1.7K 158 30
                                    

Haii happy reading gaiss~
^_^

Pagi harinya keluarga Tuan Toni sedang melakukan sarapan pagi bersama kecuali Raka. Mereka memulai sarapan tanpa menunggu bungsu keluarga tersebut.

"Ayo makan yang banyak sayang," ucap Martha pada Zave

"Mau Mama buatkan rotinya lagi?" tanya Martha

"Cukup," jawab Zave

"Kamu jadi pergi ke pertambangan?" tanya Toni

"Jadi," jawab Zave

Toni mengangguk singkat sambil menyeruput kopinya, "pulang jam berapa?"

"Makan malam,"

"Lusa kamu ikut Mama mu ke agensi, besoknya baru ikut Papa ke perusahaan," putus Toni

"Terserah,"

"Besok kalau kamu mau cari istri harus yang setara yang berpendidikan. Biar bisa bantu kamu ngurus agensi dan kamu mengurus perusahaan Papa mu agar tidak terlalu kewalahan," saran Martha

"Hm,"

Dry teks bangettt si Zave, cry:(

Semua percakapan itu dilihat dan didengar oleh Raka yang berada ditangga. Pemandangan yang sangat indah, suasanya meja makan yang benar benar hidup.

Sebenci benci nya Raka pada keluarganya dia sangat ingin berada diposisi Kakaknya sekarang. Diperhatikan orang tua, disayang, bahkan diperebutkan.

Kedua tangan Raka terkepal disisi tubuhnya. Ia menghapus dengan kasar air mata yang tiba tiba luruh di pipinya.

Setelah lebih baik dia pun melanjutkan langkahnya akan keluar mansion untuk berangkat sekolah. Martha maupun Toni yang melihat nya pun biasa saja, tidak memberikan respon apapun. Dan Zave juga menyadari hal itu.

Ah adikku yang malang
_____________________

Sampai disekolah Raka langsung duduk dikursinya lalu menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan.

"Napa lo Ka?" tanya Arya.

"Gapapa,"

Arya pun tidak bertanya lebih lanjut. Ia paham mungkin Raka belum mau cerita.

"Nyapo?" tanya Yosi pada teman sebangkunya itu.

"Belum mau cerita,"

Samu sebagai teman sebangku Raka mencoba menenangkannya.

"It's okey, ga melulu dunia itu tunduk sama keinginan kita," bisik Samu sambil mengusaprambut Raka.

"Jangan gini tunjukin kalo lo engga rapuh," ucap Naren.

"Gusti mboten sare Ka," ucap Adnan.

"Lo jangan biarin mereka seneng liat lo kaya gini," ucap Arya.

"Rasah dipikir oke, ra penting," ucap Yosi.

Raka mengangkat kepalanya menatap pada sahabat sahabatnya satu per satu dengan senyum tipis yang meghiasi bibirnya.

"Makasih," ucapnya pelan.

Kelima sahabat Raka diam diam menghela nafas lega. Bukan rahasia lagi dalam pertemanan mereka jika Raka itu memiliki panik attack dan malah selalu overthingking.

"Selamat pagi anak anak,"

"Pagi bu,"

Siapa tuu

Imut bangett woilah

Gini bermasuk cwo idaman apa idaman cwo ya

Plis dek anaknya bu Indri ta?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EdelwisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang