Bab 1: Shinada Tatsuo

11 3 2
                                    

Waktu itu hanya ada suara jam dinding yang berdetak serta suara kipas angin. Tangannya menggenggam sebuah pensil dan mengetuk-ngetuk meja sesuai dengan irama detakan jam dinding. Pandangan dan pikirannya terfokus kepada secarik kertas di depannya. Hari ini ujian sains di kelasnya. Menyesal karena tidak mempersiapkan apa pun dari semalam, dia hanya menatap kosong kertas jawaban di hadapannya. Keringat mengucur di wajahnya, entah karena cuacanya yang cukup panas atau karena otaknya sudah letih. Sesekali ia melirik ke arah temannya yang lain. Dia malah fokus melihat wajah-wajah teman sekelasnya. Hingga akhirnya fokusnya kembali lembar jawaban ujiannya.

"Tinggal 10 menit lagi," ujar sang guru di depan kelas. Guru dengan kacamata elips dan lipstik merahnya itu memerhatikan para muridnya satu per satu. Alisnya yang menukik itu membuat wajahnya terlihat galak, sesuai dengan kepribadian aslinya yang juga galak. Pemuda yang bernama Tatsuo itu pun menjadi panik. Masih ada beberapa soal yang belum ia jawab. Ia mulai menyalahkan dirinya yang sedari tadi malah fokus melihat sekelilingnya. Pada akhirnya dia pun menyerah dan menjawab asal. Dia menghela napas lega ketika lembar jawabnya terisi seluruhnya. Dia pun melirik ke teman sekelasnya yang lain, yang nampaknya juga sama kesulitannya dengan dirinya.

Anak dengan penampilan kurang rapi itu hanya bisa menggerutu dalam hati. Dia tidak mempersiapkan dirinya untuk ujian sains sebelumnya. Dan kini dia berakhir kesulitan dalam mengisi pertanyaan-pertanyaan terakhir. Waktu semakin menipis, dia pun memijat pelipisnya untuk mengusir sakit kepala akibat berpikir terlalu keras. Anak itu bernama Daigo, dan dia bukan anak dari orang biasa. Teman-temannya takut padanya karena ayahnya adalah seorang kepala keluarga dari Keluarga Dojima. Banyak preman-preman yang berusaha untuk menjadi temannya. Tapi Daigo membenci orang-orang seperti itu. Akibatnya Daigo tidak memiliki banyak teman. Daigo melirik ke teman masa kecilnya, Yoshitaka. Kalau saja Daigo duduk di dekat Yoshitaka, Daigo bisa mencontek dengan mudah. Tapi kali ini Yoshitaka duduk jauh dari Daigo. Yoshitaka tidak bisa mengirimkan bantuan karena ketatnya pengawasan. Terpaksa Daigo harus bertahan sendirian dalam situasi ini.

"Waktu habis. Silahkan kumpulkan lembar jawaban kalian ke depan," kata sang guru dengan suara lantang. Murid-murid pun maju ke depan, kecuali Tatsuo dan Daigo. Tatsuo masih menulis nama dan kelasnya karena kelupaan, sedangkan Daigo masih menulis jawaban untuk soal terakhir. Di waktu yang bersamaan, mereka pun akhirnya berjalan ke depan dan mengumpulkan lembar jawaban. Daigo melirik Tatsuo dengan tatapan sinis.

"Kenapa harus di sampingku?" batinnya.

Tatsuo pun hanya tersenyum padanya, memperlihatkan deretan gigi-giginya. Dia pun kembali lebih dulu ke bangkunya. Daigo menghela napas dan melihat kembali kertasnya. Pada akhirnya dia pun kembali dan berkemas-kemas. "Terima kasih untuk hari ini. Kalian boleh pulang ketika bel berbunyi," ucap sang guru sambil membetulkan kacamatanya. Beberapa detik kemudian, bel pun berbunyi. Sang guru meninggalkan kelas dan para siswa mulai meninggalkan bangku mereka.

Anak dengan perawakan tubuh tinggi dan rambut blonde-nya itu pun menghampiri Yoshitaka. "Yoshitaka, kenapa gak ngasih contekan kayak biasanya?" tanyanya. 

"Guru itu mengawasi kita. Aku gak bisa ngasih contekan ke kamu dan Daigo. Maaf," ucapnya sambil menghela napas, mungkin dia juga sudah lelah. "Hari ini ada ekskul, Ryuji?" Yoshitaka bertanya kepada si blonde itu.

Ryuji pun mengangguk, "Ada, ekskul basket. Kamu dan Daigo mau melihatku?" Daigo pun menghampiri kedua teman masa kecilnya. Dia pun mendecih kesal. "Apa-apaan ini, Daigo? Ujiannya terlalu susah buat kamu ya?" Ryuji mulai menggoda Daigo yang sedang kesal.

"Ya, harusnya aku belajar semalam."

Ryuji pun tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Daigo. "Seorang Dojima Daigo belajar? Yang biasanya cuma bisa mencontek ke Yoshitaka?" Daigo pun jadi tambah kesal dengan ejekan Ryuji. "Oh ya, jadi bagaimana? Kalian mau lihat? Sebentar lagi kami akan ada pertandingan lho."

"Oh? Kamu mau berlatih hari ini?" tanya Daigo. Ryuji pun mengangguk. "Oke, ayo ke gymnasium sekarang--" perkataan Daigo terpotong ketika suara tawa Tatsuo terdengar oleh ketiga sahabat itu. Mereka menatap ke arah Tatsuo dan teman-teman sesama pemain baseball di sekolahnya. "Berisik banget," gerutu Daigo.

"Ya, berisik," Yoshitaka pun setuju dengan Daigo. "Sudahlah, kita ke gym sekarang. Ayo, Ryuji, Daigo." Mereka pun pergi meninggalkan kelas. Mata Tatsuo tanpa sengaja bertemu dengan mata Daigo. Daigo menatapnya dengan tatapan tidak suka, seperti biasanya. Tatsuo hanya memiringkan kepalanya. Apa yang Daigo benci dari dirinya?

"Lebih baik kita ke lapangan sekarang. Nanti kena marah kita," kata salah satu teman Tatsuo. Tatsuo pun tersenyum dan mengangguk. Dia mengikuti teman-temannya menuju lapangan. Sebentar lagi akan ada pertandingan baseball antar sekolah. Mentor Tatsuo, Yamamoto bertekad untuk mendapatkan gelar juara. Dia pun melatih tim baseball Kamuro West High School. Yamamoto sangat mengandalkan Tatsuo sebagai pemain terbaik mereka. Tatsuo telah membawa nama baik Kamuro West High dalam kejuaraan baseball beberapa kali. Bakat itulah yang membuat Tatsuo bermimpi sebagai seorang atlet baseball pro.

Tatsuo dan teman-temannya bermain sangat baik sore ini. Yamamoto memberikan apresiasi dan motivasi untuk mereka dalam pertandingan yang akan datang. Tentu ini menambah semangat Tatsuo dalam bermain. Dengan seluruh kemampuannya, dia berlatih dengan teman-temannya hingga sore hari. Tak jarang dia menaikkan suasana dengan gurauannya.

Langit mulai berubah warna menjadi oranye. Tatsuo dan teman-temannya memutuskan untuk mengakhiri latihan mereka. Mereka tertawa bersama setelah latihan yang cukup melelahkan itu. Teman-teman Tatsuo memujinya karena kelihaiannya saat bermain tadi. Hal itu membuat Tatsuo malu sekaligus bangga dengan dirinya. Dia pun tanpa sengaja menangkap sesosok pemuda di sisi lain lapangan. Itu adalah Dojima Daigo. "Tumben Dojima-kun ke sini," batin Tatsuo. Mengetahui dirinya sedang diperhatikan, Daigo pun meninggalkan lapangan.

Tatapan Daigo padanya berbeda dari yang biasanya. Daigo terlihat seperti orang yang tertarik dengan permainan baseball Tatsuo dan timnya. Namun setelah ketahuan oleh Tatsuo, Daigo pun mengacuhkannya. Apa yang salah dari dirinya? Kenapa Daigo selalu menatapnya begitu? Kenapa Daigo selalu bersikap dingin padanya? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu terlintas di pikiran Tatsuo. 

Daigo mempercepat langkahnya menuju gerbang sekolah. Di sanalah dia bertemu dengan kedua temannya, Ryuji dan Yoshitaka. "Yo, Daigo! Dari mana aja tadi?" tanya Ryuji.

"Cuma cari angin," Daigo pun berbohong. 

"Dojima-kun!" mendengar namanya dipanggil, Daigo pun menolehkan kepalanya ke sumber suara. Itu adalah Tatsuo. Dia melambai-lambaikan tangannya ke Daigo. Senyuman lebarnya--yang menurut Daigo itu menyebalkan--ia tunjukkan pada Daigo dan kedua temannya. Ryuji pun melambai ke arah Tatsuo, begitu pula dengan Yoshitaka. Daigo hanya mendecih. "Apa kamu melihat permainanku tadi?" tanya Tatsuo. Sontak kedua teman Daigo pun menatap Daigo dengan heran. 

"Tidak, aku hanya kebetulan lewat tadi," Daigo lagi-lagi berbohong. Shinada mengerjapkan matanya dua kali.

"Tapi kata Yamamoto sensei, kamu dari tadi lihat lho." Kedua teman Daigo pun semakin terkejut. Daigo menepuk jidatnya, dia ketahuan. Reaksi ketiga sahabat di depan Tatsuo ini membuatnya tertawa. "Lain kali akan kuajak dirimu--eh, tunggu, Dojima-kun?" Daigo telah pergi meninggalkan kedua temannya dan Tatsuo terlebih dahulu.

"Wah, gak nyangka," kekeh Ryuji. "Oh, Shinada, mau bareng?" ajak Ryuji. Yoshitaka pun mengangguk tanda setuju dengan Ryuji.

Tatsuo menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu. Nanti Dojima-kun tambah marah kepadaku. Hati-hati ya, Goda-kun, Mine-kun!" Tatsuo melambaikan tangannya dan tersenyum lebar. Ryuji dan Yoshitaka pun membalas lambaiannya. Mereka meninggalkan Tatsuo sendirian.

Tatsuo mengecek arlojinya, sudah larut dan sebentar lagi matahari terbenam. "Ah, gawat! Sudah mau malam! Nanti ibu bisa marah!" Tatsuo pun langsung berlari meninggalkan sekolah. Ia berlari sekencang-kencangnya agar sang ibu yang menanti di rumah tidak marah. Tatsuo memejamkan matanya, "Semoga ibu tidak khawatir padaku!" batinnya.

The Smile You Have - Yakuza/LADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang