.
.
.
.
"Ya ampun Vian, kenapa kamu semakin kesini jadi semakin cantik sih, aku sebagai wanita merasa isi dengan kulit putihmu ini" ucap Ambar sambil mengerucutkan bibirnya. "Kau bicara apa sih." Vian menanggapi biasa saja.
"Hai princes, selamat pagi sayang." sapa Gusti dengan senyuman mengembang.
"Selamat pagi mas Gusti." jawab Vian dengan senyuman lebar juga.
"Bagaimana, apakah tugas pak Fikri sudah selesai?" tanya Gusti duduk di sebelah Vian.
"Sudah mas, tadi pagi sudah ku serahkan sama mbak Fitri langsung." jawab Vian.
"Oh iya, aku dengar katanya Sekar punya pacar apa kamu tau siapa pacarnya." Ambar mulai bergosip.
"Eh, emangnya kau tau darimana info itu." Gusti bertanya dan mensejajarkan wajahnya dengan Ambar yang menunduk.
"Aku dengar saat masuk kantor pagi tadi, ada staf yang bicara kalau dia memergoki Sekar di ruang pantry dengan seseorang sedang bercumbu." ucap Ambar pelan yang nyaris berbisik.
"Coba nanti aku tanyakan." ucap Vian yang secara tak langsung juga ikut menunduk bersama dua orang yang sedang bergosip.
Seharian Vian bekerja dan saat selesai jam kerjanya pada pukul 3 sore dia langsung pergi ke kampusnya untuk menyelesaikan tugas akhirnya, karena dia
tinggal 2 bulan lagi akan lulus.
"Hah...sangat melelahkan" Vian menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi taman samping kampusnya sambil menatap langit yang menampakan warna jingga.
Brrt-brrt (handphon Vian bergetar dan menampakan nomer baru yang belum tersimpan di dalam kontakya).
"Siapa ya," Vian lama menatap layar handphonenya sebelum dia menjawab.
"Cepat pulang dan masakan makanan serta camilan karena malam ini teman-temanku akan datang ke rumah." suara dari sebrang langsung memberinya perintah begitu panggilannya diterima oleh Vian.
"Hah, Leon? lya ya aku lupa tanya nomernya sejak kami menikah sebulan yang lalu," gumam Vian, "tapi dia tau nomerku darimana ya." Vian terlihat berfikir, "ah, lupakan itu Vian, cepat pulang dan masak karena.benyar lagi malam." Vian langsung berdiri dan bergegas untuk pulang.
Sesampainya di rumah Vian langsung masuk kedalam kamarnya dan setelah membersihkan dirinya dia langsung masak dengan bahan yang ada didalam lemari es, saat Vian selesai masak dan menatanya diatas meja makan terdengar suara pintu dibuka, seketika langsung menunjukkan Leon beserta beberapa temannya dan juga wanita yang
waktu itu ditemui Vian sedang bercinta dengan Leon.Vian tanpa di suruh langsung membuatkan minuman untuk teman-teman Leon, saat Vian berjalan menuju mereka semua dan meletakkan minuman itu didepan semua teman Leon terlihat mereka semuanya menatap Vian dengan tatapan penasaran.
"Eh, Lee. Siapa ini? Selama ini aku kesini tak pernah melihat dia." ucap David menatap Vian.
"Oh, jangan pedulikan dia. Dia adalah anak pembantuku yang datang menggantikan ibunya, sudah abaikan dia dan jangan dekat-dekat dengan dia karena dia itu gay. Menjijikkan, nanti kalian akan tertular penyakit yang dibawahnya." ucap Leon, lalu pergi masuk kedalam kamarnya bersama dengan teman wanitanya.
Vian yang mendengar kalimat Leon menahan amarahnya dan juga kesedihannya, dia mengepalkan kuat kedua tangannya disamping tubuhnya yang berdiri dibalik mini bar. Vian merasa sangat terhina dengan ucapan Leon, padahal dia tak pernah mengganggu Leon atau pun berkata kasar pada Leon. "Hei, namamu siapa? Kau anak angkatan terakhir dari jurusan teknik kan?" tegur seseorang yang membuat Vian kaget.
Orang itu tertawa terbahak saat melihat Vian yang berjingkat dan menatapnya dengan tatapan kaget. "Aku Angga." ucap Angga dengan senyumannya dan mengulurkan tangan.
"Alvian, kakak bisa memanggilku Vian." jawab Vian dan menyambut uluran tangan Angga.
"Wah Vian, tanganmu sangat lembut." Angga tersenyum dan menangkap tangan Vian dengan kedua tangannya.
"Terima kasih" Vian merasa canggung dan menarik perlahan tangannya. "Baiklah, aku permisi dulu kak Angga, oh iya ini camilannya. Maaf kalau misalkan tidak enak karena aku membuatnya dengan bahan seadanya." Vian menyerahkan nampan berisi camilan pada Angga dan berjalan melewati Angga lalu masuk kedalam kamarnya, namun sebelum dia masuk kamar Vian mendengar suara Leon dan teman wanitanya sedang bercinta didalam kamar, karena untuk ke kamar Vian dia harus melewati depan kamar Leon.
------
Seminggu berlalu dari kejadian itu, dan akhirnya Leon jadi semakin sering membawah teman-temannya datang ke rumahnya, yang pastinya selalu menyuruh Vian untuk masak dan membuatkan minuman untuk mereka. Bahkan Leon juga selalu menyuruhnya keluar untuk membelikan apa saja yang ingin dimakan oleh temannya, namun Leon tak bilang secara langsung, melainkan dia bilang satu-satu sehingga membuat Vian harus bolak balik keluar rumah, dan sudah 5 kali Vian pergi ke supermarket untuk membelikan kebutuhan teman Leon.
"Ga, kau ingin beli apa. Biar anak pembantu ini yang akan membelikanmu." ucap Leon saat melihat Vian baru saja datang membeli rokok untuk Fadil.
"Tidak Lee, aku tak membutuhkan apa pun. Lagian kasian Vian harus bolak balik, dia pasti capek." ucap Angga menatap Vian yang mulai ngos-ngosan.
"Dia harus banyak berolahraga agar tak penyakitan" ucap Leon mengejek dan teman-temannya yang lain tertawa mendengarkan ucapan Leon.
"Kalau tak ada lagi aku mau masuk dulu." Vian berjalan melewati Leon dan langsung masuk kedalam kamarnya.
Vian mengepalkan tangannya diatas meja belajarnya, "dia sengaja mempersulit aku, dan masih menghinaku." gumam Vian dengan kesal. Vian terus menggerutu atas semua perbuatan Leon padanya belakangan ini yang selalu membuatnya sulit, namun Vian merutuki dirinya juga karena dia tak bisa menolak sebab Vian mulai menyukai Leon yang saat ini telah jadi suaminya. "Apaan ini Vian, apa kau sudah gila dengan mencintainya." gumam Vian memukul dadanya sendiri yang merasa sesak.
"Ini memang gila, tapi aku telah mencintainya. Aku mencintainya sejak dia mencium ku dihari pernikahan kami." Vian merasa frustasi dengan perasaannya yang tak bisa dia hilangkan walau dia sendiri telah tau bahwa Leon itu pria normal dan bahkan dia sering membawah teman wanitanya ke rumah untuk bercinta.
Vian menghela nafas dalam lalu meletakkan kepalanya diatas meja dan matanya berkedip-kedip merasakan lelah atas semuanya, namun Vian tak bisa berbuat apa-apa karena hatinya telah dicuri oleh seorang Leon.
"Bangun, cuci bajuku" Leon melemparkan beberapa baju kotornya pada Vian yang tanpa sadar tertidur sambil duduk dan menyandarkan kepalanya diatas meja.
Vian menatap tak percaya sama Leon yang berdiri dan melemparkan baju kotornya, dengan ogah-ogahan Vian bangun dan berjalan ke belakang ruma untuk mencuci baju Leon. Saat Vian kembali dari belakang keadaan rumah sudah sepi dan teman-teman Leon sudah pada pulang semua, dan jam menunjukkan pukul 10 malam.
"Mau kemana, masakan makanan untukku aku lapar sekarang." ucap Leon yang duduk di sofa ruang tengah sambil main handphon.
Vian berjalan kearah dapur memasakan omelette serta jus buah untuk Leon. Vian berkali-kali menghela nafas dalam saat dia melirik kearah Leon. Vian tak habis pikir dengan dirinya yang menyukai seorang Leon yang jelas-jelas dia kasar dan tak pernah menghormatinya serta selalu mempersulit
dia setiap saat."Ku letakkan di meja makan" ucap Vian pada Leon dan dia pergi kedalam kamarnya.
Sekitar 30 menit kemudian Vian keluar dan dia melihat Leon sudah tak ada ditempat dan piring bekas makannya sudah kosong, Vian membersihkannya setelah itu dia kbali kedalam kamarnya, membersihkan dirinya dan naik ketempat tidur.
Bersambung.....
Next chapter dkit ada adegan kekerasan ya bae.
Typo? Tandain. Maaf kalo ngebosenin. Vote Komen baee🫂
![](https://img.wattpad.com/cover/361094525-288-k927660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting married suddenly?
RomanceGimana Perasaan Kalian Kalo tau orang yang kita suka ternyata udah di jodohin sama kita dari kecil? DISCLAIMER!! •BXB •Semua foto Hanya Pemanis. Sumber Internet Ini hanyalah sebuah cerita fiksi. Tanpa mengurangi rasa hormat saya, tolong jangan sam...