4. Mencoba melamar

345 35 6
                                    

Pagi-pagi sekali Viola melambaikan tangannya ke arah ketiga saudaranya yang akan berangkat kerja dan kuliah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali Viola melambaikan tangannya ke arah ketiga saudaranya yang akan berangkat kerja dan kuliah. Ia tersenyum kecut saat semua orang sudah pergi dan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Kehidupannya sangat membosankan, ia selalu saja sendirian. Dengan dahi yang berkerut ia mengedarkan pandangannya kesekitar, apa yang harus ia lakukan hari ini? Kekacauan apa yang harus ia buat lagi?

Kedua sudut bibirnya seketika tertarik ke atas saat melihat sebuah kain yang ada di sudut taman. Sepertinya ia memiliki ide yang lumayan cemerlang.

***

Seorang gadis dengan gaun putihnya mendarat di sebuah bangunan yang berukuran cukup besar. Ia menatap semua orang yang berlalu lalang di sana dengan senyum lebarnya. Mereka yang ada di sana hanya mengernyitkan dahi mereka heran saat melihat sosok goib tengah tersenyum kearah mereka.

Perlahan gadis itu menyisir rambutnya ke arah belakang, dengan sombongnya ia turun dari atas kereta terbaiknya. Lihat semua orang pasti kagum dan iri dengannya.

Dadanya ia busungkan kedepan, Namun, baru beberapa detik ia kembali mendorong bagian depan dadanya sedikit kebelakang. "Terlalu maju," gumamnya pelan.

"Ayang Jayden!" teriaknya histeris saat melihat sosok yang ingin ia temui akan melangkah masuk ke dalam. Baru saja ia ingin pergi menemui Jayden ia malah terjatuh ke tanah, di karenakan gaunnya yang tersangkut di gerobak yang ia naiki.

Ya, ia datang menggunakan gerobak yang sudah di ikat di bagian belakang motor dan pinggirannya dihiasi oleh bunga kantil.

"Memalukan," gerutunya pelan dan bangkit dari posisi terlungkupnya. Ia menepuk kedua telapak tangannya kemudian dengan cepat menendang gerobak yang ia bawa tadi, baru berlari kecil dengan tertatih-tatih menghampiri Jayden yang sudah memijat pelipisnya pelan.

"Apalagi Vio?" tanyanya dengan frustasi. Ini masih sangat pagi dan titisan makhluk astral itu sudah mengganggu ketenangannya.

Viola tersenyum lebar. "Mau melamar, Om," jawabnya mantap dan mengarahkan telunjuknya ke arah papan bunga yang ia bawa tadi bersamanya. Bukan menggunakan gerobak, bunga itu dibawa menggunakan mobil pick up tukang papan bunga itu.

"Vio jangan gila kamu," tegur Jayden, kini dirinya dan Viola sudah menjadi pusat perhatian sekarang. Ia tidak menyangka gadis itu akan membuat ulah di kantornya.

"Vio emang udah gila, Om. Tapi lagi rawat jalan," sahut Viola dengan cengegesan seraya mengelus lututnya yang sedikit nyeri. sudah dapat dipastikan jika lututnya itu terluka.

"Saya enggak bercanda!" tekan Jayden dengan memasang wajah serius.

"Yaudah ayok ke KUA kalau mau serius," ajak Viola dan meraih telapak tangan Jayden. Tetapi, langsung di lepaskan kasar oleh pria itu.

"Vio!" murka Jayden.

"Apalagi sih om, tinggal nikah doang, gampang kan?" Keluh Viola dengan ekspresi malasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang