"Lee Jeno—!"
"Jeno, hai,"
"Jen, Jen!"
Meski gue tetep canggung dan selalu ngejawab seadanya, Shana keliatannya seneng banget.
Sekali lagi, ini sesuai keinginan Avya, gue ladenin Shana. Avya keliatan seneng juga kalau Shana seneng.
"Hai, Jen!" sapa Shana, nyamperin kelas gue.
"Ah, iya." gue ngangguk aja.
"Em— anu, itu... Hari sabtu nanti boleh ketemuan di luar, gak?" pinta Shana hati-hati.
"Oh, boleh. Sama Avya lagi?"
ah.. bodoh, kenapa nanya ya.
"Eh— mungkin ngga?" Shana kebingungan jawabnya.
"Ah, oke."
Gue gak tau kenapa reflek nanyain. Apa gue masih berharap ya?
Tapi sesuai janji gue ke Avya, gue iya-in ajakan Shana untuk ketemuan di cafe yang berbeda dari sebelumnya.
•
•
•
Hari sabtu
Tanpa banyak basa-basi, siang itu Shana ngungkapin perasaannya ke gue– dan untuk pertama kalinya, gue denger ada cewe yang bilang suka sama gue. Gue canggung banget, apalagi cuma berdua.
Tapi gue jujur aja kalau gue gak ada perasaan buat dia.
Iya, kan? Masa gue bilang gue suka juga sama dia padahal gue sukanya sama Avya?
•
•
•
S
ayangnya gue mungkin kurang berpikir panjang. Karena malemnya, Avya nelfon dan marah-marah ke gue karena Shana nangis.
"Lee Jeno! Lo apain Shana????"
Gue kaget, sekaligus bingung. "Hah, gue ngapain?"
"Gue gatau makanya nanya. Shana cuma bilang abis ketemu sama lo terus nangis. Lo apain!?!?"
"Eh, gue gak ngapa-ngapain," gue jawab dengan jujur tapi nadanya panik.
Siapa yang gak panik kalau tiba-tiba ditelfon tengah malem terus dimarahin?
"Gue kan udah pesen, tolong jangan sakitin Shana. Meskipun keliatannya galak tapi hati Shana bahkan lebih lembut dari gue," suara Avya terdengar melas banget, gue jadi gak tega.
"Iya.. Gue tau,"
"Shana gak mau ngomong ke gue, gue panik banget ini," Avya terdengar khawatir banget dari suaranya.
Gue juga ikutan panik ngedenger Avya panik.
Gue harus bilang apa ya...
...
...
Gak tau...
Akhirnya gue malah diem aja dan gak jelasin apa-apa ke Avya.
"Ck. Lo juga samanya aja,"
"Eh—"
"Yaudah deh terserah. Tapi sebisa mungkin jangan diulang lagi. Jangan sakitin temen gue, gue ikutan sakit liatnya." Avya memohon dengan tulus.
"Iya, Vy,"
Avya. Marah. Sama. Gue. Fix.
Bodoh, Lee Jeno bodoh! Gue malah ikutan panik dan takut banget sampe gak bisa ngomong apa-apa.
Apa emang gue salah banget ya? Apa kata-kata gue siang tadi kasar banget ke Shana?
Aduh.. Gue juga jadi gak enak ke Shana. Kayaknya besok gue harus minta maaf deh.
•
•
•
Keesokan harinya, gue minta maaf ke Shana karena mungkin perkataan gue terlalu kasar sampe nyakitin hatinya. Gue juga bilang gue gak akan ulangin lagi.
Shana maafin gue, dan kembali jadi Shana yang sebelumnya. Yang rajin nge-chat gue setiap malem, dan selalu gue bales meski jawaban gue selalu seadanya aja.
Tapi Shana seneng, yang penting itu.
Karena berarti Avya juga ikut seneng.
Yang penting, itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable You ; Lee Jeno ✔
FanfictionSetelah sekian tahun, Gue ketemu dia lagi. Semua tentangnya masih sama. Cara ngomongnya, gaya bahasanya, tatapannya, cantiknya, dan perasaan gue untuknya. Semua masih sama. Gak pernah bisa gue lupa.
