Prolog

397 31 12
                                    

Tangan pucat itu bergerak gelisah melepas sepatu flat dikakinya, menentengnya, kemudian kembali berlari menyusuri lorong gelap dari gedung lima lantai tempatnya berpijak saat ini.

Nafasnya memburu, sesekali kepalanya menoleh ke belakang dengan takut.

"Tuhan tolong aku", gumamnya merapalkan doa tak henti-henti.

Sungguh, dia benar-benar ingin menangis sekarang.Sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, lututnya gemetar hebat, bahkan untuk menampung tubuhnya dia benar-benar tidak sanggup.

Tapi dia harus lari, dia benar-benar harus pergi sesegera mungkin.Terlebih lagi ketika suara langkah kaki yang terburu menaiki tangga itu berhasil tertangkap telinganya.

"Kau dimana sayang? Jangan lari, aku kesini mau menjeputmu", dia menggigit bibir bawahnya menahan tangis.

Suara yang berat menggema itu membuat tubuhnya gemetar hebat.Ditambah dengan gesekan benda tumpul yang sengaja digoreskan di kaca menambah kesan ngeri untuk pelariannya.

Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang selain berlari.Kakinya dengan goyah dia paksakan menuruni tangga dengan cepat.Dia menjerit tertahan ketika kakinya salah melompati dua anak tangga sekaligus berakhir dia mengglinding sampai tangga bawah.

"Ukkh", gadis itu meringis, matanya mulai berair, tapi dia tidak sempat untuk menghapusnya karena sudut matanya menangkap sosok yang dihindarinya telah berdiri di puncak tangga.Bersama dengan senjata tajam di tangan kanannya.

Dia mengerang, mencoba bangkit dengan menahan rasa sakit yang menjalar sampai ke jantungnya.Tapi belum sempat dia berdiri penuh, dia dikejutkan dengan rasa sakit yang berasal dari kakinya membuatnya kembali ambruk.

"Argggh",

Mulutnya berteriak mengeluarkan rasa sakit.Kepalanya ia tolehkan kebelakang dan benar, sosok tadi dengan beringas menginjak belakang lututnya sampai dia merasa kakinya patah.

"Bagaimana? Enak tidak kakimu kupatahkan seperti ini?", tanya sosok itu menyeringai gelap.

"Brengsek, menjauh dariku sialan", umpatnya mencoba menarik kakinya yang masih diinjak, tapi nihil.

"Wah, padahal aku sedang berniat membunuhmu.Kau masih punya nyali juga mengumpatiku.Ck, benar-benar gadis pemberani, itulah kenapa aku cinta mati padamu", kata sosok itu memandang remeh gadis dibawahnya.

Matanya yang bersinar dalam gelap jujur saja membuat gadis itu ketakutan bukan main, tapi dia tidak ingin memperlihatkannya karena ketakutannya adalah hal yang sosok sialan itu inginkan.Dia sebisa mungkin menahan air matanya yang ingin kembali menyeruak.Sampai sosok berhodie itu menunduk.

Mendekatkan wajahnya dengan wajah si gadis , membuatnya bisa melihat lebih jelas sosok yang mencoba membunuhnya dari tadi.Dulu, dia sangat suka dengan wajah itu, tapi begitu mengetahui apa yang telah dia lakukan dia mencoba untuk tidak meludah di wajahnya jika tidak ingin kapak tajam itu menebas lehernya.

"Katakan apa maumu?", tanya si gadis menggeram.Dia menahan agar suaranya tidak terdengar ketakutan.

"Astaga, sayang.Kupikir kita lari-larian dari tadi kau sudah tau apa maksudku", dia terkekeh geli dengan pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut tipis gadis didepannya.Sebelum melanjutkan,

"Sudah kukatakan dari dulu bukan? Aku mencintaimu, benar-benar cinta yang sampai aku ingin mati kalau kau tidak didekatku.Jadi sudah jelas kan apa mauku", lanjutnya berbisik.

"Aku tidak sudi.Lebih baik aku mati daripada harus hidup dengan bajingan sepertimu", bentak sang gadis tepat di depan wajah sosok berhodie.

Sosok itu kembali terkekeh kecil, sebelum lama kelamaan mengubahnya menjadi tawa mengerikan yang menggema di sepanjang lorong.Tapi gadis itu menguatkan tekad.

Dia tidak ingin menghabiskan hidup bersama dengan pria ini.Walaupun dia harus mengubur mimpinya, atau meninggalkan keluarganya dia tidak peduli.Kehidupannya lebih berharga dia habiskan di alam kubur ketimbang di neraka bersama pria ini.

"Begitu ya?", tanya sosok berhodie lirih setelah mengehentikan tawanya."Baiklah kalau itu pilihanmu.Sayang sekali padahal aku mencintaimu tapi kau lebih memilih hidup dengan pacar sialanmu itu", lanjutnya dengan nada dan sorot mata mendingin.

Gadis itu bergeming.Dia berdiam diri melihat sosok didepannya yang mulai berdiri dan memegang kapak di tangannya kuat-kuat, bersiap mengayunkan dan menebas lehernya.

"Kalau begitu, selamat tinggal sayang",


__________________________________________________________________

Okey, akhir-akhir ini aku sering baca cerita dark romance,

 jadinya aku keracunan dan bikin fanfic gaje ini

.

jiah padahal yang lain belum kelar,

ya udah lah, daripada mendep di otak terus kan

wkwwk aku penasaran respon kalian gimana aku buat fanfic ini

.

oke, tinggalkan jejak



SOLAR : GENIUS BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang