebelah kamar Papanya ada kamar Mamanya yang berhadapan dengan kamarnya.

Sampai dilantai 2 Raka membuka pintu kamar dengan perlahan. Ia bernafas lega saat berhasil membuka kamar tanpa membangunkan penghuni rumah yang lainnya.

Tapi saat ia akan memasuki kamar tiba tiba ada suara yang menginterupsinya.

"Jam berapa ini anak bodoh! Kamu memang benar benar tidak berguna! Ayo ikut aku!" ucap Papa Raka, Toni.

Raka ditarik Toni tanpa perasaan. Bahkan saat ditangga pun Papanya itu tidak memelankan langkahnya sedikitpun.

"Lepas!"

"Lepasin tangan gw!"

"Woi lepasin"

Raka memberontak ditarikan Toni. Namun tentu tenaga Toni lebih besar darinya. Hingga Raka merasa tangannya akan remuk.

Mata Raka membulat saat ia sadar bahwa Papanya berjalan ke arah gudang! Ia phobia gelap! Apa lagi ini gudang pasti disana banyak hewan menjijikan yang akan merambat di sekujur tubuhnya yang bahkan ia tidak bisa melihat itu hewan apa.

"Lepasin!"

"Tangan gw sakit! Lepasin!"

"LEPASIN ANJING!"

"DIAM!"

Brukk
Setelah membentak Raka, Toni melempar anaknya ke lantai gudang. Matanya meliar mencari cambuk yang biasa ia gunakan.

Saat sudah menemukannya ia dengan gesit mengambilnya.

"Rasakan ini anak bodoh!"

Ctarr

"Hitung sampai sepuluh jika terlewat ulangi dari awal!"

Ctarr

"Cepat hitung!"

Ctarr

"S-satu,"

Ctarr

"D-dua,"
...

Dihitungan kesepuluh Raka hampir kehilangan kesadarannya.

Ctarr

"S-sepuluh argh,"

"Jangan harap kamu bisa keluar dari sini besok!"

Toni melempar cambuk yang gunakan lalu keluar dari sana tak lupa mengunci pintu dari luar.

"J-ja-ngan Pa," lirih Raka lemah.

Raka menarik tubuhnya mendekati pintu.

"Pa b-bu-ka,"

"T-to-long,"

"Si-a-pa-pun t-to-long,"

Lirihan Raka sama sekali tidak sampai luar gudang. Nafasnya mulai berat. Potongan kejadian kejadian masalalu nya yang tidak beda dengan masa sekarang berputar diotaknya layaknya film.

EdelwisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang