Javier memeluk pinggang Celine, kepalanya ditaruh di bahu perempuan itu. Hidungnya sudah menempel di leher Celine sembari mengirup aroma sabun bercampur parfum yang dikenakan perempuan di dekapan nya. "Aku suka mengirup aroma tubuhmu, sayang. Wanginya candu. Parfum apa yang kau pakai aku ingin juga."
Celine menoleh setelah mematikan kompor. Dia menarik lengan Javier kemudian berbalik. "Vanila."
Javier menaruh lengannya di samping tubuh Celine. "Pilihan yang bagus. Aku akan membeli yang sama sepertimu."
"Untuk apa? Lebih baik pakai yang kau pakai saat ini karena parfum ku hanya untuk perempuan, kau tahu itu." Celine mengalungkan lengannya ke leher Javier.
Javier tertawa kecil, dia membawa Celine ke atas meja. "Untuk di rumahku, kamarku, seluruh ruangan agar aroma mu mengingatkan ku pada dirimu dan agar aku bisa tidur dengan nyenyak."
Celine berdecih, sudut bibirnya tertarik menahan senyum. "Aku suka lelucon mu." Celine mengelus surai belakang Javier sekalian menyisir menggunakan tangan. "Kenapa kau memakai baju? Lukamu masih basah."
"Wah, aku kira kau polos ternyata agresif juga. Baiklah, sepertinya kau sudah tidak tahan." Javier membuka kaus nya, luka yang memang belum sepenuhnya mengering membuat pria itu meringis saat bahan kaus bergesekan dengan lukanya. Senyum Javier mengembang setelah melepas kaus nya.
"Pikiranmu kotor sekali. Cuci otak mu saat kau mencuci pakaian," sengit Celine mendorong dada Javier.
Alis Javier naik turun menggoda yang langsung mendapatkan cubitan di bahu dan lengan. Pria itu tertawa keras sampai Celine terkesima sesaat melihat wajah Javier yang terlihat lebih dari lebih ketampanannya.
"Terkesima, huh?" Javier menopang dagu. "Aku tahu aku tampan, tutup mulutmu. Air liurmu sampai menetes."
Spontan lengan Celine terangkat dan menyapu sudut bibirnya. Wajahnya memerah kesal. Bukan cubitan lagi melainkan barang di meja dia lempar ke Javier. "Kau, sialan." Memalukan, aku terlihat bodoh.
Javier menahan lengan Celine dan dia bawa ke depan bibir. "Ternyata benar. Kau terkesima denganku. Apakah kau sudah jatuh cinta kepadaku, Nona Celine?" tanya Javier sembari mencium punggung tangan Celine.
"Tentu saja tidak. Kau memang tampan, aku akui tetapi tidak membuatku jatuh cinta kepadamu, Pak Tua."
Bibir pria itu melengkung ke bawah. "Sungguh, kau bersungguh-sungguh mengucapkan itu? Kau tidak akan cemburu kalau aku memilih perempuan lain dan menjadikannya sebagai kekasih ku? Ah, hatiku sakit mendengar penolakan yang sarkas itu, bisakah kau menyenangkan ku dengan kata-kata yang halus? Sayang ...."
Javier menatap punggung Celine. "Tidak apa-apa aku akan membuatmu jatuh kepadaku sampai kau menjadi milikku."
Celine meletakkan piring ke tangan Javier. "Makan dulu sebelum bertarung. Itu semua membutuhkan banyak tenaga."
Binar senang terlihat, bahkan bola mata Javier membulat besar. "Kau menyuruhku untuk meluluhkan hati mu? Jadi kau mau menjadi milikku? Sayang, aku tidak salah dengar, 'kan?"
Celine menoleh ke samping, punggung tangannya diletakkan di kening Javier. "Tidak panas tapi mengapa orangnya gila?"
"Sayang, dadaku sakit rasanya ingin keluar. Perkataan mu membuatku merasa sedih." Javier meletakkan tangan Celine di dadanya. Perempuan itu bisa merasakan detakan kencang yang membuat memutar bola mata malas. "Mau ke rumah sakit siapa tahu kau ada penyakit jantung."
Javier menarik lengan Celine ke depan bibir kemudian dia gigit sampai membekas. Sedangkan Celine sudah berteriak kesakitan.
"Astaga, Javier! Kau anjing atau manusia? Lengan ku sakit, gila. Kalau ingin tulang sebentar biar aku cari kan terlebih dahulu."
Celine menarik lengannya. "Jangan mengigit lagi atau aku mengusirmu dari sini!" ancam perempuan itu sambil mengangkat sendok.
Javier menarik tubuh Celine hingga jatuh ke pangkuannya. "Maaf sayang. Karena belum makan aku jadi ingin memakan mu." Pria itu mendorong piring ke hadapan Celine. "Kita makan berdua, tapi kau harus menyuapiku."
Javier menahan pinggang Celine yang akan bangkit dari pangkuannya. "Sayang, lebih enak duduk di atas pahaku daripada duduk di kursi yang tidak empuk."
"Rayuan murahan mu membuatku mual. Biarkan aku duduk sendiri!" ucap Celine.
Javier menggelengkan kepala menolak. Dia semakin mendesak Celine merapat, bersentuhan dengan perut dan dadanya. "Hangat sekali. Ayo sayang suapi aku, suami mu sudah kelaparan."
Celine memukul punggung tangan Javier menggunakan sendok. "Suami, suami. Aku saja tidak mengenalmu dan aku pastikan aku tidak akan menjadi istrimu, Pak Tua."
"Aku pastikan kau menjadi istriku, milikku dan aku pastikan seluruh isi pikiran mu hanya aku dan aku tidak ada yang lain." Javier mengecup leher belakang Celine dan mengisapnya.
Celine memejamkan mata. Isapan Javier menimbulkan debaran dan sengatan maka dari itu Celine berbalik dan memegang wajah Javier. "Berhenti atau kita akan meninggalkan sarapan."
"Aku memilih opsi yang kedua. Meninggalkan sarapan tetapi aku tetap bisa makan." Javier mencium bibir Celine. "Memakan mu, contohnya."
Celine menarik rambut Javier hingga tautan mereka terlepas. Perempuan itu menarik napas dalam-dalam. "Aku memilih opsi pertama jadi berhentilah sebelum aku menendang mu dari rumah ku."
Javier mengulum bibir ke dalam. Dia menganggukkan kepala dan membuka mulut, meminta untuk disuapi. Celine dengan enggan tetap menyuapkan ke Javier.
"Begini rasanya mempunyai istri. Kapan waktumu kosong aku ingin menikahi mu." Javier menyandarkan dagu di bahu Celine sembari menatap lekat pahatan wajah perempuan yang sudah berani membuatnya jatuh cinta sangat dalam.
Gigi Javier mengigit pipi Celine yang sedang mengunyah. Perempuan itu mengadu tidak jelas.
"Waktu untukmu selalu penuh. Jadi kau menikah saja sendiri."
"Oh, perkataan sarkas mu seakan setuju dengan usul ku untuk menikah."
Celine menutup telinga. Dia lelah mendengar racauan Javier.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Javier Crazy Love
RomanceJavier pria yang ditakuti oleh banyak orang, dikenal dengan sebutan sang penguasa. Namun, Javier sudah melepas semua hal yang berbau masa lalunya setelah dia menaruh perasaan ke perempuan yang menarik di matanya. Perempuan keras kepala, pekerja kera...