1

660 54 9
                                    

'Siapa yang memberi warna pada makhluk seindah lukisan itu?'

.

.

Seokjin sadar dirinya berbeda. Bukan Alpha dominan maupun Alpha biasa. Bukan juga Beta, apalagi Omega.

Ia lebih suka menyembunyikan jati dirinya, hingga secara alami orang lain mengenalnya sebagai Beta, kaum yang tidak memiliki feromon. Menjalani hidupnya yang sebatang kara ini, Seokjin tidak ingin menarik perhatian dan menimbulkan masalah baginya.

Namun bukan berarti Seokjin tidak pernah melakukan apapun untuk hidupnya. Ia bahkan memiliki kafe kecil yang ramai pengunjung, rumah mungil peninggalan kedua orang tuanya yang sekarang menjadi tempat tinggalnya. Ia benar-benar menjalani hidupnya dengan bebas tanpa memikirkan hal merepotkan seperti mencari pendamping. 

Sampai suatu ketika, ia bertemu dengan seorang lelaki dengan paras cantik, yang tengah tertawa bersama  kawannya saat ia sedang mengikuti kegiatan tahunan kampus.

Wangi lembut bunga mawar, berpadu dengan manisnya buah berry yang terbawa angin lembut membelai penciumannya, membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya pada seorang Male Omega.

Enigma dalam diri Seokjin meronta-ronta ingin mendominasi si lelaki cantik, menjadikannya sebagai Sigma-nya, pendampingnya, miliknya seorang.

Namun di satu sisi, ia tahu betul bagaimana efek dari feromonnya, yang para Alpha saja tidak akan sanggup melawannya, apalagi bagi para Omega yang begitu rentan terhadap feromon dengan dominasi yang kuat itu.

.

.

.

Siang itu di Universitas Seoul.

Sesungguhnya, Seokjin paling malas jika harus berhadapan dengan banyak orang. Apalagi kebanyakan yang ia temui adalah para Alpha yang menyombongkan second gender mereka, Beta yang menjalani kegiatan  sosial mereka yang membosankan, atau Omega yang suka mencari perhatian kaum Alpha dengan tingkah lemah lembut mereka.

Sungguh membosankan.

Ia merotasikan bola matanya dengan malas ketika melihat Mino, seorang Alpha Dominan dari Fakultas Seni Musik, dengan sengaja mempermalukan seorang Beta hanya karena ia tidak sengaja menumpahkan kopi yang cipratannya mengenai sepatu barunya.

Seokjin bukan tipe orang yang suka mengurusi masalah orang lain. Jadi ia memilih untuk menutup mata serta telinganya, dan melanjutkan makan siang. Mencoba menikmati secuil ketenangan yang berusaha ia ciptakan sendiri sampai ia mendengar suara nampan lain yang diletakkan di seberang mejanya.

"Akhirnya aku bertemu denganmu, Hyung. Aku mencarimu sampai ke fakultasmu, tapi kau malah ada di kantin menikmati makan siangmu."

Seokjin tidak merespon, ia tetap menyendok kuah kalguksu* dengan tenang. Ia sudah terlalu hafal dengan suara Alpha di hadapannya ini, Kim Namjoon dari Fakultas Teknik.

"Kau tahu? Festival tahunan kampus kita kali ini akan dipegang oleh anak tahun ke-3 dan ke-4. Hosiki semangat sekali mengajakku untuk datang. Katanya, kali ini akan ada performance dari Fakultas Seni di sepanjang event. Hanya tiga hari, Hyung. Ayo datang dan nikmati hidupmu sebagai mahasiswa. Yoongi Hyung juga akan tampil di event itu. Karena itu aku mengajakmu untuk datang."

"Sudah?"

Pada akhirnya Seokjin menyahut.

"Apanya yang sudah?"

"Kau sudah selesai berbicara?"

Seokjin masih dengan hikmat meneguk teh hangatnya tanpa melirik Namjoon.

Hidden PheromoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang