Bagian 5

1.6K 65 3
                                    


Detik berganti menit. Menit pun berganti jam. Dan jam pun berganti hari. Tanpa terasa hari ini pun datang. Hari dimana Bayu diizinkan pulang. Namun bukan pulang ke rumahnya, melainkan ke rumah Tante Widya. Wanita yang berstatus sebagai Dokter sekaligus Tantenya ini sengaja membawa pulang Bayu ke rumahnya. Beliau tak tega jika harus membiarkan Bayu kembali ke rumah.

"Bayu, hari ini kamu sudah boleh pulang.. Kamu senang kan ??" tanya Tante Widya. Bayu menganggu semangat diiring senyum di bibirnya. "ii..aa.. aa..uu.. Ee..eeng.." (iya, Bayu seneng..)

"tapi, Bayu pulang ke rumah Tante aja yaa.." Seketika senyuman di bibir Bayu pudar.

"ee..aa..aa ??" (Kenapa ??)

"Tante cuma mau lebih intensif merawat kamu. Tante juga tidak sampai hati kalau harus membiarkan kamu pulang ke rumah orangtua kamu. Tante tau, bagaimana keluarga kamu memperlakukan kamu. Lagi pula kondisi kamu perlu perawatan yang sangat intensif.." Tante Widya membelai lembut rambut Bayu.

"aa..uu.. Aa..u.. Uu..angg.." (Bayu mau pulang ke rumah aja..) Bayu tetap menggeleng tak setuju.

"Bayu dengerin Tante yaa.. Tante sayang banget sama kamu. Kamu tau kan, dari dulu Tante belum diberi anak. Dan Tante sudah menganggap kamu seperti anak sendiri. Tante mau merawat kamu, Sayang.. Tante tidak mau kamu terus menderita dengan tinggal di rumah itu." Mendengar ungkapan Widya, Bayu hanya menunduk.

Jujur saja, Bayu memang sudah cukup lelah dengan perlakuan keluarganya padanya. Tak pernah ada yang mau memperhatikannya ataupun memperdulikannya. Bahkan dia merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri. Diperlakukan berbeda, atau lebih tepatnya diperlakukan layaknya bukan siapa-siapa.

"Aan..ee.. Aa..uu.. aa..ang.. Ann..ee.." (Tante, Bayu juga sayang banget sama Tante...) Bayu mendekap erat Tante kesayangannya.

"ya Allah... Di sisa umurku ini, aku sangat ingin tinggal di rumah. Aku masih ingin bersama keluargaku. Meskipun mereka tidak pernah menganggapku ada, tapi aku sangat ingin berada disisi mereka. Jika memang waktuku akan segera habis, izinkan aku untuk pergi di dalam kehangatan keluarga yang utuh.." batin Bayu sendu. Tatapan pemuda ini tertuju pada wajah ayu Widya yang sangat mengharapkan agar Bayu mau tinggal di rumahnya.

"Tapi, aku tidak boleh egois.. Selama ini, Tante Widya yang udah merawatku tanpa lelah. Tante Widya sudah sangat baik padaku. Setidaknya aku harus membalasnya, meskipun dengan hal kecil ini. Yah, walaupun hanya sebentar sampai waktuku habis.. Aku harus bahagiain orang di sekitarku sebelum Allah membawaku pergi.." Bayu terus membatin lirih.

"Gimana, Bay ?? Kamu mau kan tinggal sama Tante ??" tanya Widya berharap.

"ii..aa,, aa..uu..." (iya, Bayu mau..) Bayu tersenyum kecil.

"makasih ya, Sayang... Tante sayang banget sama kamu, Sayang.." Widya memeluk erat Bayu.

"makasih, Nak.. Tante sangat sayang sama kamu. Tante sudah menganggap kamu layaknya anak Tante sendiri. Tante akan berjuang semampu Tante untuk kesembuhan kamu.. Tante akan berusaha semaksimal mungkin.." Batin Widya memandang wajah Bayu yang masih terlihat pucat. Bibir Bayu pun masih terlihat memutih.

********************

Di ruangan bernuansa serba putih dan berbau obat-obatan ini hanya ada Bayu yang tengah duduk di atas kursi roda yang menghadap ke arah jendela. Pemandangan di luar Rumah Sakit ini memang hanya terlihat langit biru nan cerah. Melihat langit itu mampu membuat Bayu tersenyum tanpa henti mengucap syukur. Bayu bersyukur karena dia bisa melihat indahnya ciptaan Tuhan sampai detik ini.

Bayu sendirian di dalam ruangan ini tak lain karena Widya tengah mengurus semua keperluan kepulangannya dari Rumah Sakit. Seharusnya dia sudah bisa pulang dari 1 jam yang lalu, namun ada hal membuatnya tertunda. Widya harus memeriksa pasien yang baru masuk. Yah, sembari menunggu tantenya itu Bayu menulis sesuatu di satu kertas.

The Most Beautiful Times In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang