Chapter 8 • Malam Itu

2 0 0
                                    

Warung kecil itu tak bernama, warga sekitar tahunya warung itu dikelola oleh seorang pria berusia kira-kira lima puluh tahun bernama Bayu. Di warung itu, Kang Bayu menjual berbagai macam hal, tapi yang paling laku ialah tuak.

Menurut KBBI, tuak adalah minuman beralkohol yang terbuat dari nira atau aren kelapa yang diragikan. Tuak itu ia dapatkan dari kampung lain yang kemudian ia jual di kampung ini. Para pembeli tuak itu biasanya adalah para pria dewasa yang kelelahan bekerja. Tak heran, warung yang buka 24 jam itu setiap hari lebih ramai di malam hari, sedangkan di siang hari, sepi.

Sari menggunakan kesempatan itu untuk mendapatkan hal yang sedang dia butuhkan, tapi bukan tuak dalam hal ini.

Saat Sari tiba di warung Kang Bayu hari itu, dari luar, Sari tidak mendengar suara atau melihat siapapun, saat dia masuk ke bagian dalam warung yang berdinding kayu, seorang pria sedang duduk di salah bangku yang disediakan sambil bermain HP. Pria itu mendongak menyadari kehadiran Sari, sambil tersenyum ramah dia bertanya, "Ya dek, mau beli apa?"

"Saya mau beli camilan Kang, sama sekalian mau nanya, boleh?" tanya Sari sembari menghampiri sebuah rak kecil berdebu dan berisi beberapa camilan yang sepertinya tak pernah disentuh oleh pembeli.

"Oh, boleh." Kang Bayu masih tetap duduk ditempatnya semula sambil memperhatikan Sari yang beberapa saat kemudian menghampirinya dan duduk di kursi di seberangnya.

"Teman saya ada yang pernah datang kesini?" tanya Sari tanpa berniat basa basi.

"Teman? Siapa namanya neng?"

"Anak Pak Heru yang polisi itu, Dea. Waktu itu dia bilang mau kesini."

Kang Bayu menggeleng. "Saya tahu si Dea itu, tapi dia belum pernah datang kesini. Memangnya kenapa ya?"

"Oh, saya kira dia udah datang kesini sama bapaknya yang polisi itu." Sari sengaja menyebut kembali pekerjaan Ayah Dea yang mana lantas membuat Kang Bayu keliatan gugup.

"Lho, lho, beliau mau ngapain kesini? Saya ada salah apa ya?"

Kalau Sari mau menjawab jujur, maka dia akan mengatakan bahwa kesalahan Kang Bayu adalah menjual minuman beralkohol dan Pak Heru akan menindaklanjutinya, tapi tidak, Sari menjawab pertanyaan itu dengan sebuah kebohongan yang berhubungan dengan tujuannya datang ke tempat ini.

"Itu lho, Kang... baru-baru ini kan ada orang meninggal di kampung kita ini, siapa itu namanya?" tanya Sari pura-pura lupa.

"Si Ina!" Kang Bayu langsung berseru.

"Ya itu."

"Lho, tapi hubungannya Ina meninggal dengan saya apa ya? Saya kan gak tahu apa-apa."

"Gini lho, kan. Katanya nih ya, ada yang lihat si pelaku disekitaran sini malam itu."

Kang Bayu melotot, membayangkan pelaku pembunuhan Ina berada dekat dengannya membuatnya merasa ngeri. "Wah, apa iya? Jangan bercanda atuh neng."

"Saya serius, makanya Pak Heru mau kesini, tanya-tanya akang. Siapa tahu Kang Bayu ngeliat si pelaku."

"Ah, tidak mungkin!" Volume suara Kang Bayu meninggi, tidak terima. "Malam itu saya tidak melihat siapapun yang mencurigakan kok."

"Masa?" Sari mengerutkan matanya sehingga jadi lebih sipit, seolah dia tidak percaya pada ucapan Kang Bayu.

"Aduh, saya beneran neng." Kang Bayu mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V, sebagai tanda bahwa ia bersungguh-sungguh. "Malam itu, yang datang ke warung ini semuanya saya kenal baik."

"Coba sebutin kalau gitu... tapi yang datang lewat tengah malam saja Kang, soalnya si pelaku katanya keliatan di sekitar sini jam segitu," kata Sari.

"Tengah malam ya? Berarti cuma ada satu orang, Johan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misteri Tali Pocong PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang