Dua

17 0 0
                                    

Tidak ada pertemuan serta perpisahan yang kebetulan.

Suasana hening kafe dengan nuansa industrial telah menjadi tempat favorit Naziha. Letak kafenya tidak jauh dari Mall Panakukang, tepatnya di jalan Boulevard, Kopiology.

Ia merasa tenang dan bisa berkonsentrasi pada pikirannya yang tengah sibuk menimbah-nimbang tawaran yang beberapa hari lalu diterimanya.

Selama ini, ia hanya fokus bekerja secara mandiri, sebagai seorang dosen lepas serta perencana keuangan. Kini ia menerima tawaran untuk menjadi konsultan tetap salah satu perusahaan startup di kota Makassar.

Ia merasa tertarik dengan tawaran tersebut dikarenakan visi dan misi-nya sama, yakni mensejahterakan UMKM, mensponsori produk-produk lokal. Dari analisanya, potensi perusahaan tersebut cukup besar, dan memiliki nilai sosial yang tinggi.

Setelah cukup lama menimbang-nimbang, akhirnya Naziha memutuskan menerima tawaran tersebut, meskipun nantinya ia yakin akan ada perubahan rutinitas yang signifikan.

Naziha bukan tipe kutu loncat yang mudah merasa tertantang dan suka berpetualang kesana-kemari. Ia termasuk dalam kategori kura-kura yang setiap langkahnya penuh perhitungan, yang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain membutuhkan waktu dan usaha ekstra.

Tak butuh waktu lama, pesan yang dikirimnya mendapat sambutan positif. Pemilik perusahaan startup tersebut mengundang Naziha untuk berkunjung ke kantornya yang berada di Jl. Andi Pangeran Pettarani. Dekat dari posisi Naziha sekarang.

Melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya, Naziha mengangguk pelan, dalam benak ia sudah memperkirakan butuh beberapa menit untuk sampai ke tempat itu dan juga berapa lama ia akan berada di sana.

Setelah memarkir motor Scoopy andalannya, Naziha melirik sekilas gedung yang ada di hadapannya. Tidak disangka, selama ini ia hanya lalu lalang melewati gedung ini, tidak pernah terlintas dalam benaknya akan menghabiskan banyak waktu dengan intens di tempat ini. Takdir memang luar biasa, pikirnya.

Naziha disambut ramah oleh seorang pria yang ia perkirakan lebih muda darinya.

"Ibu Naziha?" tebak Pria itu.

Gadis itu mengangguk kecil mengiyakan.

"Perkenalkan saya Rido, team marketing PABALU."

"Naziha," ucap Naziha dengan sangat singkat, tak lupa bubuhi senyum tipis khasnya.

Rido menggiring langkah Naziha menuju sebuah ruangan yang berada di lantai dua. Sebuah ruangan dengan dinding kaca, terdapat tulisan 'Meeting Room' pada daun pintunya.

Pria yang bernama Rido itu mengetuk sekali sebelum mendorong pintu lalu mempersilakan Naziha untuk masuk lebih dahulu.

Wangi kopi menyambut Cahaya begitu ia memasuki ruangan yang telah lebih dulu diisi oleh dua sosok pria. Wangi, pikirnya.

Seorang pria beranjak dari duduknya dan mendekati gadis itu sambil menyunggingkan senyum penuh persahabatan. "Arif," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Naziha mengangguk sungkan sebelum menyambut uluran tangan tersebut. Ternyata pria di hadapannya inilah yang mengirim pesan tawaran kerjasama, CEO PABALU.

Sebenarnya ia merasa tawaran kerjasama yang diajukan langsung oleh CEO perusahaan tempatnya berpijak sekarang, sedikit berlebihan. Naziha tidak merasa sepenting itu hingga harus dihubungi langsung oleh seorang CEO. Penyambutannya juga luar biasa.

"Silakan, duduk." Arif mengarahkan Naziha untuk mengambil posisi di hadapan pria itu.

Naziha mengikuti arahan Arif, namun, wanita itu sedikit terperanjat begitu melihat sosok yang tengah duduk di seberang meja. Matanya berkedip beberapa kali sebelum menduduki kursinya.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang