Silencia menggandeng tangan Ash berjalan menyusuri taman. Taman luas yang menunjukkan kekayaan dan martabat keluarga Amarilys itu menyuguhkan beraneka ragam tanaman. Mulai dari lavender, mawar, hydrangea dan masih banyak lagi. Bunga-bunga itu ditanam dengan memperhatikan struktur dan simfoni dari setiap jenisnya.
Aroma manis mawar memenuhi udara. Kelopak lavender yang lembut bergoyang diterpa angin sepoi-sepoi. Suara gemerisik dedaunan dari pohon yang mengitari taman bagai senandung.
"Bagaimana perasaan mu, Silencia?" Ash merasa puas ketika ia melihat ekspresi wajah Silencia yang cerah.
"Aku merasa lebih baik, tamannya juga sangat indah," jawab Silencia sambil tersenyum. "Aku bahkan merasa seperti berada di sebuah surga yang sebenarnya."
"Ya, benar," sahut Ash, sambil berjalan perlahan. "Semua detailnya tampak begitu sempurna. Sepertinya, para tukang kebun tidak ingin melewatkan satupun karya dewa Flocke yang dapat dipajang di taman ini."
"Apabila kau melihat lebih dekat," kata Silencia sambil menunjuk, "Kau akan bisa melihat betapa setiap spesies bunga dibuat berdampingan dengan yang lain untuk menciptakan keindahan yang sempurna, namun tetap terlihat alami."
"Ya, seolah-olah mereka tahu betul cara menggabungkan tanaman sehingga bentuk dan warnanya menjadi seimbang dan harmonis," sahut Ash.
Saat mereka berjalan berkeliling, Silencia dan Ash memperhatikan koleksi tanaman eksotis yang mengesankan dari seluruh belahan dunia. Ada pohon pisang besar dengan daun raksasa, bunga liar yang semarak, dan varietas anggrek langka yang mekar dalam warna pelangi. Mereka juga melihat pohon-pohon palem yang menjulang tinggi bergoyang tinggi di langit dan sejumlah besar tanaman pakis yang masing-masing memiliki pola dan tekstur unik.
Taman ini terletak di belakang kediaman Amarilys. Wajar jika Silencia sangat jarang melihatnya.
"Aku menyesal baru saja sempat mendatangi taman ini." Silencia dan Ash duduk di sebuah bangku panjang. Bangku tersebut berada tepat di tengah hamparan rumput yang ditumbuhi bunga liar. "Jika saja aku tahu taman di kediamanku seindah ini, aku akan mengunjunginya lebih sering." Tangannya masih menggandeng tangan Ash.
"Sekarang, kau sudah tahu. Maka sering-seringlah untuk mengunjungi taman ini. Dan mengapresiasi pekerjaan para tukang kebun," canda Ash. Kemudian ia melirik Silencia.
Silencia sedang menatap ke arah kolam kecil. Wajahnya diterpa sinar matahari, angin bertiup yang seakan dengan sengaja mengenai rambut Silencia. Silencia bukan hanya cantik, tapi ia juga mampu menyihir orang yang melihatnya seperti peri. Mata biru Silencia yang tajam memberi perasaan tenang. Waktu seakan berhenti bagi Ash. Pertama kali, Silencia terlihat sangat cantik di matanya. Untuk sekarang, ia tidak ingin momen ini berakhir.
"Ash.." Panggil Silencia.
"Ah.. Iya?" Ash tersadarkan dari lamunannya.
"Apa yang terjadi? Apakah kau sakit?" Silencia mendekat, menempelkan tangannya di kening Ash. Wajah Ash dan wajahnya sangat dekat.Dada ash berdegup kencang. Ia tidak tahu mengapa. Bukankah sejak sebelumnya semua biasa-biasa saja, pikirnya.
Menyadari tingkah Ash yang serba salah, Silencia langsung menarik tangannya dan mundur hingga ke ujung bangku, "Ah. Maafkan aku.." Teriaknya. Namun, ia gagal untuk mendaratkan dirinya di bangku, Silencia kehilangan keseimbangan. Silencia tau jika akan jatuh, jadi ia menutup mata.
"Awas!!" Ash panik dan bergerak secara reflek.
Sepasang tangan melingkar di pinggang ramping Silencia, mencegahnya untuk jatuh. Silencia membuka mata dan ia merasakan dekapan erat Ash. Wajah khawatir Ash membuat Sielncia ikut merona. Mereka berdua bertahan dalam posisi ini untuk sementara sebelum akhirnya sadar dan saling salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomanceSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...