part 5

33 7 13
                                    

" You're our ace, Auliya. Daddy harap Auliya akan ingat ayat ni, sampai titik pengakhiran hidup Auliya. I swear, no one will ever lay a hand on you even we're not around. We will be a ghost to protect you from all those devils that will harm you in any time. We will be there, liebling. We love you so much, more than you will ever think. " Dato' Azrul, tersenyum sebaris menatap wajah anak kecilnya yang baru saja berusia 10 tahun. Anak mata mereka lama bersatu.

" What i will do if one day, I really lost you, daddy? " Auliya memuncung. Sebak hatinya bila ayahnya mula berkata begitu.

Dato' Azrul tersenyum. Tangannya naik membelai wajah kecil Auliya. Pemikiran Auliya sungguh luas, walaupun baru sepuluh tahun.

" Ghost were scary, and I will be one of them when that times come. "



Angin sepoi-sepoi menampar wajah Auliya yang tenang menghirup udara segar di pantai yang meninggalkan banyak kenangan bersama keluarga tercinta. Mata Auliya melilau, tertoleh sekilas ke arah keluarga yang gembira berkejaran di pesisiran pantai.

Auliya tersenyum lembut. Matanya kembali menatap keindahan pemandangan pantai.

" That should be me too. " bisik Auliya seorang diri.

Pelukan pada lututnya semakin erat. Auliya semakin merasakan kekosongan hidupnya. Mungkin itu lumrah kehidupan di mana semua orang akan pergi meninggalkan kita, tapi bagi Auliya, semua tu tak adil. Kenapa harus Auliya, dan kenapa semua sekali pergi meninggalkan dirinya? Tidakkah dunia terlalu kejam?

" What will I do if i lost you? " tatapan Auliya kosong. Semakin Auliya merindui keluarganya, semakin jauh Auliya rasa keluarganya pergi.

" Did you really here, daddy ? With me? "

Auliya seakan berharap ayahnya menyahut panggilannya. Sungguh Auliya tak percaya dirinya sendiri tenggelam dalam kata-kata manis ayahnya, di sini, 15 tahun lepas.

" Just, show yourself. If you really one of them, you're not scary at all. I mean it. Just, please. Show yourself. " Auliya menekup wajahnya pada kedua lutut. Semakin erat pelukan pada dirinya.

Auliya teresak kecil. Sedingin mana diri Auliya pada orang sekeliling, akan ada satu masa Auliya terbawa emosi apabila bersendirian. Emosi yang diri Auliya sendiri tak boleh kawal.












Ahad  12:30 p.m.

" Qai, jomlah lepak dekat cafe petang ni. Hari ni Ahad kot. Takkan nak duduk terperap dalam rumah sahaja. " bebel Zafril.

" Aku bukan taknak. Kau pun tahu bukan profesor Malik tu macam mana ? Tak siap kerja khusus, terus kena campak keluar dari kelas. " jawab Qairil.

" Oh kau dah tahu ? " tanya Zafril hairan.

" Aku dengar gosip budak-budak perempuan hari tu. Aku ingatkan profesor tu peramah, sekali hmm hampehh. " jawab Qairil bersama muka menyampahnya.

" Aduh kau ni. Relaks arhh bro. Bukannya lama pon. Sekejap sahaja. Boleh eh ? Mantap, aku tunggu dekat sana pukul 5 petang nanti tau bye ! " ujar Zafril tanpa menunggu jawapan daripada Qairil dan terus mematikan panggilan.

" Eh kau ni aku belum confirm lagi, hello hello ? Jinjja ?! "

Qairil terus melemparkan telefon ke atas katil lalu menghempas dirinya di atas telefon itu.

Her Personal Assistant (In Editing) Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang