Chapter 9

220 23 0
                                    

"Babe, tak bisakah kau lembut padaku? Aku tak sedang ingin bermain kasar dengan mu," ujar seorang pemuda yang kini kerah bajunya sedang di pegang oleh musuh 'kesayangannya' itu.

Gyuvin berdecih mendengar perkataan tersebut dari orang yang ia benci.

"Diamlah!" Pekik Gyuvin yang cukup murka dengan pemuda di hadapannya itu.

Ricky semakin terkekeh, dan tak lama menepis tangan Gyuvin dari kerah baju nya.

Gyuvin memejamkan maniknya sejenak, dan tak lama menghela nafasnya kasar.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan? Mengapa kau membuat orang orang di sekitarku berspekulasi aku memiliki hubungan denganmu?"

Ricky tersenyum ambigu dan tak lama ia menunjuk dada Gyuvin dengan tatapan yang ia tujukkan pada pemuda itu.

"Kau--"

Gyuvin menggantungkan kalimat nya sejenak, "Bukankah sudah ku katakan padamu tahun lalu, bahwa kita sudah tak memiliki hubungan apapun?" lirih Gyuvin melanjutkan kalimat nya yang sebelum nya ia jeda.

"Apakah aku telah menyetujui permintaan mu? Kau hilang ingatan eoh?"

Mendengar kalimat tanya itu tentu saja membuat Gyuvin mengerutkan keningnya bingung. Ia tak mengerti dengan jalan pemikiran dari seorang Ricky kali ini.

Seingatnya semuanya telah selesai. Lalu mengapa Ricky mengingat sebaliknya?

"Bukankah semuanya telah selesai? Mengapa kau menganggap semuanya belum selesai? Kau yang memintanya!"

Suara pekikan Gyuvin yang semula tak ingin ia keluarkan terlanjur keluar begitu saja.

Ricky tampak bergeming di tempatnya. Ia cukup terkejut dengan reaksi Gyuvin di luar ekpektasi nya.

Manik Ricky tampak memerah berusaha menahan tangis di hadapan orang yang masih memiliki tempat di hatinya. Baru kali ini ia mendengar kemarahan Gyuvin hingga membentak dirinya.

Apa yang sebenarnya terlewat? Apakah ia salah mengingat?

Kali ini Ricky lah yang mulai memiliki pemikiran tersebut.

Perlahan Ricky yang sebelum nya hendak membalas perkataan Gyuvin mulai mengesampingkan hal tersebut.

Hati nya kian terasa nyeri belum lagi dengan dirinya yang merasa jika ia tak beranjak dari posisi nya sekarang maka tak aneh jika ia akan menangis di hadapan Gyuvin.

Oh Ricky masih ingin menjaga egonya di hadapan Gyuvin yang sudah satu tahun ini ia bangun tembok besar di sana.

"Yak!!" pekik Gyuvin ketika menyadari Ricky mempercepat langkah kaki nya meninggalkan dirinya.

Baru saja Gyuvin hendak melangkah mengejar pemuda berambut pirang itu suara pekikan memanggil namanya justru ia dengar cukup mengalihkan fokusnya.

Gyuvin menolehkan suaranya ke arah sumber suara.

"Ada apa Wook-ie?"

"Ck, tak bisakah kau tak membuat ulah hyung? Terlebih hari ini."

Gyuvin mengerutkan keningnya bingung. Kurang memahami maksud perkataan dari Gunwook tersebut.

"Aku melihatnya. Mengapa kau tak menyelesaikannya dengan kepala dingin? Aku yakin kau dapat melakukannya hyung. Dimataku kau masih hyung ku yang bijak."

Jika sang adik sudah mengatakan demikian maka runtuh sudah emosi yang sebelumnya bersarang di hatinya.

"Kau masih kecil Wook-ie," ujar Gyuvin mengusak rambut sang adik.

Three Beloved BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang