Pt. 39

2.1K 262 20
                                        

Cast :
Lee Haechan
Jung Jeno

Genre : Historical, Drama

Rated : G

WARNING : JIKA TIDAK MENYUKAI CERITA INI DIMOHON UNTUK SEGERA KELUAR DARI SINI TANPA MENINGGALKAN KOMENTAR KEBENCIAN! TERIMA KASIH

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Ratu Heejin membawa tangan Haechan untuk bertanggar diatas perut buncitnya. Senyum sumringah tidak pernah terlepas dari wajah cantiknya itu.

Dengan semangat bibir tipisnya berceloteh riang bagaimana ia menjalani hari-harinya selama masa kehamilan. Bagaimana ia merasakan pegal-pegal disekujur tubuhnya terutama dibagian kaki.

Sedangkan Haechan hanya mendengarkan celotehan Ratu dengan senyuman hangat. Hatinya merasa terenyuh mendengar cerita Ratu.

"Apakah calon Putera Mahkota sudah bergerak?" Tanya Haechan.

Ratu menggelengkan kepalanya dengan bibir yang cemberut. "Belum, tabib bilang kemungkinan tidak lama lagi bayi akan bergerak. Aku juga sedang menunggunya."

"Aku senang mendengar Yang Mulia dan Calon Putera Mahkota sehat." Ucap Haechan dengan tulus.

Sejujurnya dia tercengang bagaimana Ratu Heejin melewati kemalangannya waktu itu. Tabib Kwon sebelumnya mengungkapkan jika kondisi Ratu dan calon Putera Mahkota berada di fase berbahaya.

Namun bersyukurnya Yang Mulia Raja saat mengetahui itu segera memerintahkan Jenderal Hwang untuk menyebar orang mencari tabib-tabib hebat dari segala penjuru negeri.

Dan hanya dalam beberapa hari saja puluhan tabib hebat sudah dikumpulkan. Lalu Raja meminta para tabib untuk berdiskusi mengenai penyakit yang diderita Yang Mulia Ratu. Dan diminta untuk mencarikan obat yang bisa menyembuhkannya.

Dengan hadiah besar yang ditawarkan oleh Raja, para tabib itu dengan semangat mengkaji berbagai tumbuhan obat-obatan langka dan mahal untuk mencari tahu manfaat yang terkandung pada tumbuhan itu apakah bisa digunakan untuk menyembuhkan Yang Mulia.

Membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menemukan obat yang cocok. Dan bersyukurnya para tabib hebat itu berhasil menemukannya. Menggunakan tumbuhan obat langka yang hanya ditemukan di negara jauh. Namun Raja langsung mengutus sekelompok orang untuk mendapatkan tumbuhan itu secepatnya.

Dan setelah mengkonsumsi obat itu akhirnya kesehatan Ratu mulai membaik. Yang sebelumnya Ratu tidak bisa bangkit dari ranjangnya, perlahan sudah bisa duduk dengan nyaman. Kemudian secara perlahan Ibu Negara itu bisa turun dari ranjang.

Namun tabib mengatakan jika Ratu tidak bisa kelelahan atau berjalan terlalu lama. Karna kondisinya yang belum stabil.

Tapi itu sudah lebih dari cukup. Setidaknya Yang Mulia Ratu tidak hanya terbaring lemah diatas ranjang seperti sebelumnya.

Haechan menatap wajah Ratu dengan seksama, wanita cantik itu tidak mengeluh tentang keadaannya. Senyuman manis selalu melekat diwajahnya.

"Yang Mulia, terima kasih banyak." Ucap Haechan tiba-tiba.

"Untuk?" Tanya Ratu bingung.

"Untuk semuanya. Aku tahu Yang Mulia melakukan semua ini untukku." -Haechan-

Ratu Heejin meraih tangan Haechan yang masih berada diatas perut buncitnya. Kemudian dia tersenyum sambil berkata, "Justru aku lah yang harusnya berterima kasih padamu. Aku bisa mendapatkan kehidupan sempurna ini berkatmu."

Duk

"Eh?!!"

"Yang Mulia, ada apa? Apa kau merasa sakit? Mau kupanggilkan tabib?" Tanya Haechan khawatir, segera dia berniat ingin memapah Ratu.

"Tidak! Bu-bukan itu.. Bayinya! Bayi nya menendang." Ungkapnya semangat.

"Ye? Apa?"

Yang Mulia dengan cepat kembali menarik tangan Haechan dan menempelkan diperutnya lagi. "Bayi nya mulai menendang-nendang!!"

"Benarkah?" Haechan mencoba merasakan pergerakan janin itu.

Duk

Mata Haechan langsung membola saat dia benar-benar merasakan tendangan lembut dari calon Putera Mahkota.

"I-itu be-benar-benar bergerak." Ucapnya terharu.

Yang Mulia Ratu tersenyum dengan sangat lebar. Begitu pula para dayang yang berada disana. Mereka ikut bahagia mendapati kabar yang membahagiakan itu.

"Sepertinya Putera Mahkota menyukai sentuhan Selir Lee." Ucap Yang Mulia.

"Benarkah? Aku juga menyukaimu.." Haechan mengusap-usap lembut perut Yang Mulia seolah tengah berbicara dengan janin itu.

Hatinya seketika menghangat merasakan interaksi lembut antara dirinya dan janin yang dikandung Ratu. Dia menjadi tidak sabar untuk melihat calon Putera Mahkota, meskipun bukan anak kandungnya namun Selir Lee merasa sangat menyayangi calon anak ini.

Mata kedua isteri Raja itu berbinar cerah dan berkaca-kaca. Rasa bahagia terpancar dari mereka. Sama-sama sangat menantikan waktu kelahiran nanti.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

"Yang Mulia, ini teh nya." Selir Lee meletakan secangkir teh hangat diatas meja.

Yang Mulia meraih cangkir itu dan menyesapnya sedikit. "Apa kau dan Ratu sudah puas mengobrol?"

Selir Lee duduk dibangku sebelah Raja, dia tersenyum mendengar pertanyaan Raja. Dia tahu kalau Raja tengah menyindirnya yang sejak kedatangannya hari ini ia berada dipaviliun Ratu dan menghabiskan waktu disana hingga melupakan Raja Jeno.

Haechan terkekeh sebentar sebelum menjawab, "Maaf Yang Mulia, aku dan Ratu berbicara tentang banyak hal. Sampai lupa waktu."

"Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya sangat menyenangkan." Tanya Raja.

"Sangat banyak.. Mulai dari Ratu yang tidak bisa bangun dari ranjang, lalu Ratu menceritakan bagaimana Yang Mulia mengumpulkan banyak tabib dari seluruh negeri sampai akhirnya berhasil membuat kesehatan Ratu membaik. Lalu membicarakan apa saja yang Ratu inginkan selama masa kehamilan ini. Saking terlalu banyaknya aku juga lupa apa saja yang dibahas." Ungkap Haechan.

"Benar, selama kepergianmu banyak hal yang telah terjadi disini. Aku juga mengalami kesulitan hidup tanpamu disisiku." Ucap Raja.

"Benarkah?" Goda Haechan.

"Tentu saja. Rasanya aku ingin menculikmu dan membawamu kembali kesini. Tapi aku hanya bisa menahannya karena aku tahu kau sangat menyukai tinggal disana." -Raja-

"..." Haechan meresponnya dengan tersenyum.

"Maafkan aku yang sudah menahanmu disini."

Haechan menggenggam tangan Raja. "Aku yang memilih untuk selalu bersamamu. Dimana pun Yang Mulia berada aku akan selalu ikut denganmu. Yang Mulia tidak perlu merasa bersalah."

"Terima kasih banyak." Jeno meraih tangan Haechan dan mengecup punggung tangannya dengan lembut.

Keduanya saling tersenyum.

"Ohh ya! Yang Mulia hari ini calon Putera Mahkota mulai menendang." Ucap Haechan dengan semangat.

"Benarkah?"

Haechan mengangguk semangat, "Ya! Yang Mulai Ratu hampir menangis saat merasakan tendangan lembut itu untuk pertama kalinya."

"Aku senang mendengarnya, itu tandanya calon Putera Mahkota sudah tumbuh dengan sehat."

"Yang Mulia benar.. Yang Mulia, besok cobalah untuk menyapa calon Putera Mahkota. Karna Tabib tadi bilang kalau bisa kita harus sering-sering mengajaknya bicara, karna itu akan merangsang tumbuh kembangnya. Dia pasti akan sangat senang jika yang mengajaknya mengobrol adalah ibu dan ayahnya." Ujar Haechan.

"Ya, aku akan mengunjungi Ratu besok." Jawab Raja.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Sang Musisi [NoHyuk] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang