promise

173 22 3
                                    

Sudah pukul 02.00 pagi dan Sea belum memejamkan matanya sama sekali setelah berbicara dengan Ed sea memutuskan menemui Sky yang belum sepenuhnya membaik , kepalanya masih berdenyut nyeri meski tak separah tadi . Bahkan saat ini Sky terserang demam tinggi membuat Sea daritadi sibuk mengompres dan membujuk Sky agar mau pergi kerumah sakit.

"Sea ?". Panggil Sky lirih dalam pejamnya , sungguh saat ini matanya terasa berat untuk sekedar dibuka , seluruh badannya terasa sakit terlebih kepalanya , saat ini tubuhnya sungguh  tidak berdaya sama sekali .

"Kenapa ? lo butuh apa Sky? ".

" Sakit ". Lirih Sky yang terdengar menyakitkan , tangan Sea yang sedang memegang kompres beralih menggenggam lembut tangan Sky.

"Sabar ya , gue daritadi udah minta sama Tuhan buat hilangin sakitnya , kak Josh sama Ed juga " . Balas Sea sambil mengalihkan pandangannya pada Josh dan Ed yang duduk di sofa.

"Sea mual ". Ucap Sky saat perutnya mulai bergejolak ingin muntah.

"Biar kakak aja Sea ". Josh segera beranjak dari duduknya dan segera memapah Sky menuju toilet diikuti Sea yang khawatir dibelakangnya , Sky dengan sekuat tenaga melangkahkan kakinya meski sudah dibantu Josh setiap langkahnya terasa berat dan menyakitkan namun lagi - lagi gejolak dalam perutnya tidak bisa ditahan .

Tepat setelah masuk ke dalam toilet Sky segera bersimpuh dan memuntahkan isi perutnya kedalam closed dan Josh terus memijat tengkuk Sky perlahan berharap dapat meringankan mual Sky.

Setelah lega  mengeluarkan isi perutnya meskipun mualnya belum sepenuhnya hilang Sky memilih bersandar pada dinding toilet , ia sibuk mengatur nafas dan kalau boleh jujur tubuhnya terasa semakin lemas.

"Maaf , aku nyusahin ". Lirih Sky pada Josh yang saat ini sedang membersihkan mulut Sky dari sisa muntahan dengan tisu.

"Gak ada yang nyusahin kamu adiknya kakak , udah seharusnya kakak jagain kamu ".

"udah selesai kakak gendong kamu aja ya ?  ". Ucap Josh lagi setelah selesai membersihkan mulut Sky.

"Sebentar " . Sky kembali memuntahkan isi perutnya lagi meski kini hanya tersisa cairan dari lambungnya rasanya lebih menyakitkan.

"Sky , gue mohon kita pergi kerumah sakit selama apapun perjalanan kita , gue akan selalu nemenin lo ketemu mama tapi tolong jangan siksa diri lo". Kali ini Sea yang bersimpuh dihadapan Sky untuk kesekian kalinya ia mencoba membujuk Sky untuk pergi kerumah sakit namun Sky hanya bergeming membuat Sea putus asa dan menangis terisak.

"Gue mohon Sky , gue mohon " . Isak Sea semakin kencang membuat Sky luluh , perlahan mengangkat kepala Sea yang menunduk dan mengangguk perlahan  , sungguh ia tidak bisa melihat Sea menangis seperti itu , Sky  sadar ia  kali ini memang egois terlalu memaksakan keinginannya dengan tubuh yang terlampau lemah , selain itu Sky juga ingin segera mengakhiri rasa sakit yang menyiksanya seharian ini meskipun tidak akan pernah benar - benar hilang . Bahkan disisa kesadarannya sekarang Sky merasakan cairan hangat mengalir lewat hidungnya , tetesan darah mengotori tangannya , senyum Sea yang mengembang karena ia setuju untuk pergi rumah sakit pun terlihat semakin memudar lalu seketika gelap menyisakan kepanikan tiga orang yang berada dalam kamar itu.

 Sky membuka perlahan matanya , melihat sekeliling hanya terlihat tembok berwarna putih dengan tiang infus dan tabung oksigen didekatnya , ia sudah kelewat hafal tempat ini , Sky terkekeh pelan ternyata ia benar - benar terjebak di rumah sakit lagi , Sky membencinya bukan rumah sakit tapi penyakitnya terlebih membuat orang - orang yang ia sayang sedih dan menangis contohnya Sea dengan mata sembab dan penampilan berantakan ,  tertidur sambil menggenggam erat tangannya terlihat lucu .

"Lo udah sadar Sky ? ". Sea terbangun saat merasakan usapan dikepalanya padahal sky berniat membuat Sea tidur lebih nyenyak tapi gagal.

"Hmm , kenapa lo selalu kelihatan jelek setiap gue baru bangun ?".

"Bangun ? Yang bener aja , lo gak tidur Sky , lo pingsan ". Kesal Sea , sehari semalam ia menangis dan khawatir tapi Sky bertingkah menyebalkan.

"Jangan nangis terus , gue gak suka lihat Lo nangis ".  Kali ini Sky berucap sungguh - sungguh melihat Sea menangis membuatnya merasa semakin bersalah .

"Gimana gak nangis lo tidur kalau gak dua atau tiga hari , ya 12 jam kayak hari ini dan jangan bilang gue jelek , kemarin Ed udah ngomong gitu ke gue ".

"Maafin gue , lo pasti ketakutan banget kemarin sampai lo banyak nangis dan kelihatan cantik hari ini " . Sky tersenyum hangat kearah Sea dan dibalas oleh Sea dengan senyuman yang lebih hangat 

"Terima kasih Sky , terima kasih  karena Lo udah jadi kuat , terima kasih lo udah mau bangun dan bertahan sampai hari ini". Sea mengarahkan jari kelingkingnya dihadapan Sky , Sky yang langsung paham pun segera menautkan jari kelingkingnya pada jari Sea.

"Sky akan selalu disamping Sea dalam keadaan apapun begitupun sebaliknya , akan selalu saling menjaga dan berjanji untuk bahagia -- " . Sky mengernyit bingung saat Sea mengucapkan janji mereka tak seperti biasanya.

 "meski tidak bersama - sama". Lanjut Sea membuat Sky semakin bingung.

"Lo boleh cari bahagia lo sendiri suatu hari nanti Sky begitu juga gue , kalau lo udah ketemu bahagia lo , jangan lupa peluk erat gue Sky". Ucap Sea dengan senyum paling hangat  , memikirkan ucapan Ed kemarin Sea memutuskan untuk menyerahkan semua pada Tuhan ia tak mau memaksakan , menggenggam sesuatu berlebihan juga menyakitkan bukan untuknya tapi untuk Sky.

"Terima kasih Sea " . Sky saat ini sedikit merasa lega kalau saja sudah waktunya ia pergi Sea sudah paham tentang merelakan dan berjanji mencari bahagianya sendiri sisanya Sky akan tetap berjuang entah untuk  menang atau kalah pada akhirnya , yang pasti Sky bahagia hari ini .


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blue Sky Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang