ZAHRA X IQBAL END

6.1K 222 5
                                    

"Malam ini kamu dandan yang cantik ya sayang. Keluarga calon suami kamu mau datang makan malam di rumah ini!"

"Iyah mah"

Aku merebahkan diriku di kasur. Termenung memikirkan tentang perjodohan ini.

Kenapa hatiku tiba-tiba meragu.

'Iqbal sialan!' gerutuku.

Gara-gara kejadian kemarin hatiku menjadi goyah karna si pantat monyet itu. Mana tu orang langsung pergi tanpa menjelaskan apapun kepadaku setelah perbuatan asusilanya itu.

Aku meraba bibirku. Sudah seminggu sejak kejadian itu, tapi kenapa masih terasa bibirnya yang mencium bibirku. Pipiku terasa panas.

'Mesum!'

Aku melirik jam dinding yang mengantung,

'Sudah pukul 18.30, aku haru segera bersiap!'

***

Aku masih mencoba mencerna situasi yang saat ini sedang terjadi.

'Hah, gimana?' Pikirku dalam hati.

"Jadi yang mau dijodohin sama aku itu Iqbal?" Tanyaku kaget, sekaligus bingung.

'Loh kok bisa?'

"Iyah sayang, kamu mau kan sama anak bunda?" Tanya Bunda Iqbal penuh harap.

"Tapi Iqbalnya kemana tante?" Wajah Bunda langsung berubah menjadi bete.

"Anak itu, marah karna Bunda mau jodohin. Padahal kan Bunda mau jodohin dia sama kamu!
Iya kan Yah?" Ayah Iqbal mengangguk membenarkan perkataan istrinya.

"Salah Bunda juga, kenapa gak kasih tahu Iqbal yang mau dijodohkan dengannya itu Zahra, kan gak akan gini kalo Iqbal tahu siapa calonnya?" Ucap Ayah Iqbal. Bunda hanya berdecak.

"Niatnya bunda itu mau kasih surprise. Bunda tuh greget liat dia yang diem aja gak ngelakuin apapun. Makanya Bunda langsung lamar kamu sebelum kamu dilamar orang. Kalo udah dilamar orang kan berabe"

Bunda pun menggenggam tangaku.

"Zahra... Iqbal itu sayang banget sama kamu. Dari kecil sampe sekarang yang selalu prioritasnya itu selalu kamu"

"Bunda harap kamu mau menerima Iqbal dengan segala kekurangannya, karena Bunda tahu kamulah sumber kebahagiaan Iqbal" Akupun tersenyum.

"Aku akan terima lamaran ini kalo Iqbal yang ngomong sendiri ke aku" semua yang hadir pun tampak kegirangan mendengar jawabanku.

Ayah dan Bunda Iqbal langsung sibuk dengan handphonenya yang kutebak sedang sibuk menghubungi Iqbal.

Papah dan Mamah terlihat tersenyum penuh haru.

"Papah gak menyangka ternyata kamu sudah besar. Papah selalu merasa kamu itu masih kecil, tiba-tiba kamu sudah jadi calon istri orang. Papah selalu berdoa untuk kebagian kamu. Selamat sayang..."

Airmataku langsung jatuh mendengar ucapan Papah. Papah itu tipikal orang yang jarang bicara, selalu menggungkapkan kasih sayangnya dengan tindakan. Mendengar ucapan sayangnya untukku aku menjadi terharu.

"Aku sayang papah" ucapku sambil memeluknya.

***

Aku menatap si biang kerok kericuhan hari ini.

Iqbal datang sedikit berantakan namun tetap berpakaian formal dan itu tidak mengurangi kadar ketampanannya, justru terlihat makin seksi.

'Astaga, sepertinya otakku mulai error'

Setelah bertukar cincin dan dilanjutkan makan malam, aku dan Iqbal pun berakhir di gazebo belakang rumahku. Sedangkan para orang tua sibuk dengan persiapan pernikahan kami berdua.

'Kenapa jadi canggung gini?' Keluhku dalam hati.

"Zahra-"

"Iqbal-" ucap kami bersamaan.

"Kamu duluan" ucap Iqbal.

"Gak. Lo duluan!" Ucapku tegas. Iqbal terlihat menghela nafas.

"Sejak kapan kamu tahu kalo aku yang akan dijodohin sama kamu?" Aku sedikit merasa aneh menderngar Iqbal yang biasanya ngomong lo-gue berubah menjadi aku-kamu.

"Gue baru tahu malam ini!" Tiba-tiba Iqbal langsung memelukku dan terisak di pundakku.

"Iqbal lo nangis?" Tanyakku khawatir. Saat ingin melepaskan pelukannya, Iqbal malah mempererat pelukannya. Kurasakan pundakku menjadi basah.

"Iqbal?" Aku mengusap surainya mencoba menenangkan dirnya.

"Aku cinta kamu Zahra, cinta mati!" Ucap Iqbal nenatap mataku dalam.

"Waktu denger kamu mau di jodohin, rasanya jantungku terasa copot dan bingung harus berbuat apa!"

"Selalu bersama selama 20 tahun dan suatu saat melihatmu bersanding di pelaminan dengan orang lain rasanya aku gak sanggup!"

"Aku nyesel gak bilang suka sama kamu dari dulu. Tapi aku takut merusak persahabatan kita yang udah lama terjalin hanya karna perasaan sepihakku ini!"

"Dan aku selalu berdoa kepada Tuhan kamulah jodohku, Zahra. Dan Tuhan mengabulkan doaku" Iqbal meraih tanganku dan mengecupnya.

"Kenceng banget do'a lo sampe gue jomblo dari lahir" Iqbal terkekeh sambil mengacak rambutku.

"Aku kamu, dibiasain sayang..." akupun tersipu malu.

"Kamu juga doa nya kenceng banget. Bahkan aku gak tertarik sama cewek manapun kecuali kamu!"

"Gombal!" Ucapku tersipu malu.

'Iqbal kok jadi manis gini sih, bikin deg-deg kan aja!'

"Jodoh memang cerminan diri kita ya?" Ucapku menatap Iqbal.

"Tolong bimbing aku kedepannya ya, calon suamiku!" Ucapku malu-malu. Iqbal tersenyum.

"Rasanya aku pengen cium kamu lagi" ucap Iqbal. Wajahnyapun mendekat refleks akupun menutup mata,

"Astaga Iqbal kamu tahan nafsumu! Zahra kami jangan mau kalo diapa-apain sama Iqbal, tendang aja burungnya kalo dia macem-macem sama kamu!"

'Astaga! Malunya ke gep calon mertua!' Aku langsung menyembunyikan wajah merahku di dada Iqbal. Iqbal hanya terkekeh dan mengusap suraiku.

"Ini gak bisa dibiarkan. Bisa-bisa cucu Bunda datang lebih dulu sebelum kalian menikah. Kalian berdua harus dipingit!"

"Nikahnya minggu depan aja Bun, resepsi bisa menyusul. Aku gak janji kalo kelamaan bisa nahan diri!" Bunda melotot tak percaya nendengar ucapan anaknya yang seperti kulkas dia pintu itu.

"Ayah... Ayah... anakmu ini ayah..." teriak bunda pergi memanggil ayah Iqbal.

Aku dan Iqbalpun tertawa melihat ekspresi Bunda yang lucu.

"Terima kasih sayang..." ucap Iqbal. Akupun tersenyum.

"Cup" aku langsung mengecup bibirnya secepat kilat. Tubuh Iqbal langsung membeku.

"Zahra..." geramnya. Akupun terkikik dan langsung pergi meninggalkannya.



Menikah itu bukan ajang perlombaan. Jadi menikahlah dengan 'orang yang tepat' bukan 'menikah cepat'

Jangan menikah hanya karna sering ditanya,
'Kapan nikah?'
Atau karna teman-temanmu sudah menikah.

Menikahlah karena kamu sudah siap. Baik dari segi usia, mental, maupun ekonomi.

Percayalah, jika jodoh pasti akan bertemu tanpa kalian duga.

END

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang