Chapter 8

1.2K 109 31
                                    

Ada kesalahan penulisan, kasih tau aja
Have fun :)

____

Setelah Jean pergi, tinggallah Lisa dan Frédéric di sana. Dan Lisa saat ini sedang berganti pakaian di kamarnya.

Sangat berbeda dengan pertemuan pertama mereka. Setelah beberapa kali bertemu dan puncaknya ialah makan malam yang disertai berbincang ringan semalam, mereka berdua sekarang hampir tak ada rasa canggung lagi selain fakta bahwa hubungan mereka yang masih belum diresmikan dengan tepat.

Frédéric jelas ingin segera meresmikannya, namun ia tak ingin jika hanya sekedar menjadi partner kencan ataupun sekedar berpacaran.

Namun ia bisa menunggu sedikit lebih lama untuk meyakinkan Lisa. Ia tak keberatan untuk itu, bahkan jika Lisa memintanya untuk berhenti.

"Ingin kopi?" tanya Lisa yang sudah selesai berganti. Sambil menguncir rambut panjangnya, ia melihat ke arah Frédéric yang berada di ruang tengah.

Frédéric menganggukkan kepalanya, tentu ia akan menerima apapun yang diberikan oleh Lisa.

Lisa menyeduh kopi hangat untuk mereka berdua. Beberapa macarons juga disajikan sebagai pelengkap.

"Minumlah selagi masih hangat." kata Lisa sebelum ia menyeruput kopinya sendiri.

Frédéric menyeruput kopi miliknya. Itu hanyalah kopi biasa, yang bahkan bukan dari merk terkenal. Namun Lisa membuat minuman tersebut terasa sangat nikmat.

"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Lisa sambil meletakkan cangkirnya ke meja.

"Tidak ada. Hanya ingin berdua denganmu."

Lisa menggeplak bahu Frédéric saat mendengar itu. Betapa malangnya Jean yang diusir oleh kakaknya sendiri.

"Dasar. Kamu tidak harus mengusir Jean jika begitu. Lagi pula dia tampaknya mudah bergaul."

"Kamu lebih memilih berbincang dengannya dibandingkan aku?" ucap Frédéric dengan raut yang tampak kesal mendengar perkataan Lisa.

Wajah Frédéric yang tampak kesal itu terlihat lucu dimata Lisa, "Bukan begitu. Hanya saja dia adikmu, aku hanya merasa perlu mengenalnya juga. Kenapa? apa aku tidak boleh mengenal calon adik iparku?" seringai Lisa, ia memilih untuk menggoda Frédéric.

Dan lihatlah wajah pria itu yang memerah bak tomat.

Frédéric terbatuk ringan.

Lisa tertawa melihat itu, "Kenapa malu hm? Kamu tidak ingat bahwa kamu lah yang menggodaku saat memperkenalkan diri waktu itu, hm?" goda Lisa memainkan sebelah alisnya.

Tidak tahan, Frédéric mendekap tubuh Lisa. "Jangan menggodaku." bisiknya lirih.

Lisa menjauhkan dekapan tubuh mereka, ia tertawa. "Baiklah, baiklah aku tidak akan menggodamu lagi."

Lisa merapikan rambut Frédéric, ia tersenyum kecil menatap Frédéric yang ada di hadapannya. Menatap lekat ke mata birunya yang indah.

Frédéric menikmati sentuhan halus Lisa di kepalanya. Ia membenci saat orang lain menyentuh kepalanya selain ibunya. Tapi sentuhan Lisa adalah pengeculian yang sangat amat untuknya.

Suara panggilan ponsel memecah keheningan. Suara tersebut berasal dari ponsel Lisa.

"Alice, ada apa?" jawab Lisa, yang ternyata Alice lah yang menghubunginya.

"Lisa, aku sudah mendapatkan gaun untukmu. Ini adalah gaun dari koleksi peringatan 100 tahun Miroir. Bagaimana? Aku akan ke apartemenmu sekarang untuk mencobanya, aku khawatir ukurannya kebesaran di tubuhmu." jelas Alice dari seberang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Something Only We KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang