Renjun-na'

212 114 205
                                    

" Pengagum seni rupa ini kembali di buat jatuh cinta pada pengagum aksara sastra, namun mustahil jika karya abstrak seni rupa bersanding dengan bait bait aksara bermakna," ungkapnya.

" kini aku menyesal akan pertemuan terakhir ku dengan mu yang tak begitu baik, mengapa penyesalan selalu datang di akhir? Renjun-naa maafkan aku.. "

0.0 ℒ𝓸𝓿𝒆 𝔂𝓸𝓾 0.0

Ah rasanya baru kemarin aku berbahagia dengan pria sejuta bahagia, nyatanya aku sebahagia itu jika bersamamu juna..

Pria remaja yang tak banyak bicara namun membuatku terpikat akan sikapnya dan tindakannya dengan cara sederhana, seperti senja? Ouh mungkin lebih mirip dengan bulan?

Tatapan teduh seakan sirna bulan meredup, dan suara merdu nya dia ketika berbicara, membuatku merasa dia bukan seperti pria yang aku bayangkan.

Membuka buku usang dalam sebuah kotak box di bawah ranjang tidurku, lalu membaca setiap kalimat aksara yang tertulis rapih oleh pria yang aku kagumi.

Membacanya membuatku bahagia,
Namun kembali terisak dengan duka yang menyelimuti...

'Cinta pertama ku..' Isak dalam sendu merintih, membuat diriku semakin menyedihkan.

Tuhan, menggapa harus dia? Mengapa harus pria yang aku cintai?

Semakin membaca dan membuka lembaran buku usang itu satu persatu, membuatku semakin merintih sakit akan memory memory yang tertulis dalam buku.

"Ra, aku bahagia bisa bertemu dengan mu. Tapi aku akan jauh lebih bahagia jika tuhan mentakdirkan kamu dengan ku."

"Ga jelas! Aku kan udah bilang berapa kali Junaaa, aku itu ga mau nikah! Aku takut Juna, trauma ku belum sepenuhnya sembuh." Imbah ku.

"Trauma itu datang di kala kamu merasa terancam Ra, apakah kamu juga merasakan trauma itu setelah bertemu dengan ku?"

"Pake nanya! Ya iyalah junaaaa!"

Senja, eskrim, pantai dan Renjun-na. Sederhana namun terasa istimewa karna di dampingi dengan juna, pria yang irit bicara itu entah mengapa dan apa maksud dari kata yang terucapkan. Aku terlalu terkejut hingga menanggapinya dengan candaan, tanpa sadar kalimat itu mengandung berbagai macam arti yang sulit di mengerti.

Tanpa ku ketahui jika kalimat yang ku lontarkan dengan candaan begitu menyakitkan bagi juna, yang menganggapnya serius.

Sakit rasanya jika mengetahui orang yang aku cintai kini berpulang pada tuhan, entah apa maksud dari takdir ini namun nyatanya takdir tak dapat di ubah jika sudah terjadi.

Hingga kini aku menemukan jawaban akan rahasia yang juna sembunyikan selama ini.
Rahasia yang membuatku pingsan selama beberapa jam, kemudian terbangun lalu kembali menangis dengan kenyataan yang menyata.

Mengapa harus Renjun?

Mengapa harus pria yang membuatku tergila-gila?

Takdir yang sama sekali tak pernah terbayangkan kini terjadi, membuat semua rencana ku dan Renjun kembali terbalik.

Manusia hanya bisa merencanakan, tetapi tuhan yang menentukan.

Namun di antara banyaknya manusia sampah, mengapa harus dia?

Aku sedih, marah lalu tersenyum. Seperti orang gila memang, bagi Renjun justru itu hal langka yang ingin dia lihat, belum sempat melihat kegilaan ku kini ia tertidur nyenyak sekali, hingga aku bersedih menatap sebuah foto yang terpampang wajah pria yang ku cintai dengan senyuman lebar. Setauku Renjun itu pria yang irit senyum namun entah mengapa ia tersenyum lebar saat berfoto di studio Jaemin.

Njun...

juna...

Renjun....

Renjun-na....

Kekasihku.....

Cahaya bulankuu.....

0.0 ℒ𝓸𝓿𝒆 𝔂𝓸𝓾 0.0

Salju dalam kota Seoul membuatku bernostalgia dengan pria bermata teduh, ah aku kini ingin menangis setiap menceritakan-nya.

Mobil SUV putih kembali melaju, meninggalkan kota itu walau salju menghadang perjalanan kami. Tak gentar untuk berhenti menepi.

Demi tak kembali gila, Ayah rela meninggalkan kota kelahirannya demi aku yang terus menangis seperti kehilangan sosok yang sangat berarti.

Dia jauh dari kata sangat berarti, namun dekat dengan kata pemilik hati. Cinta ku, kisah cinta pertamaku di mulai pada kota tua ini.

Setelah memikirkan segala pertimbangan dan kewarasan ku, kini aku ingin bernostalgia sedikit mengingat masa masa dimana awal kisah indah yang berujung duka terjadi.

Walaupun aku tak memiliki niatan untuk melupakan kisah kelam itu, namun tak apa kan jika aku sedikit menceritakan dirimu dalam aksara yang ku ketik ini?

Aku tidak berjanji jika tidak akan menangis kembali..

Menangis itu adalah fitrah manusia, dan menandakan bahwa ia menyesali perbuatannya.

Walaupun pedih menyayat hati,
Kini tekat ku sudah bulat.

Ouh Seoul yang indah dengan Renjun sebagai tokoh utama dalam kisah indah berujung duka.

0.0 ℒ𝓸𝓿𝒆 𝔂𝓸𝓾 0.0

Saya mengambil nama asli aktor/idol/visual dengan nama asli karna sebuah alasan, namun bukan ingin menjatuhkan pihak tertentu melainkan agar mudah di pahami dan dimengerti.

Waktu maupun daerah, itu hanya ilustrasi!
Walaupun saya rasa nama Korea/Chinese/jepang/Indonesia kurang cocok jiga di gabungkan, maka latar waktu dan tempatnya terserah pembaca, senyamanya kalian saja.

Semua watak, karakter dan sifat pada tokoh dalam cerita saya sama sekali tidak ada hubungannya dengan kehidupan idol maupun visual yang berada di dunia nyata. Cerita ini hanya karangan yang saya buat dan di lebih lebihkan.

Perlu di ingat kembali-!!

• saya menggunakan nama idol/visual asli tanpa ada kaitannya dengan kehidupan nyata para idol/visual.

• jangan mengait-ngaitkan dengan kehidupan asli idol/visual.

• cerita ini mengandung kekerasan, toxic dan bullying.

• harap bijak membaca!

Beri semangat dan support untuk cerita ini dengan cara mudah, vote dan komen!
Sederhana bagi para pembaca, namun sangat berarti bagi saya, penulis.

Tolong hargai karya ini, dengan cara yang mudah..

Cr: Saaulmum
Ig/tiktok: saulmuz
Telegram: Seovur

Dear 'R (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang