Bab 3

2.1K 59 3
                                    

Saat makan malam Aruna membantu Bu Menik menghidangkan makanan yang telah mereka masak bersama tadi di meja makan. Di ruang makan sudah ada Nyonya Hafsah dan Jingga yang sedang duduk menunggu sajian makan malam untuk mereka berdua.

"Kamu suka pembantu barunya, Sayang?" tanya Nyonya Hafsah pada cucu laki-lakinya.

Jingga mengedikkan kedua bahunya tak acuh. "Dia yang kelihatan suka banget sama aku, Oma," jawabnya dengan memasang wajah pura-pura angkuh.

Aruna yang tiba di ruang makan sambil mendorong troli berisi sajian makan malam untuk kedua majikannya sampai menahan senyum mendengar omongan Jingga yang menurutnya begitu lucu itu.

"Dari mana kamu tahu? Memangnya dia bilang langsung sama kamu?" tanya Nyonya Hafsah penasaran.

"Nggak juga, sih, Oma."

"Trus kamu tahu dari mana, Jingga?"

Jingga menoleh pada Aruna yang kini sudah berdiri di sampingnya sambil meletakkan mangkuk sup asparagus kesukaan Jingga. "Aku bisa lihat dari caranya menatapku, Oma," jawab Jingga jujur.

Aruna merasa tersanjung dan dipuji oleh Jingga . Dia semakin menyukai pemuda kecil yang menurutnya memiliki attitude lebih baik daripada neneknya. Dan tentunya memiliki hati yang baik dan jujur.

Setelah selesai makan malam Aruna dan Bu Menik membereskan meja makan. Membawa kembali mangkuk serta piring-piring besar berisi sajian makan malam yang hanya disentuh sedikit oleh kedua majikannya.

Di dapur Aruna menikmati wortel buah yang menurutnya sangat enak dan tidak pernah dia jumpai di mana-mana. Kata Bu Menik semua bahan makanan yang ada di rumah ini adalah barang-barang import berkualitas tinggi. Kalaupun barang ekspor merupakan jenis kelas A yang tidak diperjual belikan di dalam negeri.

"Ini semua akan dibuang. Sebaiknya kita nikmati dulu sampai puas," ujar Bu Menik menunjuk semua makanan yang kini sudah berpindah tempat di atas meja dapur.

"Kalau memang begitu, saya nggak akan menolak," jawab Aruna sambil mengambil sebuah oyster yang terkenal karena harganya yang sangat fantastis untuk ukuran orang-orang rendahan seperti Aruna.

Aruna mencoba kerang tersebut setelah melihat cara Bu Menik menikmati seafood tersebut. Setelah melihat ekspresi Bu Menik yang menunjukkan kenikmatan rasa dari makanan tersebut barulah Aruna berani ikut mencoba makan. Dan benar saja kedua mata Aruna berbinar sambil mengunyah oyster yang sudah berpindah ke mulutnya itu.

Sebelum tidur malam seperti biasa Aruna akan mencuci muka dan menggosok giginya di kamar mandi. Saat Aruna dan Bu Menik sedang menggosok gigi, terdengar suara klakson mobil dari arah pintu gerbang.

"Dia datang juga akhirnya," ujar Nyonya segera mengakhiri acara menggosok giginya.

"Siapa?" tanya Aruna bingung.

"Tuan Batara itu. Cepat bersiap, Aruna! Pakai kembali seragammu!" hardik Bu Menik, membuat Aruna jadi kalang kabut dibuatnya.

Bu Menik bergegas mengenakan seragamnya begitu juga dengan Aruna. Setelah semua beres mereka bergegas turun ke bawah untuk menyambut kedatangan tuan rumah yang sebenarnya di rumah ini. Di pintu rumah tidak hanya Bu Menik dan Aruna saja yang menyambut kedatangan tuan rumah, tetapi juga Jingga melakukannya bersama mereka.

Seorang pria bertubuh atletis dan wajah tampan rupawan khas pria asia timur muncul dari balik pintu rumah yang telah terbuka lebar. Jingga segera berlari ke pelukan sang ayah begitu melihat kemunculan pria tersebut. Sama halnya yang dilakukan oleh Jingga, pria itu membalas pelukan anak laki-lakinya tak kalah hangat.

"Dia pembantu baru di rumah ini, Tuan," ujar Bu Menik sedang memperkenalkan Aruna pada majikannya. "Dia juga yang akan menjadi pengasuh untuk Tuan Muda."

Lugunya Pengasuh AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang