9. Cerai Dan Depresi

174 21 1
                                    

Claude kembali ke rumahnya, namun ia marah. Claude melempari semua baju Kane dari lemarinya, ia merobek surat-surat keluarga, Claude melempar foto Kane, foto pernikahannya semua gambar lukisan Kane dia buang semuanya.

Ia marah, ia emosi, ia tertekan. Ia saat ini sangat sensitif Kane benar-benar bajingan. Claude pun berteriak didalam rumahnya.

Untungnya Kai tidak ada, untungnya Kai ada dirumah kakeknya, Kai tidak akan melihat hancurnya Claude saat ini.

"Kane, kenapa kau harus lakukan itu," lirih Claude lelah. Hatinya masih sakit, jantungnya terus berdebar.

Claude menangis seharian di kamarnya dan Kane tidak datang untuk membujuknya, hal ini membuat Claude yakin kalau Kane berselingkuh.

Suara tangisannya terdengar sampai luar bahkan ketika malam hari suara tangisan itu semakin kencang.

Claude tidak pernah bangkit dari kasurnya, dan diam-diam tetangganya yaitu Xavier memperhatikannya.

Xavier mengirimkan merpati pada keluarga Claude, ia menyelipkan pesan pada burung itu untuk segera membawa Claude pulang ke rumah Arthur dan di jaga agar tidak melakukan hal yang tidak-tidak.

"Aku tidak ingin ikut campur, tapi kau menangis terus," lirih Xavier.

****

Keesokan harinya Claude dibawa ke rumah keluarganya, matanya sangat bengkak dan perih, sulit terbuka karena terlalu banyak menangis, ia sampai harus dipapah oleh pelayan di sana untuk berjalan menuju kamarnya di rumah Arthur.

"Ayah!!" Anak yang paling kecil menyambut sambil merentangkan kedua tangan kecilnya pada sang ayah.

Plak

Tangan Claude menepuk tangan Kai untuk menjauh darinya. Matanya terbuka dan melotot pada sang anak seolah ia emosi, marah pada anak tersebut, Kai pun segera mundur, ia berlari menjauh dari sang ayah sambil menangis. Untungnya di sana Arthur sang kakek datang segera memeluk cucunya.

"Ayah jahat!!" teriak Kaiser kemudian berteriak dengan kencang. Anak kecil itu kemudian menangis memeluk kakeknya.

Tangisan Kaiser membuat Claude kerasa jengkel. Claude pun berteriak pada anaknya itu, tangannya mengepal ingin melayangkan pukulan pada anak batitanya. untungnya pelayan di sana menawan tubuh Claude.

"AKU MEMANG JAHAT INI KARENA PAPAMU!" teriak Claude histeris, tidak lama Claude ikut menangis, ia menjerit.

Kaiser yang tadinya menangis jadi diam.

"Claude tenanglah, jangan lampiaskan itu pada anakmu," ucap Arthur sambil memeluk cucunya.

"PAPA! MAWU PAPA, AYAH JAHAT!" teriak Kaiser yang mulai menjadi-jadi. Di matanya saat ini ia melihat ayahnya adalah monster.

"Kemari kau sekali lagi kau memanggil dia lagi aku akan memukulmu," ungkap Claude frustasi. Tangannya bergerak dengan cepat menjambak rambut Kaiser.

"Claude, Claude hei!" Arthur segera menyuruh pelayan lainnya untuk mengendong Kaiser, sedangkan dirinya buru-buru menarik tubuh Claude dan menyeretnya ke dalam kamar lalu menguncinya, Claude berteriak lalu menyumpahi semua orang yang ia anggap sebagai tukang ikut campur.

Setelah memgunci Claude di kamarnya, Arthur dengan cepat mengendong sang cucu yang mengeluarkan air matanya.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa," lirih Arthur.

"Huwee, kakek ... aku tidak mawu ayah puwang, puwang yang jawuh," ucap Kaiser sedih. Anak sekecil itu tidak mengerti dengan situasi ini, hal itu membuat Kaiser semakin takut pada sosok ayahnya.

"Ssttth." Arthur hanya bisa menenangkan, ia bingung harus bagaimana, Claude seperti ini karena Kane, yang bisa membuat Claude tenang hanyalah Kane.

"Apa kau mendapatkan kabar Kane?" tanya Arthur pada penjaganya.

"Dia akan segera kemari," jawab sang penjaga.

****

"Tidak mawu makan, tidak mawu, mawu ayah, mawu ayah!!" Kaiser hanya bisa menangis, ia tidak menginginkan ayahnya bahkan sampai saat ini, sampai dua hari kemudian, semuanya tetap runyam, meski Kaiser di amankan di kamar kakeknya tetap saja Kaiser bisa mendengar keributan ayah dan papanya setiap hari.

"KAU LAKUKAN ITU PADAKU!" Itu suara ayahnya yang berteriak sambil memukuli Kane. Ayahnya selalu menangis karena tertekan Kaiser kasihan, tapi ayahnya juga selalu memarahi Kaiser, Kaiser benci.

"Dengarkan aku." Kane tak pernah diberi kesempatan untuk berbicara.

"KAU LAKUKAN ITU!!" Claude berteriak. Kaiser dalam kamar Arthur hanya bisa menutup telinganya.

"Dengarkan ak—" ucapan Kane selalu terpotong.

"KAU BERSELINGKUH DI BELAKANGKU!" teriak Claude lagi dan lagi.

"Dengarkan a—" ucapan Kane lagi-lagi dipotong.

"Jawab jujur, kau menikahiku karena aku bisa punya anakkan? Bukan karena kau mencintaiku?! Kau berselingkuh karena aku keguguran, kau hanya baik padaku karena aku hamil anakmu, kenyataannya kau tidak mencintaiku kan? Jawab aku!" Kini Claude kacau, ucapannya membuat Kane marah.

"Jawab!" sentak Claude frustasi.

"Claude," ucap Kane pelan. Kesabarannya sudah habis.

"KAU TIDAK PERNAH INGIN MENDENGAR PENJELASANKU!" teriak balik Kane.

"Kau selalu bicara bla dan bla! Sedangkan kau sendiri tidak pernah berusaha untuk mendengarkanku selama dua hari ini!" teriak Kane sekali lagi. Setelah itu Claude tidak bisa menjawab apa-apa.

Hingga kata-kata yang Claude benci keluar dari mulut Kane.

"Aku ingin kita cerai, Kaiser dan Raziel ikut denganku," ungkap Kane.

Bibir Claude bergetar, ia pun menjawab. "Keterlaluan, aku tidak akan mengurusnya, kalau ingin cerai cerai saja sendiri! Aku tidak ingin melepasmu! Aku hanya ingin perhatianmu!" Claude bicara dengan jujur. Tapi Kane pergi, keputusannya sudah bulat, tapi keputusan ini sangat ceroboh dan tergesa-gesa.

****

Kaiser pergi dibawa oleh Kane, bahkan tempat Raziel belajar pun dipindahkan agar tidak bertemu Claude, hanya tersisa Earl dan anak itu terus membuat kenakalannya di asrama. Claude juga sudah tidak mengurusi satu anak itu karena setelah kejadian Kane mengucapkan kata 'cerai' Claude belum keluar sama sekali dari kamarnya.

Arthur selalu mengajaknya berbicara dari pintu kamarnya tapi Claude jarang menjawab.

"Sudah lama anak-anak dibawa oleh Kane," ucap Arthur berusaha membuka topik pembicaraan meski sekarang terhalang oleh sebuah pintu.

"Claude?"

"Sudah dibawa? Apanya yang sudah dibawa, mereka berdua ada di sini dan satu bayiku," ucap Claude dari dalam kamar, tidak ada nada kesedihan. Claude tampak ceria-ceria saja.

Sedangkan Arthur bersedih mendengar ucapan Claude.

"Kane tidak akan marah karena dia bisa hidup, lihat? Kane juga senang ..."

"Kau bicara apa?" tanya Arthur berpura-pura. Arthur tahu Kane tidak ada apalagi anak-anaknya.

"Tidak apa-apa," jawab Claude.

Arthur kemudian berusaha membuka pintu kamar Claude tapi sayangnya dikunci padahal ia ingin sekali memeluknya.

"Sssttt jangan masuk, ayah hanya menggangu bayiku yang tidur dengan nyenyak," ucap Claude pelan-pelan.

"Jangan ganggu aku," ucapnya sekali lagi.

"Baiklah ...." Arthur semakin sedih.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Bl] Tutor Parenting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang