urusan mantan - 4b

25 4 0
                                    

Wooseok masuk ke rumah sambil bersiul riang yang dianggap Seungwoo sebagai keajaiban. Biasanya hanya tersenyum setengah hati sejak dipromosikan sebagai supervisor di kantornya. Kebetulan Seungwoo ingin mengajaknya bicara agak serius sehingga mood yang baik bisa jadi pembuka jalan.

"Gimana kantor, Seok?"

"Hai! All good, tadi ada anak baru di kantor. Dia lagi training untuk dikirim ke cabang dua bulan lagi. Kamu masak apa?" tanya Wooseok menghampiri Seungwoo yang sedang merebus spaghetti.

"Yang simpel aja ya? Aku lagi nggak ada ide mau bikin apa buat nemenin kiriman wine dari agency," sahut Seungwoo menyetel panas dari electric stove.

"Wah, dalam rangka apa? Kamu dapat job baru?" kata Wooseok memeluk Seungwoo dari balik belakang.

"Belum, baru mau meeting sama klien besok, brand baru tapi anak perusahaan skincare Jepang. Mereka lagi cari brand ambassador pria."

"Asyik, makan-makan dong kalo goal!"

"Ini juga lagi aku masakin buat kita makan, Sayang," bilang Seungwoo berbalik memeluk Wooseok.

"Makan di luar maksudnya, kita nggak perlu masak. Udah lama nggak dinner di tempat anniversary pertama kita," jelas Wooseok menyandarkan kepalanya ke bahu Seungwoo.

"Hmm, soal itu... aku mau ngomong abis kita makan ya, Sayang?"

Wooseok langsug melepaskan pelukan Seungwoo karena bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh suaminya.

"Pasti ada terms and condition untuk jadi BA-nya kan? Kamu harus tetap single dan jauh dari gosip?"

"Kurang lebih gitu, Sayang," jawab Seungwoo diliputi perasaan bersalah.

"Terserah aja, Woo. Aku nggak bisa komentar apa-apa lagi kalo berkaitan sama pekerjaan kamu. Semua kan berkaitan sama kontrak yang ada dendanya, kalo kamu pikir sebanding ya silakan aja. Aku mandi dulu," pamit Wooseok.

Seungwoo mengembuskan napas panjang karena kecewa terhadap dirinya sendiri yang selalu membuat Wooseok sedih.

***

Wooseok kesal, tapi dia tahu konsekuensinya menikahi Seungwoo sejak lama. Konsistensi dan semangat Seungwoo-lah yang membuatnya kagum terhadap diri pasangannya sehingga mampu membuatnya bertahan hingga saat ini.

"Nggak boleh keras sama Seungwoo, itu pekerjaannya. Dia juga nggak pernah ngelarang kamu untuk meraih posisi tertinggi dalam karier meski harus sering lembur," pikir Wooseok menegur dirinya sendiri.

Wooseok mengembuskan napas dan memutuskan untuk mendengarkan alasan Seungwoo menerima tawaran jadi BA tadi. Dengan langkah mantap Wooseok ke luar dari kamar untuk kembali ke dapur. Perlahan dia mendekati meja makan yang telah ditata oleh Seungwoo.

"Udah kelar sausnya?" tanya Wooseok sambil duduk.

Karena kaget, Seungwoo yang sedang meniriskan pasta tanpa sengaja melepaskan pegangan panci berisi air rebusan sehingga airnya tumpah ke sink dan sebagian menyiram pergelangan tangannya.

"Argghhh....!!"

"Kenapa?" tanya Wooseok berlari mendekati Seungwoo.

"Kecipratan, panas.." desis Seungwoo.

Wooseok menyingkirkan panci dan menyalakan keran kemudian menarik tangan Seungwoo di bawah air mengalir untuk menetralkan suhunya.

"Kamu tumben banget ceroboh," cetus Wooseok agak ngeri melihat gelembung yang mulai muncul di pergelangan tangan Seungwoo.

"Aku kaget, kirain kamu masih lama mandinya," balas Seungwoo membolak-balikkan tangannya di bawah keran.

"Kita ke rumah sakit sekarang. Itu kayaknya bakal melepuh agak parah," bilang Wooseok sembari mengambil kunci mobilnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ekspektasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang