senja?

70 49 44
                                    

"bun!! uda lama juga ya kita ga liat senja bareng" terdengar suara zeela menuruni tangga dengan tergesa-gesa

"wah iya juga ya ze? kamu mau liat??" ujar Nadin sambil membuat kue

"iihh mau bangett doong, senja itu indaaah banget bun, zeze nih ya kalo ngeliat senja itu rasanya tenang, damaii, beuh pokonya senja tersegala nya dehh" dengan exited ia mendeskripsikan senja bagi dirinya.

"emm.. tapi bunda besok gabisa ze bunda mau ada arisan nih sama temen-temen bunda"

"yahhh tapi zeze mau liiaatt"

"coba ajakin abang sana"

"iih bunda aja yang bilang, zeze gengsi hehe"

"zezee.. zezee.. ada ada aja kamu ini sayang"
"baaanggg!!! sini bangg!!" mendengar panggilan dari sang bunda tercinta Arya pun langsung turun dari tangga.

"ada apa bun? telur nya kurang?" melihat Nadin sedang mengaduk adonan jadi Arya langsung menyimpul kan jika Nadin pasti ingin menyuruh nya untuk membeli sesuatu.

"ih bukan, zeze tu kata nya mau liat senja, kita juga uda lama kan ga liat bareng-bareng, tapii bunda gabisa ni bang besok ada arisan, papah juga kan belum pulang, jadi Abang mau kan temenin zeze liat senja besok sore?" ucap Nadin sambil mengaduk adonan

"tapi bun, Arya lagi ngerjain skripsi, kalo di tunda-tunda terus ga cepet selesai dong kan kita mau liburan"

"yaahhh terus gimana dong bun zeela uda kangen banget ni sama senja di sana, masa gada yang mau nemenin" zeela yang tadinya menonton Nadin membuat kue kini berjalan dengan lesuh ke sofa di depan dapur.

"yaudaa deeh yaudaa nanti abis arisan bunda langsung nyusul kamu aja ke sana gimana?"

"HAA YANG BENER BUN?"

"iya sayangg"

~°✧senja kini berubah✧°~


📞 : nda bunda dimana?
📞 : aku uda di pantai ni, bunda dimana? bun cepetan, senja uda mau keliatan

📞 : iya bentar sayang bunda baru selesai arisan, ini bunda ngebut, maaf ya sayang

📞 : ih bunda cepetaaan ndaa ayo!

📞 : iya sayang iyaa

📞 : bunda cepeta....

DUARRR!!!!

sambungan telefon terputus.

"ha-halo? halo bun? bunda? bun?? bundaa??"

                                                  

  Kini ia berlari sekencang-kencang nya di sepanjang lorong rumah sakit, tidak peduli telah menabraki semua yang berlalu lalang, ia berlari dan terus berlari se kencang kencang nya, jantung nya ikut berdetak cepat, ia mencari, mencari dan terus mencari, dimana seseorang yang ia cari?

ia menoleh ke kiri, ke kanan dann, ke belakang...
air mata pun mengalir di pipi mulus zeela tanpa di minta.

"b-baang...." Dengan sisa tenaga nya ia berjalan menghampiri seseorang di hadapan nya, tidak lain adalah Arya

   dengan langkah nya yang ter titah, zeela ingin memeluk seseorang di depan nya, selangkah, dua langkah, tiga langkah, empat langkah..

"berhenti."

   berhenti? kenapa? kenapa arya menyuruh zeela berhenti? apa arya tidak butuh pelukan di saat seperti ini? di saat bunda nya kecelakaan seperti ini apa ia tidak membutuhkan pelukan?

"pergi."

   zeela mengerutkan alis nya, terlihat dari wajah nya tampak tidak mengerti apa yang di katakan abang nya barusan.

   dengan air mata yang sudah mengalir dimana² ia belum faham atas apa yang Abang nya lakukan "bang?" tanya nya dengan suara yang sudah serak

"bunda mana bang?"

Arya terdiam "gue bilang pergi."

"bang ko?"

"PERGI!" hentakan yang di lakukan Arya berhasil membuat zeela tergelak kaget.

"bang arya ngusir zeze?" dengan mata yang sembab ia mengerut kan alis nya.

"bunda ga ada di tkp, bunda tergelincir ke jurang" ujar nya dengan wajah datar dan pandangan kosong "dan itu semua gara² lo."

*Deg

   apa ini mimpi, zeela berusaha meyakin kan jika saat ini adalah mimpi buruk baginya, mengapa tutur kata Arya berubah? bukan nama zeze yang di sebut, melainkan "lo"?

   mata zeela melebar saat mengetahui bunda nya hilang entah dimana "m-maks-ud nya bunda hilang?" kaki zeela lemas seperti tidak ada tenaga sedikit pun, ia duduk di lantai dengan perasaan syok.

   pasal nya zeela tidak mengetahui kabar ini, zeela hanya mendapat kabar dari tetangga sebelah rumah jika bunda nya kecelakaan dan Arya pergi ke rumah sakit ini.

"abang bener, ini semua salah zeze, m-maaf bang maafin zeze, ini salah zeze, zeze yang maksa bunda buat buru², zeze yang telfon bunda" ujar nya dengan perasaan ketakutan, kini ia sudah tidak berani menatap mata arya.

"maaf lo ga guna."

~°✧senja kini berubah✧°~

   dimas baru saja pulang dari dinas setelah mengetahui istri nya kecelakaan, arya pun sudah menceritakan semua yang terjadi selama ia pergi dinas, dari mulai permintaan zeela yang ingin melihat senja, sampai Nadin yang terguling ke jurang dan sampai saat ini belum di ketemukan.

"pah, maaf pah" ia melangkah seraya berniat untuk memeluk dimas yang berdiri di ambang pintu rumah, namun

"saya salah mendidik anak"

   langkah nya berhenti saat ia mencerna apa yang di katakan Dimas.

"papah ga salah" timpa arga yang tengah turun dari tangga "dia yang salah"

"maaf" hanya itu yang bisa ia katakan

                                                  

   zeela mengunci pintu kamar nya rapat², kaki nya sudah lemas tak berdaya, ia duduk di balik pintu kamar nya, lagi² air mata mengalir tanpa permisi di pipi mulus zeela

   ia tidak tau lagi harus bagaimana saat ini, di saat ia sedang terpuruk rumah inilah yang menampung segala cerita zeela, termasuk penghuni nya, tapi tidak untuk sekarang.

   dengan suara yang cukup parau ia berujar
"bun? bunda dimana? apa bunda juga marah sama zeze?" zeela menangis sejadi² nya

"bun aku gatau harus gimana"

"bunda dimanaa?? pulang ke rumah kita buun zeze cape zeze bingungg" air mata tidak berhenti mengalir dari kedua mata nya yang cantik, matanya pun sudah sembab, wajah nya merah

"bahkan aku gatau bunda masih ada atau engga"

"papah sama abang marah besar bun ke aku, mereka kecewa sama zeze, sakit bun, sakittt, hati zeze sakitt"

   sungguh ia tidak bisa menahan tangis nya ini, rasanya sesak sekali "bunda dima-na buun.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENJA KINI BERUBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang