Beberapa hari kemudian, aku ketahuan oleh anak buah ayah. Aku dipaksa pulang ke rumah yang terasa seperti neraka bagi ku. Lagi dan lagi aku di hajar habis habisan oleh ayah ku dan anak buahnya.
"Ayah sudah cukup! Oppa tidak salah ! Aku yang salah!" Teriak Yeri histeris.
Tapi ayah ku tak peduli, beliau mengambil stick golf dan hendak memukul Yeri. "Jangan membela nya!" Teriak ayahku.
Namun dengan cepat aku memeluk Yeri erat. Hingga akhirnya, aku yang terkena pukulan stick golf itu. Tidak hanya itu, beliau juga menginjak ku yang sudah tak berdaya.
"Seharusnya kau tak pernah lahir dan jadi anak ku!" Ia berkata sambil terus memukul ku hingga akhirnya aku pingsan.
Setelah kejadian itu aku dikurung. Seperti kata ayah kalau nilai ku tak berubah juga, aku akan di kurung.
Sudah dua minggu aku hanya diam di kamar yang terkunci, aku seperti tahanan di rumah ku sendiri. Beberapa kali aku mimisan, namun tentu saja siapa yang akan peduli?
Keluarga ku lengkap, tapi aku merasa sendirian.
"Argh! Kepala ku Sakit sekali!" Rintihku, sebelum cairan merah itu keluar lagi.
Aku hendak berlari ke kamar mandi, namun sebelum aku melakukannya tubuhku sudah limbung dan hampir terjatuh.
"Adrian stevano lakukan lah dengan benar!" Teriakku kepada diri sendiri sambil menangis.
Kadang, aku iri dengan Xaniel. Dia punya orang-orang yang sayang padanya, sedangkan aku? Tak ada yang menyayangi ku. Orang tuaku lengkap tapi mereka menganggapku tak ada .
Tiba-tiba, seseorang membuka pintu kamarku, dengan cepat kuhapus air mata yang masih membasahi wajahku.
"Eomma" kataku saat melihat eomma berada didepan pintu.
"A-apa eomma mau memukul ku juga?" Suaraku bergetar ketakutan.
Namun, eomma tidak melakukan itu. Ia mendekapku seraya berkata "Eomma disini nak jangan takut ya?"
Hangat, baru kali ini aku merasakan ini pelukan dari orang tua yang ku inginkan
"Biar eomma bersihkan ini ya" katanya seraya mengambil tissue dan membersihkan darah di hidungku.
"Eomma, apa eomma tidak mau memukulku? Atau berteriak tepat di telingaku?" tanyaku.
Eomma menggeleng lalu memegang pipiku "Untuk eomma, kau adalah malaikat kecil" ia tersenyum hangat. "Bagaimanapun juga kau adalah anak kandung kami."
"T-tapi aku hanya beban untuk kalian terutama ayah" ucap ku seraya masih masih terisak di pelukan eomma
" Nak, semua anak itu adalah anugerah untuk orangtuanya . termasuk kau , Adrianstevano. walaupun ayah mu sering menyakiti mu tapi, kau adalah orang yang akan membuat eomma bangga suatu saat nanti." Jelas eommaku lembut.
Melihat pintu kamar ku terbuka, ayah kembali murka. " Siapa yang menyuruh mu membuka pintu kamar ini?!" Teriak ayah.
Lagi,lagi dan lagi . aku mendapat perlakuan kasar dari ayah. " Aku menyesal menyuruh ibu mu mempertahankan kandungan nya dulu, jika anak yang di lahirkan nya tidak berguna dan tak bisa membuat ku bangga!" Jelas ayah.
"Buagh!"
Ayah menendang ku sampai aku terjatuh " ayah-aku- mohon- hentikan " ucap ku terbata bata. tapi, beliau tidak peduli.
"Elgara! Hentikan! Jangan menyakiti nya!" Ucap eomma ku histeris
"Eomma a-aku ti-dak pa-pa " ucap ku semakin lemah
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku hanya ingin bahagia
Подростковая литератураmenceritakan tentang seorang pemuda yang menginginkan kebahagiaan dari orang tua nya