Sari suka memasak, dan hari ini dia akan memasak untuk Tono yang kemudian akan ia antarkan sendiri ke kebun tempat Tono bekerja.
Semua makanan itu, Sari pastikan Tono akan suka. Bagaimana Sari bisa memastikannya, adalah karena selama ini, Sari telah mengamati dan mencatat dalam otaknya makanan apa saja yang ketika Tono santap terlihat begitu dia nikmati. Adalah sayur bacem, ayam goreng sambal hijau, terong bakar, ikan bandeng bumbu, dan sambal terasi yang akan semakin Tono sukai apabila disajikan dengan nasi hangat. Senyum manis Tono akan merekah dan setelah itu memuji Sari atas kemampuan memasaknya dan berterima kasih karena telah mau bersusah payah membuatkan semua makanan itu untuknya.
Sari memikirkan semua hal itu sambil menanak nasi, betapa senang hatinya sekarang, apalagi kalau nanti semua hal yang dia bayangkan tadi segera terwujud, mungkin Sari akan melayang sampai ke nirwana saking bahagianya.
Siapapun yang melihat Sari tengah tersenyum sendirian di dapur saat ini, pasti mengira bahwa Sari sudah hilang kewarasannya.
Dapur, seharusnya menjadi tempat dimana seseorang fokus memasak, bukannya malah fokus memikirkan sang pujaan hati. Tapi apa daya Sari, sangat sulit baginya untuk sedikitpun melupakan Tono di manapun dan kapanpun, untung saja Sari handal dalam melakukan sesuatu walaupun fokusnya sedang terbagi.
Apa yang kemudian membuat fokus Sari hilang sedikit adalah ketika sang ibu muncul di ambang pintu dapur, mengetuk-ngetuk dinding dapur seolah beliau adalah tamu yang perlu dijamu.
"Cah, cah, cah, anak ibu, dari tadi senyumnya sumringah banget. Lagi mikirin apa sih?"
"Gak mikirin apa-apa kok, bu."
"Ih, anak ibu cantik banget kalau lagi malu-malu gitu, mukanya merah sampai ke telinga."
Sari yang tidak tahan digoda terus oleh sang ibu, menghentikan sejenak kegiatan masak memasaknya hanya untuk menutupi pipinya yang terasa hangat. Hal itu membuat ibunya terpingkal-pingkal di tempat. Senang sekali ibu bisa membuat putri tunggalnya itu malu-malu.
"Cah, cah, udah. Ibu tidak akan ganggu kamu masak lagi. Fokus saja, jangan sampai nasinya gosong, kalau gosong kan nanti Tono gak bisa makan toh?"
"Ibu ih!!!"
Ibu tertawa puas sambil melipir pergi. Ibu memang datang hanya ingin menjahili Sari saja. Tidak heran, ibu sudah tahu tentang perasaan Sari pada Tono dan kerap kali menjadikan hal tersebut cara untuk membuat Sari memerah pipinya.
Bukan hanya ibu yang tahu tentang Sari dan Tono, satu kampung juga sudah tahu sepertinya tentang mereka. Dan apabila boleh berkata jujur, Sari akan mengatakan bahwa dia sangat senang ketika orang-orang membicarakan dirinya dengan Tono seolah-olah dia dan Tono merupakan dua insan manusia yang saling terikat. Walaupun fakta sebenarnya berkata lain.
Sari dan Tono tidak memiliki hubungan apapun, mereka hanya dua anak muda berbeda jenis kelamin yang hidupnya masih abu-abu. Sari tidak menyembunyikan perasaannya pada Tono sedikitpun dan dari siapapun, sedangkan Tono, entah apa yang dirasakannya pada Sari.
Ah, tapi sudahlah, Sari tidak pernah suka membicarakan ketidakjelasan hubungannya dengan Tono karena hal tersebut hanya akan membuatnya sedih. Apalagi saat ia sedang membuat makanan untuk Tono, perasaan sedih hanya akan membuat makanan jadi tidak enak, dan Sari tidak mau menyajikan makanan yang tidak enak untuk Tono.
•••••
Kampung tempat tinggal Sari merupakan daerah dataran tinggi yang dekat dengan gunung. Tanahnya sangat subur dan masyarakat memanfaatkannya dengan menanam berbagai macam tanaman seperti bawang merah, wortel, kol, kentang, tomat dan beberapa jenis sayuran lainnya yang kemudian akan disalurkan ke beberapa pemasok dan diedarkan ke banyak tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Tali Pocong Perawan
Bí ẩn / Giật gânCinta ditolak dukun pun bertindak. Kalimat itu mewakili Sari yang sudah muak ditolak oleh Tono, lelaki yang disukainya dan kemudian mendatangi seorang dukun guna mendapatkan pelet. Syarat pelet tersebut adalah Sari harus mendapatkan tali kain kafan...