Penolakan

102 13 3
                                    


Usaha fashion Jennie cukup terkenal. Banyak orang menyukai produk dan desain unik dari merk fashion Jennie. Seolah keberuntungan tidak pernah meninggalkan Jennie.

"Selamat datang!" pramuniaga Jennie menyambut perempuan cantik yang memasuki toko utama mereka.

Jennie yang kebetulan sedang berada di tempat itu hanya memantau karyawannya bekerja dari ruang kerja yang ada di belakang meja kasir. Mengintip dengan antusias.

"Saya mau barang termahal dan terbaru."

Begitu Jennie melihat perempuan itu bergerak melihat rak putih yang menjadi pajangan produk tas desainnya dia terbelalak karena orang itu Lalisa.

"Dia kenapa di sini? Mingyu terlalu murah hati membiarkan anak itu berkeliaran. Yah, wajar. Mengingat Mingyu sangat mencintai dia."

Pramuniaga Jennie membawakan sebuah tas yang baru selesai produksi. Tas mungil dengan bentuk persegi. Sederhana dan elegan dengan pegangan dari titanium terbaik.

"Kau bilang ini terbaik?"

Lalisa melempar tas itu ke lantai. "Ah, tapi Nona ini barang termahal seperti yang Anda mau. Barangnya juga bagus, ini desain terbaru CEO kami."

"Oh, begitu. Pantas tidak layak pakai. Ternyata CEO kalian itu memiliki selera yang jelek."

Karyawan toko lain hendak mengambil tas yang dilempar Lalisa. Tetapi, seorang pria dengan setelan jas mengambil tas itu terlebih dahulu.

"Mingyu?" Dengan suara senang Lalisa tersenyum.

"Aku akan membelinya." Mingyu menatap Jackson yang ada di belakangnya. Seolah paham. Pria yang menjabat sebagai ajudannya itu berjalan menuju kasir.

Lantas pria bertubuh tegap itu menatap Lalisa dingin. "Kau, masih punya wajah untuk berkeliaran ternyata." Mingyu mengabaikan atensi Lalisa. Berjalan ke rentetan baju yang ada di toko tersebut.

"Reputasi yang buruk itu, ku kira kau akan menghilangkannya. Ternyata kau tidak memiliki niat untuk itu. Seolah nyaman dengan sebutan wanita jahat."

"Mingyu, aku minta maaf atas kesalahan yang aku lakukan. Saat itu aku meminta dan mengambil uang dari restoran mu karena butuh uang. Mingyu, aku juga tidak berselingkuh ini, hanya kesalahpahaman."

"Maaf, tapi aku bukan pria yang murah hati memaafkan pengkhianatan seperti ini."

Mingyu kemudian pergi meninggalkan tempat itu bersama Jackson yang usai membayar. Di pintu masuk dia berpapasan dengan seorang pria yang sangat Mingyu kenal. Kun—asisten Jennie. Pria itu membawa plastik berisi makanan dan minuman sehat, ada susu juga.

"Apakah itu milik Bu CEO?" Pramuniaga yang lain mendekati Kun dan mengambil alih bingkisan itu.

Membantu Kun membawanya dan masuk ke sebuah ruangan.

"Jadi dia di sini?"

Mingyu menatap tas yang dibelinya. Seutas senyuman terlihat di wajah tampan Mingyu. "Jack, kira-kira dia melihat tidak?"

"Ya, saya tidak bisa mengatakan iya atau tidak. Karena itu sangat tidak pasti. Kebetulan saya bukan peramal."

Mingyu menatap Jackson kesal. Mereka kemudian memasuki mobil dan pergi dari tempat itu.

***

"Jadi, bagaimana dia bisa kebetulan ada di sini? Mustahil dia lewat dan masuk hanya untuk keributan seperti ini."

Kun mulai bertanya-tanya alasan Mingyu ada di toko utama setelah Jennie menceritakan apa yang dilihatnya.

"Entahlah."

Jennie menatap layar iPad-nya sembari terus menggerakkan stylus pen miliknya.

"Berhenti bekerja, istirahat dan makan makanan yang aku beli."

Kun menatap Jennie khawatir. Gadis itu tertawa ringan. Dia beranjak dari kursi kebesarannya lantas bergerak menuju sofa. Dia duduk di sana. Kun dengan sigap membantu perempuan itu.

"Kun, kau sudah bukan asistenku lagi."

"Lalu kenapa? Kalau bukan asisten apa aku tidak bisa menjadi teman?"

Jennie tersenyum. "Baik-baik, teman."

"Siapa tahu dari teman biasa bisa jadi teman hidup," celetuk Kun.

Jennie yang mendengar itu seketika tersedak susu yang tengah diminum. Tatapnya tajam. "Aku sudah tidak perawan," sarkas Jennie.

"Tidak masalah. Asal itu kau."

"Aku sedang hamil anak orang lain."

"Tidak masalah. Aku akan menyayanginya, karena itu anakmu."

"Dasar pria gila."

Kun tertawa. Dia menatap perut Jennie yang sedikit membuncit. "Hei, Nak. Lihatlah ibumu yang bodoh ini. Sudah ada pria baik pilih pria brengsek seperti ayahmu," cibir Kun.

"Hei, dasar pria bodoh."

"Kau juga bodoh!" balas Kun tak mau kalah.

TBC


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Obsesive Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang