Rahasia

84 17 6
                                    

Jennie membuka matanya. Dia menyadari sedang dipangku oleh Mingyu. Dia segera bangun. Tanpa sengaja gerakan cepatnya mengejutkan Mingyu dan kepalanya menghantam dagu Mingyu.

"Ah, maaf Pak Kim." Jennie mengusap dagu Mingyu dengan ujung lengan bajunya.

"Tidak apa-apa."

Mingyu menyingkirkan tangan Jennie. Pria itu menatap perempuan di sisinya. "Kita akan ke rumah sakit."

"Eh?" Jennie sadar. Dia akan dibawa rumah sakit oleh cinta pertamanya ini? Dia khawatir?

Jennie berbahagia dalam hati. Dia kemudian duduk tenang. Sebentar lagi mereka tiba. Yah, Jennie memang harus memeriksa keadaan kesehatan yang sudah beberapa bulan tidak diperiksa karena kehebohan di dalam pekerjaannya.

Perempuan berpipi tembam itu tidak protes. Dia menurut.

***

Di ruang pemeriksaan, Jennie membuat dokter yang memeriksa mengernyit.

"Anda tidak menyadarinya, ya? Untung keadaannya baik-baik saja."

Mingyu yang ada di sana bertanya-tanya. "Ada apa? Dia tidak sakit serius, 'kan?"

"Dok," Panggil Jennie. Perempuan itu mencekal tangan dokter mengisyaratkan untuk jangan katakan apapun mengenai hasil tes kesehatan kepada Mingyu.

Perempuan tersebut bangkit dari ranjang pemeriksaan dan mendekati dokternya. Membungkuk ke Mingyu. "Maaf, Pak. Ini masalah kesehatan saya. Terima kasih sudah mengantar saya."

"Mari," ujar Dokter mempersilakan Jennie mengikutinya.

"Anda merasakan apa belakangan?"

"Pusing, lebih sering."

Pembicaraan samar dua orang itu sebelum pergi jauh dari ruang pemeriksaan masuk ke dalam rungu Mingyu.

"Dia baik-baik saja, 'kan?"

***

"Anda tahu maksud saya, Nona Kim?" Jennie melihat kertas hasil pemeriksaan yang baru dibuat. Dia hamil. Usia kandungan 4 bulan. "Usia kandungan dihitung dari hari terakhir menstruasi."

"Hah, pantas saja." Jennie mengusap wajahnya.

"Sekarang Anda memiliki sesuatu yang harus dijaga. Saya harap Anda lebih berhati-hati."

Perempuan itu mengangguk. Kepalanya berkecamuk. Jika Minggu tahu perempuan yang dibenci mengandung anaknya. Dia pasti tidak akan Sudi. Cepat atau lambat, semua akan ketahun. Jennie harus mengatur rencana agar ini tetap menjadi rahasia antara dirinya dan keluarga.

Mingyu tidak perlu tahu. Karena Jennie masih tidak bisa terima dengan jawaban yang sebenarnya sudah menjadi tebakan perempuan itu. Tetapi, meskipun sudah dibayangkan. Dia tetap tidak mau karena itu pasti lebih sakit dari bayangannya.

"Ya, ini jawaban untuk memang harus menolak tawaran investasi. Memperkecil pertemuan dengan Mingyu."

***

Tiga hari kemudian, setelah Jennie tahu dia hamil. Di ruang makan apartemennya. Di mana Kim Jaejoong selaku kakeknya pulang ke Korea. Ini momen keluarga yang indah. Tetapi, Jennie merencanakan untuk mengatakan hal mengejutkan di sini.

"Kakek," panggil Jennie ragu.

Jaejoong menoleh. "Ada apa? Apa kuenya tidak enak?" tanya pria tua itu.

"Tidak bukan ini."

Jennie menatap kedua orang tuanya. Dia menarik napas dalam. Kemudian—

"Aku hamil."

Suasana hening seketika. Semuanya menatap Jennie yang gugup.

"Eyy, apa-apaan kau ini. Lolucon anak jaman sekarang memang susah dimengerti, ya," ujar Choi Yuji.

"Sudah empat bulan."

"Yak! Jennie Kim! Dasar anak ini! Yang benar saja kau hamil? Anak siapa?!"

Jennie mengatakan 'sudah empat bulan' sembari memberikan hasil tes kehamilan.

"Oh, astaga, Nak."

"Dengan Kim Mingyu."

"Apa? Bajingan itu?! Bajingan yang menolak cintamu itu?! Bagaimana bisa?!" Jihwan terlihat berapi-api. Dia menggulung lengan kemejanya. Sedangkan Jaejoong mengangkat tongkat kayunya siap ikut bergerak dengan Jihwan.

"Dia mungkin tidak menginginkan anak ini. Jadi aku akan merahasiakan. Kalian jangan membuat keributan apapun. Aku mohon, aku ingin kami sehat sampai akhir."

Kalimat Jennie membuat suasana lebih tenang. "Dia bajingan. Dia membuat anakku hamil, lalu tidak mau anaknya?"

"Ini anakku Kakek."

Jennie menegaskan kalimat itu. Membuat semua orang tua yang ada menjadi menatapnya. Yuji mendekati Jennie. Jihwan dan Jaejoong juga beranjak dari kursinya dan memeluk Jennie.

"Ah, Jennie kami yang cantik...."

Suasana menjadi haru seketika. Jennie menangis bahagia. Sungguh keberuntungan bisa ada di tengah-tengah mereka.

TBC

Obsesive Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang