"Dari mana saja kau?!" Tanya ayah ku dengan tatapan tajam.
"Aku dari rumah teman, ayah" jawabku seraya menunduk, lalu...
'Plak!'
"Sudah berani ya kau pulang larut malam?! Apa kau benar-benar ingin di hukum?" Tanya beliau lagi sambil memukul perut ku berkali dan menarik tanganku paksa ke kamar mandi.
"Rasakan ini! Masuk!" Perintah ayahku sambil terus memukul perut ku.
"Ayah aku minta maaf sudah cukup" Ucapku sambil menahan sakit. Tapi ayah ku terus memukul ku, jujur saja aku sedang tidak enak badan saat ini. Tadi saat di kampus kepalaku sangat sakit, hidungku juga mengeluarkan darah. Aku pulang larut malam karena aku harus mengerjakan tugas di rumah temanku selain itu, aku juga berkerja paruh waktu.
Tiba-tiba ayah menarik tanganku dan mendorongku hingga terbentur tembok "Berdiri!" Perintahnya sambil memaksaku berdiri, hingga membuatku bersandar di dinding kamar mandi.
"Besok besok di ulang lagi ya, anak pintar" kata beliau seraya menampar pipiku, beliau juga kembali mendorong ku dan memasukkan ku bathub kemudian menyalakan shower dan meninggalkan ku yang sudah lemah itu sendirian.
"Ayah, ke-keluarkan aku dari sini!" Teriakku, namun nihil. Pintu kamar mandi ini sudah di kunci olehnya.
Dingin, itu yang ku rasakan saat ini. tapi aku tak bisa melakukan apapun, tak ada yang mendengarku, sampai aku di temukan pingsan oleh adikku dan dia meminta tolong diam diam pada temanku.
"Xaniel oppa, bisa kah kau kemari sekarang juga? Adrian oppa dia di kunci di kamar mandi oleh ayah!" Ucapnya sambil menangis dan panik.
Tak lama Xaniel pun datang, dia mengeluarkan ku dari sana dan membawaku ke apartemennya.
×××
Pagi nya, aku terbangun di kamar sahabatku.
"Xaniel kenapa aku di sini?" Tanyaku pada Xaniel sesaat setelah aku sadar.
Dia tersenyum sambil mengelus rambutku "Kau habis kehujanan semalam, jadi aku membawa mu kesini." Jelas nya tapi aku tau dia berbohong,
"Aku harus pulang" ucap ku lirih.
"Istirahat saja dulu di sini" jawabnya lembut, "aku buatkan teh hangat dan makanan untuk mu dulu ya" lanjut nya. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
Saat hendak bangun, rasa nyeri di perutku karena kejadian semalam muncul lagi. "Arghh!" Teriakku merintih kesakitan .
Tiba-tiba perut ku terasa mual, aku pun berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perut ku. Namun, tidak ada yang keluar di sana aku terus berusaha mengeluarkan nya tapi nihil
"Adrian hyung! Makanan nya sudah siap!" Ucap Xaniel sambil berjalan ke kamar.
"Hyung?" Tanya nya bingung.
"Huek uhuk uhuk arghh Adrian kau payah sekali!" Rutuk ku pada diriku sendiri.
Mendengar ku yang sedang di kamar mandi, Xaniel langsung berlari menyusul ku "Hyung, gwenchana?" Ia terlihat panik.
"Tubuh ku sangat lemas dan aku merasa mual, tapi aku tak bisa mengeluarkannya" ucap ku seraya terduduk di lantai.
"Aku akan memeriksamu hyung." Ia membantuku berdiri.
Tapi saat hendak keluar dari kamar mandi, perut ku kembali mual. "Xaniel, aku mual lagi."
Aku bergegas pergi ke toilet lagi. Sama seperti sebelumnya, tidak ada apa pun yang keluar. Kepala ku sangat sakit, perlahan aku keluar dari toilet. Lelah, aku lelah hidup seperti ini.
"Nini-ah jangan katakan pada siapa pun kalau aku di sini." Pinta ku pada Xaniel.
"Tenang saja, aku tak akan memberi tahu siapa pun" ucapnya sambil memegang kening ku "ah,kau demam"
Ia mengambil handuk kecil yang sudah ia siapkan lalu menempelkannya ke keningku.
"Boleh kah aku tinggal di sini selama nya dengan mu?" Tanyaku pada Xaniel.
"Aku sebenarnya memperbolehkan mu tapi aku takut jika paman elgara tahu dan kau...." Ia menggantung kalimatnya "Huft, ya sudah kau boleh tinggal di sini" jelas nya.
×××,
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku hanya ingin bahagia
Fiksi Remajamenceritakan tentang seorang pemuda yang menginginkan kebahagiaan dari orang tua nya