Chapter 6

150 22 4
                                    

Sakura tersentak dari tidurnya. Keringat dingin mengucur deras di dahinya. ia terisak perlahan. Kepingan ingatan itu begitu jelas. Wajah Itachi, senyum Itachi, dan semua kenangannya tentang Itachi.

Dan ia juga dapat melihat dengan jelas. Wajah tersenyum itu hilang, terganti dengan raut datar yang amat tersiksa. Tamparan keras ayahnya di wajah datar Itachi. Dan...

Tubuh kaku Itachi.

Sakura menangis semakin keras. Kenapa ia selalu memimpikan kenangan pahit itu. Ia merindukan kakaknya. Sangat.

Ia membuka matanya sekelebat kepingan mimpi yang juga sering ia lihat.

Anak itu.

Anak berambut emo itu.

Anak laki-laki yang mirip sekali dengan Itachi.

Anak laki-laki yang menatap takut pada sang ayah.

Yah, anak laki-laki itu.

Ia harus menemukannya.

Dia satu-satunya peninggalan dari Itachi.

Kenang-kenangan yang mengingatkannya pada sang kakak.

Anak laki-laki Itachi.

S.C.H.O.O.L.'S . L.O.V.E . N.O.T.E.S

"Aku tidak mau mengajar kelas itu lagi, Shika! Huwaaaa!"

Tangis Sakura pecah kala mereka melangkah keluar dari kelas seni. Shikamaru menghela nafas frustasi. Mengenal Sakura sejak kecil membuatnya tahu bagaimana sifat manja gadis itu. Walau sudah mendeklarasikan diri mandiri dari Uchihapun, sifat manjanya masih terbawa. Ia mendengus mengingat deklarasi bodoh itu. Mandiri dari Uchiha? Mana ada orang yang mandiri dari Uchiha membiarkan tangan kanan kepercayaan ayahnya berada di dekatnya, bahkan hampir setiap saat mengurusi kebutuhannya sadar atau tidak.

Yah, klan Nara adalah tangan kanan Fugaku. Dan dia orang pertama dari klannya yang diminta Fugaku menjadi bagian dari Uchiha. Mengingat hal itu wajahnya memanas. Ia kembali mendengus berusaha mengalihkan agar rona merah tidak menjalar di wajahnya.

"Merepotkan,"

Ia melirik Naruto yang tampak kelabakan menenangkan Sakura yang kini duduk di pojok lorong yang tak jauh dari kelas itu. Sangat bahaya kalau guru pembimbing mereka tahu apa yang terjadi. Nilai Sakura bisa minus karena di anggap tidak profesional menghadapi situasi kelas.

"Sudah Sakura, cup.. cup.. nanti kalau ada yang lihat bagaimana? Kau tidak malu? Nanti bedaknya luntur lho,"

"Kau tidak dengar tadi apa yang mereka bilang? Hik.. Mereka bilang aku gadis berdada rata. Rambutku seperti sapu ijuk. Dan mereka sama sekali tidak mau mendengar kata-kataku tadi,"

Lagi-lagi Shikamaru mendengus. Kemudian dengan gerakan cepat ia menarik tangan Sakura agar ia berdiri yang membuat gadis itu memekik kaget.

"Apa yang kau lakukan, Shika?!"

"Kalau Kurenai-sensei melihatmu seperti ini, nilaimu bisa dikurangi, baka," ucapnya malas sambil menggandeng Sakura melangkah.

"Cepat hapus airmatamu, pakai bedakmu lagi. Jangan jadi gadis yang merepotkan,"

Ucapnya yang langsung dihadiahi tarikan rambut pada rambut nanasnya. Ia hanya berdecih akan tingkah Sakura itu, namun tidak protes. Di belakangnya Naruto mengikuti mereka.

"Aku sudah dapat apa yang kau minta,"

"Eh?"

"Anak kakakmu.."

Mata Sakura membulat. Sontak ia menarik tangan Shikamaru untuk menatapnya dan mengguncangkan tubuh tegapnya yang tidak terlalu berefek banyak meski sudah di guncang dengan sekuat tenaga.

School's Love NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang