(5) - Rush

191 28 9
                                    


.
.
.

 
Yaya berniat memesan taxi online sebelum matanya menangkap sosok tak asing di tempat parkir.

Dia menyipitkan matanya untuk memastikan.Dan benar terlihat Solar melihat ke arahnya sembari bersandar di badan mobil.

Mau tak mau Yaya mendekat.Pupus sudah niatannya untuk menjauh dari pemuda itu.

Setelah tadi dia harus menghabiskan waktu dengan Thorn sampai sore, kini dia harus kembali lagi dengan Solar.

Yaya sedikit terkejut ketika melihat Solar dengan penampilan yang acak-acakan.

Dan apa noda yang ada di kemejanya itu darah?

"Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja?", tanya Yaya khawatir.

Tapi Solar tak menggubris.Dia berdecak lalu bergerak cepat memasuki mobilnya.

Yaya yang sadar Solar dalam mood tidak baik memilih untuk tidak banyak bertanya dan mengikutinya.

Ketika melihat pintu mobil bagian penumpang yang terlihat rusak, Yaya akhirnya tau apa yang membuat mood pemuda itu buruk.

Tapi itu tetap tidak menjawab soal noda yang ia yakini sebagai darah di kemejanya.

Tunggu, apa jangan-jangan?

"Ck, cepat masuk",

Yaya melihat cepat ke arah Solar.Entah kenapa dia ragu untuk satu mobil dengan pria itu menyadari pikiran-pikiran buruk yang mulai merasuki otaknya.

"Kalau kau tidak masuk, aku pastikan darahmu yang akan membasahi pakaian ku Yaya",

Mendengar ancaman itu, Yaya bergegas masuk dan menutup pintu mobil sedikit keras.

Dia panik, tapi sebisa mungkin dia sembunyikan.Sesekali dia melirik ke arah Solar yang mulai fokus mengeluarkan mobilnya dari parkiran.

Ketika tak sengaja matanya melirik ke spion, dia terkejut melihat motor hitam dari sosok yang dia kenali tak jauh dari tempat parkir mobil Solar.

"Mulai saat ini kau akan tinggal dirumahku", Yaya kembali menoleh.

Mengabaikan keberadaan Halilintar dan melihat ke arah Solar tak percaya.

"Tidak, aku tidak mau", tolaknya tegas.

Solar meliriknya sekilas. "Tidak apa.Aku tinggal membakar rumah ibumu saja nanti", balasnya acuh.

Yaya menggeram marah mendengar ancaman itu. "Kenapa harus sampai seperti ini sih? Berhenti menggunakan keluargaku sebagai ancaman.",

"Kalau begitu menurutlah",

"Tidak.Aku tetap akan tinggal di kosan ku", putus Yaya memilih menatap keluar jendela.

Solar berdecak. "Apa menariknya kamar kos bobrokmu itu?"

Yaya menjawab hinaan itu sinis. "Lebih menarik dari rumahmu yang ada di tengah hutan itu",

"Kau tetap tinggal dirumahku.Aku akan menyuruh Thorn untuk mengemas barang-barangmu", kata Solar tak mau kalah.

Yaya merasakan amarahnya kembali ke ubun-ubun.Dia menatap Solar kesal.

"Bisakah kau tidak seenaknya seperti ini? Apa tidak cukup aku memutuskan Halilintar? Kenapa sampai aku harus tinggal dirumahmu?", tanya Yaya beruntun meluapkan kekesalannya selama ini.

"Karena aku menginginkan itu.Tugasmu hanya menurut kalau tidak mau keluargamu tinggal nama"

Yaya mengepalkan tangannya.Lagi-lagi nama keluarga nya harus dibawa.

SOLAR : GENIUS BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang