𝚌𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟼 : 𝚙𝚎𝚗𝚊𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗 𝙰𝚝𝚑𝚊𝚗𝚊𝚜𝚒𝚊

292 39 0
                                    

Athanasia terdiam sejak tadi, bahkan ia tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat wanita yang selama ini ia tahu sudah mati.

"Sebaiknya putri segera kembali. Sebelum kami mengusir secara terang-terangan." Ucapan setajam pisau itu keluar dari mulut Penelope. Membuat athanasia semakin takut.

"Lucas sialan!." Sejak tadi batinnya terus memberi umpatan pada Lucas yang sudah melemparnya kesini.

"Ah, dan jangan sebar atau beritahu ini ke istana atau kau akan berakhir putri." Setelah mengatakan itu, Penelope menjetikan jarinya dan kemudian Athanasia sudah berada di kamarnya.

Ia menoleh pada Lucas."sudah pulang? Kok kau bisa pulang sendiri?" Tanya Lucas bingung.

Namun Athanasia tidak menjawab, gadis itu langsung terjatuh dan terduduk lemas."tunggu, kenapa dengan kau??" Tanya Lucas bingung."apa anak sih anjing putih itu membuat mu seperti ini?"

Athanasia mendengus kesal. Ia kemudian memukulkan tangannya pada kepala Lucas."sialan kau Lucas, karena mu aku hampir mati!"

"Berjanjilah kau tidak akan melakukan ini lagi!" Ucap Athanasia dengan wajah pucatnya, membuat Lucas kebingungan.

••

Sejak beberapa hari yang lalu, Penelope selalu di samping Izekiel. Mengantisipasi katanya. Ia terus berada di kamar Izekiel hingga malam dan kemudian membacakan buku kepada bocah itu.

Atau tidak seperti sekarang, ia membacakan sebuah buku sejarah kepada anak laki-laki itu.

Namun ketika pertengahan buku, ia di panggil oleh Roger hingga membuatnya harus meninggalkan Izekiel sendiri di ruangan.

Setelah beberapa menit Penelope pergi, suara kencang terdengar dari sebuah tempat cerobong asap. Izekiel langsung menghampirinya dan kemudian menemukan gadis yang beberapa hari lalu jatuh dari langit.

Ia ingat Penelope mengatakan untuk menjauhi gadis itu. Tapi, ia penasaran. Jadilah Izekiel berjalan mendekat pada Athanasia."kenapa anda disini?"tanyanya.

"Ah maaf." Izekiel melihat banyak nya debu kotor di Athanasia. Karena ia anak baik, jadilah ia membantu Athanasia membersihkannya.

Setelah selesai, Izekiel mundur beberapa langkah, terlihat menjauhi."mangapa anda menjauh dari saya?" Tanya Athanasia bingung.

"Karena mama saya mengatakan tidak boleh dekat dengan orang berambut blonde." Jawaban jujur Izekiel membuat Athanasia terkejut.

tok.. Tokk...

Suara pintu berbunyi membuat kedua orang itu panik. Izekiel segera membuat Athanasia untuk bersembunyi.

"Kiel, apakah kau berbicara dengan orang lain tadi?" Tanya Penelope ketika membuka pintu. Namun ia tidak melihat siapa-siapa, hanya anak laki-laki bersurai putih itu sendiri.

Namun, bohong jika Penelope tidak tahu. Ia hanya akan pura-pura tidak tahu. Penelope menyamakan tingginya dengan Izekiel."aku ada urusan dengan Zenith. Kau mau ikut? Ini masalah kalian yang akan pergi ke Atlanta."

"Masalah kami?"

Penelope mengangguk dengan senyuman."benar! Kau tau tempat seragam cantik di ibu kota? Dan buku-buku bahasa dan buku pengetahuan Atlanta. Zenith memaksaku mengantarnya ke sana, apalagi kau tau sendiri ia sedang mempelajari sihir nya kan?"

"Jadi aku akan mengantarnya dan membawanya untuk bersenang-senang. Aku mengajakmu karena besok. Adalah terakhir kita tidur bersama, terakhir aku akan membacakan mu dongeng dan mengajarimu."

Penelope tersenyum sendu."saat kau sudah besar nanti, kau tidak bisa ku timang-timang lagi. Aku sedih sekali."

Izekiel terdiam, matanya berkaca-kaca."aku ikut mama." Ucapnya seraya memeluk Penelope erat.

Berhasil. Diam-diam Penelope tersenyum puas, merasa senang karena akhirnya Izekiel berhasil terbawa.

Manik hijaunya menatap tajam ke arah tempat gadis surai Blonde bersembunyi, membuat sosok yang bersembunyi itu tersentak kaget.

"Ayo... " sepertinya Izekiel melupakan sosol Athanasia, anak itu langsung mengikuti Penelope dengan riangnya.

••

Surai coklat wanita itu terpapar sinar matahari. Senyum cerahnya merekah."ahh akhirnya, keluar juga. Aku sudah bosan di mansion." Serunya dengan semangat.

"Ini mah emang mama yang mau keluar." Batin kedua anak bersamaan. Namun tak menyangkal mereka tersenyum senang melihat senyuman lebar wanita itu.

"Nahh anak-anakku, bagaimana kalau kita berkunjung ke toko itu?" Ajak Penelope ketika melihat sebuah toko makanan.

"Bukannya kita akan ke toko buku?" Bisik Zenith ketika Penelope sudah berjalan terlebih dahulu.

Di sampingnya Izekiel bergidik."entah, kau tau sendirikan bagaimana mama itu?" Ucapnya membuat Zenith mengangguk mengingat.

Pada akhirnya ini bukanlah hari Zenith ataupun Izekiel, ini hari Penelope. Karena wanita itu lah yang bersenang-senang sedangkan dua bocah yang ia bawa hanya mengikutinya. Bohong kalau Mereka berdua tidak menikmatinya.

Mereka senang, sangat senang. Apalagi karena sang ibu tersenyum lebar dan terlihat begitu bahagia. Jarang-jarang mereka melihat nya, apalagi bagi Izekiel yang melihat wanita itu muram sejak 6 tahun lalu.

Penelope hanya tersenyum untuk Izekiel dan Zenith, atau bahkan kepada surat yang katanya dari Kakek Zenith dan Izekiel. benjamin.

"Oh ya, apa ada yang kalian mau?" Izekiel dan Zenith saling menatap, memikirkan apa yang akan mereka mau beli karena sang ibu telah menanyakannya.

Keduanya melirik beberapa toko, sebelum kemudian menunjuk toko yang berisi sebuah pedang."kalian inggin pedang baru?" pertanyaan itu di jawab anggukan keduanya.

Setelah itu, Penelope berjalan memimpin menuju toko yang di maksud. Ketika masuk mereka sudah disambut berbagai pedang dengan ornamen cantik penuh hiasan.

"Ambilah yang kalian mau." ucap sang yang di angguki anggukan semangat keduanya.

Sedangkan Penelope berjalan menuju pemilik toko. Ia mengeluarkan sebuah kertas dan memberikannya kepada pemilik toko."aku tahu kau pasti mengetahui siapa diriku. Aku inggin kau membuat pedang ini, dengan batu sihir orzame."

Pemilik toko melihat kertas yang di beri, ia kemudia mengangguk dan memasukan kertas itu kedalam sebuah toko."saya akan mengabari anda dengan sihir pesan." katanya.

Penelope mengangguk kemudian kembali tersenyum kala anak-anak nya mendekat dan menunjukkan benda yang mereka mau.

"Tolong berikan sarung yang bagus." ucapnya seraya menunjuk barang yang di inggin kan oleh dua bocah itu.

Hari sudah menunjukan gelap, kereta kuda milik Duke Alpheus melewati beberapa hutan gelap. Malam itu suasana begitu sunyi, sebelum kemudian suara kuda terdengar begitu kencang dan melengking.

Insting kuat milik Penelope bangkit,wanita itu melirik tajam pintu kereta kuda. Kereta kuda mereka berjalan begitu cepat membuat semuanya bergoyang.

"AA, ADA APA INI??" teriakan panik Zenith terdengar."PALAKU PUSING TAU JADINYA!!"

"Ka... Kau benar.. " Izekiel menyetujui ucapan zenith, mereka benar-benar tidak bisa.

Sedangkan penelope yang melihat keduanya menatap datar. Memang aneh."apa yang terjadi di luar? Kenapa kudanya bergerak sangat cepat... Seperti.. Di kejar sesuatu."

"AAAA... NONA... LARIII!!"

TBC.

Penelope JUDITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang