P R O L O G ; Sosok Yang Lain

415 33 3
                                    

picture by pinterestwritten ; © bluubearies, 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

picture by pinterest
written ; © bluubearies, 2024

-

Pagi ini cerah, sangat berbeda 180 derajat dengan yang Rana rasakan sekarang. Di bawah permukaan tanah dengan jarak 2 m, yang menjadi alasannya tersenyum, bahagia hingga bertahan, kini telah terpendam dengan sejuta bait doa yang orang-orang lantunkan untuknya. Bunga-bunga bertaburan yang terlihat indah justru membuat Rana semakin banyak meneteskan air mata.

Cincin yang baru tersemat di jari manisnya beberapa minggu yang lalu masih terlihat cantik, bahkan Rana masih mengingat jelas bagaimana janji suci tersebut terucap. Tapi kenapa hal seperti sekarang ini justru terjadi dalam hidupnya? Rana tidak siap dengan perpisahan ini.

Tidak!

Lebih tepatnya Rana tidak akan pernah siap meskipun ia telah mempersiapkan perpisahan lebih dulu. Laki-laki yang menyandang status sebagai suaminya beberapa minggu yang lalu, kini telah berpulang ke pangkuan semesta akibat kecelakaan bus yang laki-laki itu tumpangi.

"Mbak, ayo pulang. Di rumah masih banyak orang."

Adik bungsunya itu tahu betapa terpukulnya sang kakak mendapati berita duka di malam kemarin. Rana bahkan sudah pingsan berkali-kali karena tidak kuat mendengar berita semendadak itu.

"Bentar, Ta. Mbak mau nemenin Mas dulu," ucap Rana pilu.

"Mbak, yang ikhlas ya, biar jalan Mas dipermudah di sana."

Ingin rasanya Rana menjawab, "Masmu laki-laki yang baik, Ta. Sudah pasti jalannya akan dipermudah." Namun Rana sudah tidak cukup punya kekuatan untuk mengucapkan kalimat tersebut.

Di hadapannya tertulis nama Bagaskara Arjuna disertai dengan tanggal lahir dan juga tanggal kematian. Hati Rana rasanya sangat hancur. Dengan siapa lagi ia akan berkeluh kesah, dengan siapa lagi ia akan bercerita tentang hari-harinya serta dengan siapa lagi ia menumpukan hidupnya. Dan masih banyak pertanyaan dengan siapa lagi yang timbul dalam isi kepalanya itu.

Setelah kepergian ibu dan bapak, untuk ketiga kalinya hati Rana hancur sehancur-hancurnya.

-

Pagi-pagi begini, Jagatraya sudah dibikin pusing dengan tingkah ibunda tercintanya. Bagaimana tidak, ketika ia tengah asyik berkelana ke alam mimpi, sang ibu justru berkacak pinggang sembari mengeluarkan sebuah kalimat yang menjadi traumanya akhir-akhir ini.

"MAU SAMPAI KAPAN KAMU MALES-MALESAN KAYAK GINI?! CARI KERJA JAGAT. KAMU MAU JADI PERJAKA TUA KARENA NGGAK ADA YANG MAU NIKAH SAMA KAMU."

Memeluk PiluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang