𝚌𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟻 : 𝚉𝚎𝚗𝚒𝚝𝚑 𝙼𝚊𝚛𝚐𝚊𝚛𝚒𝚝𝚊

317 44 0
                                    

The say "move on", but you know I won't
-mad woman (Taylor Swift)

3 tahun kemudian...

Kabar bahwa seorang putri cantik yang berasal dari selir terdengar. Seorang putri selir yang tidak punya hak atas istana di namakan dengan nama pewaris kerajaan.

Athanasia De Alger Obelia, putri cantik yang kabar rumornya sudah menyebar.

Dan kini...

3 tahun kemudian lagi..

" Zenith, kamu kemana?" Seorang wanita cantik bersurai coklat dengan mata hijaunya terlihat berjalan di sekitar lorong.

"Haish, kemana anak ini?" Wanita itu menghela nafas pelan, kepalanya pusing karena mencari putri kesayangannya yang tiba-tiba menghilang dari kamar. Entah main kemana ia pergi.

"Mama.. " mendengar suara yang ia kenal, wanita itu menoleh dan menemukan anak laki-laki bersurai putih.

Wanita itu langsung Berjongkok agar menyamai tinggi anak laki-laki itu."Kiel, kenapa kamu kesini sayang? Bukankah kamu sedang belajar?" Tanyanya dengan lembut.

Izekiel, benar. Anak ini adalah Izekiel Alpheus, anak dari Roger Alpheus."mama mencari Zenith kan? Zenith sedang belajar di Ruanganku." Katanya.

Wanita tersenyum terkejut."belajar? Sejak kapan dia suka belajar? Bukannya dia hanya suka berpedang dan melakukan aktifitas yang extrim? Ada apa dengan dia?"

Izekiel menggeleng. Ia tidak tahu, karena ia juga merasakan adiknya sangat aneh. Tidak, ia pernah mendengar dari ayahnya bahwa wanita di hadapannya ini bahkan lebih bar-bar dan tidak tahu malu, melebihi Zenith.

Jadi Zenith hanya mendapat turunan sifat dari orang tuanya. Ingat, buah tak jauh dari pohonnya.

Wanita itu, Penelope Judith. Benar, pemeran utama kita yang kini telah menjadi salah satu bagian keluarga Alpheus yang tersembunyi, alias tidak di ketahui.

Menjad tante dari Izekiel, namun lebih suka di anggap mama oleh bocah laki-laki itu. Lalu Rosalia yang selalu menjadi surat kabar bagi Penelope antara Benjamin dan putri kesayangannya.

"Ayo mama." Izekiel meraih tangan Penelope. Penelope yang mengerti akhirnya menggandeng tangan Izekiel dan berjalan menuju ruang belajar anak laki-laki itu.

Jadi mari pada readersku tersayang. Sudah beberapa tahun sejak kejadian itu, dan dengan sekuat tenaga, Penelope berusaha selamat meski tubuhnya hampir mati.

Dengan kekuatan sihir yang sempat ia pelajari, ia mengetahui cara untuk menampung sihir yang Athanasius berikan. Sihir hitam pada janinnya.

Selama 3 bulan sebelum melahirkan, Penelope mencari banyak peralatan sihir dan menghabiskan waktunya untuk membuat ramuan-ramuan yang entah untuk apa.

Namun hingga akhirnya ramuan itu berguna ketika ia akan melahirkan. Dan lahirlah Zenith dengan kepribadian yang berbeda dari yang di ceritakan.

Zenith putrinya tumbuh menjadi gadis yang dewasa dan tegas, ia juga mewarisi sihir sang ayah, dan di tubuhnya masih terdapat sihir hitam itu.

Dan parahnya, Zenith mempunyai sifat 11-12 dengan Penelope, yakni tidak ada adab.

Kadang rasanya Roger mau mengusir keduanya karena lelah dengan sifat mereka. Rasanya gila ada dua Penelope di rumahnya.

Zenith di usia 4 tahun sudah berlatih berpedang dan lainnya, bahkan ia juga sudah berlatih mengendalikan sihirnya di bantu oleh Penelope.

Ya setidaknya Roger bersyukur juga putranya, Izekiel jadi mempunyai teman dan sosok ibu yang baik. Penelope menjaga Izekiel bak anak sendiri.

"Izekiel, kalau ada orang asing di sekitar taman istana, kau harus mengusirnya! Mengerti!" Bagus, sebuah hasutan jahat sudah keluar dari mulut Penelope.

Ini adalah opsi untuk menghindarkan Izekiel dengan Athanasia dan Lucas.

"Mengapa mama?" Izekiel menoleh kepada Penelope dengan mata bulatnya yang terlihat bingung. Membuat Penelope menahan pekikan gemasnya. Coba saja kalau ia tidak menahan diri, pasti sekarang Izekiel sudah sesak napas karena pelukan gemas Penelope.

Penelope berdehem untuk menyadarkan dirinya sendiri."ehem, tidak apa. Hanya saja ini adalah cara agar kau menjadi orang paling bahagia. Jadi ingat kataku, jangan dekati orang asing apalagi orang yang memiliki ciri khas mata permata!!"

"Seperti Zenith?"

"Kecuali Zenith."

Izekiel menatap bingung."bukankah itu ciri khas kerajaan? Apakah mama ingin aku menghindari putri kerajaan? Atau raja?"

Penelope menggark tengkuknya yang tak gatal."eee, itu benar.. Sih... Yahh intinya turutin saja!" Ucapnya lalu kembali menarik Izekiel untuk berjalan-jalan.

"Ah Izekiel, ayok taman ini!" Penelope kemudian menarik tangan Izekiel ke sebuah taman luas.

Sepertinya kesialan masih mengikutinya bahkan sampai sekarang.

Penelope yang menatap langit merasa ada sesuatu yang akan jatuh. Ketika menyadari bahwa ada sesuatu yang besar akan jatuh, dia mendorong Izekiel menjauh.

"Awas!!" Seruannya membuat Izekiel terkejut, namun lebih terkejut lagi ketika seorang gadis kecil jatuh ke pelukan wanita yang ia anggap ibunya itu.

"Mama!" Izekiel berseru seraya mendekat, dan melihat kedua orang itu yang mematung.

"HAHHH?? ATHANASIA? GAWATT!!" Teriakan panik dalam hati Penelope yang melihat gadis mungil dalam pelukannya.

Ia langsung menurunkannya dengan buru-buru."Izekiel, kembali ke ruanganmu!" Ucapan dingin itu keluar dari mulut Penelope."cepat!!"mata hijaunya menatap Izekiel dengan tatapan memerintah, membuat Izekiel langsung menuruti perintah wanita yang ia anggap ibunya itu.

Ia Lebih takut melihat Penelope marah dari pada sang ayah. Nanti ia tidak akan mendapat pelukan sebelum tidur lagi kalau Penelope marah!!!

Setelah kepergian Izekiel, penelope menatap gadis surai blonde dengan mata pertama yang terlihat menunduk ketakutan.

"Jadi tuan putri, mengapa Anda disini?" Ucap Penelope dengan nada penekanan.

Athanasia menatap takut. Dan sepertinya ia sudah mengenali Penelope sejak tadi.

••

Penelope JUDITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang