Rini yang tidak merasakan ada pergerakan dari Bulan pun segera melepaskan pelukannya, Rini sangat panik karena Bulan sudah pingsan dengan darah yang keluar dari hidungnya.
Di tengah kepanikan Rini ada orang yang baru saja masuk kelas dibuat bingung oleh Rini.
"Aftar tolongin Bulan tar," Aftar yang mendengar itu pun segera berlari menghampiri meja Bulan dan Rini.
"Bulan kenapa Rin?"
"Aku juga gak tau Bulan tiba-tiba saja pingsan dan mimisan." Jelas Rini dengan suara yang bergetar
Aftar pun segera menggendong Bulan menuju UKS yang diikuti juga oleh Rini.
Sepanjang koridor siswa-siswi pada lihatin mereka terutama ke arah Aftar, karena Aftar tidak pernah sama sekali menggendong cewek.
Banyak siswi yang menyimpan iri dan dengki terhadap Bulan karena bisa di gendong oleh Aftar, ya mereka mengetahui bahwa yang digendong oleh Aftar itu adalah Bulan karena melihat Rini yang mengikuti mereka berdua.
Aftar adalah salah satu most wanted di sekolah itu, selain karena wajahnya tampan Aftar juga dikenal dengan sifatnya yang dingin dan cuek, makanya banyak Perempuan yang menggilai sosok Aftar.
Sesampainya di UKS Bulan segera di periksa oleh dokter yang berjaga, Rini dan Aftar menunggu Bulan dengan khawatir.
"Gimana dok keadaan Bulan?" Aftar bertanya dengan khawatir.
Rini memperhatikan Aftar yang sangat khawatir dengan sahabatnya, sangat berbeda karena Aftar tidak pernah terlalu peduli dengan cewek.
"Kondisi Bulan sangat prihatin, penyakitnya sudah sangat parah Bulan harus melakukan pengobatan, keliatannya Bulan tidak terlalu memperdulikan kesehatan nya," jelas dokter panjang lebar.
"Emangnya Bulan sakit apa dok?" Tanya Aftar yang belum mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh Bulan.
Satu sekolah hanya mengetahui bahwa Bulan penyakitan tapi tidak ada yang mengetahui penyakit Bulan itu apa, lagi pula tidak akan ada yang peduli dengan Bulan juga.
Satu-satunya yang tau tentang sakit Bulan hanya Rini sahabatnya dan juga kedua orangtuanya, mereka semua sengaja untuk menutupi penyakit Bulan dikarenakan permintaan Bulan sendiri."Emhhh....." Sebelum dokter sempat memberitahu tentang Bulan, terdengar suara lenguhan dari Bulan.
Dokter segera memeriksa kembali kondisi Bulan, setelah dipastikan Bulan baik-baik saja, dokter itu pun segera pergi sebelum sempat menjawab pertanyaan Aftar.
"Bulan sebenarnya kamu kenapa?" Tanya Aftar lagi yang belum puas karena belum mendapatkan jawaban.
"Aku gak papa tar,"
"Gak papa gimana, kamu sering kayak gini tapi tidak ada yang tau kamu itu kenapa?" Aftar sungguh dibuat bingung dengan kondisi Bulan sendiri.
"Bulan beneran gak papa tar, dia hanya kecapean aja tadi makannya bisa gini," Rini yang melihat Bulan kebingungan pun segera membantu sahabatnya itu menjelaskan ke Aftar.
Walaupun ragu tapi Aftar tidak bertanya lagi, dia memahami bahwa tidak semua harus dia ketahui.
"Ya sudah kalau kamu gak papa, kalau gitu aku balik ke kelas dulu ya, cepat sembuh Lan," pamit Aftar sambil tangannya mengelus kepala Bulan.
"Eh.. Iya tar, makasih ya sudah nolongin aku tadi," Ucap Bulan berusaha tenang buat menutupi perasaan hatinya yang berbunga karena perlakuan Aftar.
"Iya sama-sama," Aftar pun langsung meninggalkan kedua sahabat itu di ruang uks berdua.
"Cieee....Bulan," Setelah Aftar pergi Rini gencar menggoda sahabatnya.
"Apaan sih Rin," Bulan yang digoda oleh Rini pun memalingkan wajahnya untuk menutupi pipinya yang sudah bersemu merah.
"Cie... Cie...yang lagi kasmaran nih," Rini tak henti-hentinya menggoda sahabatnya itu sambil menoel-noelkan pipinya.
"Eh... Enggak ya Rin, bisa stop gak sih Rini," Bulan yang sudah capek dengan olokan sahabatnya itu pun segera menghentikan Rini.
"Iya, iya, tapi kayaknya Aftar beneran suka deh sama kamu Lan," Ucap Rini
"Gak mungkinlah dia suka sama aku, cowok ter famous di sekolah ini masa iya suka sama cewek penyakitan kayak aku," Ucap Bulan dengan raut sedih.
"Gak ada yang tidak mungkin Bulan, kalau dia beneran suka sama kamu dia tidak akan pernah peduli dengan kondisi kamu, lagian juga kamu pasti bisa sembuh kok Bulan yang penting kamu mau berobat dan berdoa," Rini merasa kasihan dengan hidup sahabatnya itu, selama ini Bulan tidak pernah merasa bahagia sedikit pun.
"Aku capek harus berobat dan minum obat terus Rin, karena percuma gak akan pernah sembuh," Keluh Bulan untuk kesekian kalinya dihadapan sahabatnya.
"Percaya pada Tuhan Lan, tidak ada yang mustahil baginya, pasti suatu hari kamu bisa sembuh,"
"Dimana Tuhan itu Rin? Aku selalu berdoa padanya setiap hari bahkan dari aku kecil, tapi Tuhan tidak pernah mengabulkan doa-doaku, aku selalu rajin berdoa, pergi ke gereja, ikut pelayanan, tapi mana tidak ada Tuhan mengabulkan doamu." Suara keputusasaan seorang Bulan akan semuanya.
"Itu yang salah Bulan, kamu melakukan semua itu tidak bener-bener karena kamu percaya pada Tuhan tapi hanya semata-mata karena kamu ingin doa-doa mu terkabul, kalau doamu belum terkabul kamu lantas menyalahkan Tuhan, Tuhan sengaja belum mengabulkan doa-doamu karena Tuhan ingin melihat seberapa kamu yakin dan percaya kepada-Nya," Jelas Rini.
"Tetap saja Rin, gimana aku bisa percaya bahwa Tuhan itu ada jika dia aja tidak pernah menunjukkan keajaiban nya terhadapku," Bulan yang sedang di tengah pergumulannya tidak akan percaya bahwa Tuhan itu ada karena selama ini Bulan tidak pernah melihat keajaiban Tuhan.
Rini yang mendengar itu pun hanya bisa menghela kan napas panjangnya, sebelum kembali berkata
"Bulan dengan kamu masih ada di dunia ini, menghirup udara segar, bisa sekolah dan masih bisa mendapatkan makanan dan tempat tinggal dengan layak itu sudah menjadi bukti bahwa Tuhan masih sayang terhadapmu, bukannya kamu sering membantu para anak jalanan, pengemis, apa itu belum bisa membuatmu bersyukur? Mereka yang buat makan aja susah dan tempat tinggal mereka aja bisa dibilang tidak layak, tapi mereka masih bisa menerima dan menjalankan nya dengan senang hati, karena apa? Karena mereka percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan umatnya menderita, Dia akan mengabulkan doa umatnya jika sudah tepat waktunya," Jelas Rini panjang lebar.
Bulan yang mendengar nasihat sahabatnya itu pun hanya bisa menundukkan kepala merasa tertampar dengan ucapan sahabatnya.
"Ingat Bulan waktu Tuhan bukan waktu kita, waktu kita dengan Tuhan itu berbeda tidak sama," Ucap Rini lagi sambil mengelus kepala Bulan dan membawa Bulan masuk kedalam dekapan nya.
"Iya Rin, makasih ya," Ucap Bulan disela isakan tangisnya.
"Lan kita ini sahabat sudah sepantasnya seorang sahabat saling menasehati, menegur jika salah satunya ada salah dan menguatkan jika salah satunya sedang dalam keadaan terpuruk, semoga kita bisa menjadi sahabat selamanya ya Lan, " Ucap Rini disertai harapannya untuk mereka berdua kedepannya.
Rini melepaskan dekapannya dari Bulan dan segera menghapus air mata yang masih terus mengalir di pipinya Bulan.
"Tetap semangat ya bestinya aku, kamu pasti sembuh kok dan juga jangan suka menyepelekan pengobatan mu itu Bulan, aku mau melihat sahabat ku sembuh," Rini yang berusaha menahan air matanya pun akhirnya luruh juga melihat Bulan yang tidak ada henti-hentinya menangis.
Kedua sahabat itu pun meluapkan kesedihan dan kehancuran mereka dengan saling berpelukan, Rini yang kelihatan tidak ada masalah ternyata menyimpan banyak luka sendirian tanpa mau membagi ke siapapun termasuk ke Bulan sahabatnya sendiri karena tidak mau membuat Bulan makin sakit karena kepikiran dengannya terus.
**********************************
Hanya di cerita ini nanti akan diceritakan bahwa semua manusia pasti ada masalah, tergantung cara kita untuk menyikapi masalah itu sendiri.
Good Bless You
Tuhan Yesus Memberkati🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimana Tuhan itu?
Ficção AdolescenteDimana Tuhan itu? Pertanyaan yang sering kali aku tanyakan pada diriku sendiri, kalau emang bener Tuhan itu ada kenapa Dia diam saja melihat anak kecil ini sakit dan menderita.