3. Selamat Datang di Dunia

2 1 0
                                    

Selamat datang di cerita SOFA....

Sebelum membaca, pastikan kalian sudah mengikuti akun ini agar tidak ketinggalan saat Author post part baru. Selamat membaca...


2017

Dua tahun sudah waktu berjalan dengan lambat, Hye Ji tidak mampu lagi menghitung berapa banyak luka lebam, luka goresan, luka dalam yang terdapat di tubuhnya yang semakin kurus. Kini, setelah dua tahun lamanya, perempuan yang baru saja menginjak usia 24 tahun itu hanya bisa berbaring lemah dan bangkit saat dibutuhkan para wanita di sana. Begitulah kehidupannya ketika menjalani drama penjara yang disebutkan oleh Myung Ju.

Semakin hari bibirnya semakin pucat dan pecah-pecah. Tubuhnya dingin hingga warnanya berubah menjadi putih tidak normal seperti porselen, kedua matanya juga memerah dengan kantung mata yang besar. Ia selalu meringkuk di ujung ruangan, berusaha memeluk tubuhnya agar mendapatkan kehangatan dari beberapa benda yang menghalangi sudut itu. Hidup menyedihkan, mati pun belum berani.

"Yak! Kim Hye Ji! Bangun kau!" Myung Ju terbangun dari tidurnya yang panjang, ia kembali pada sosok menyeramkan dengan tubuh berotot tanpa lipatan dimana pun. Matanya selalu terlihat menakutkan seperti ada laser yang menembak dari tatapan tajamnya

Hye Ji dengan sekuat tenaga mencoba mengangkat tubuhnya dari alas tipis yang melindungi kulit agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai dingin.

Tubuh yang lemah hanya bisa membungkuk, ia menghampiri tanpa banyak bertanya.
"Sepertinya... hari ini aku tidak akan kuat untuk memijatmu." Gadis itu berada di ujung kemampuannya, ia bahkan tidak sanggup untuk mengangkat tangannya bahkan membuka kedua matanya dengan sempurna.

Myung Ju menatap dalam diam ke arah gadis lemah tersebut, keningnya mengkerut, jemarinya bergerak maju mundur di dagu, ia mempertimbangkan sesuatu. Dalam hitungan menit kedua matanya menampakkan sorot yang berbeda, seperti baru saja dirasuki penunggu penjara yang tidak kasatmata. Wanita itu bergerak pelan, kedua bola matanya menunjukkan pergerakan yang berbeda, bibirnya bahkan terkatup rapat, sebuah respon yang tidak biasa darinya. Dia berada di ambang keraguan.

Wanita yang memiliki tato salib di pergelangan tangannya itu, mengambil sebuah benda kecil dari bawah kardus cokelat yang tersembunyi di bawah meja kayu. Tangannya menggenggam sebuah silet tajam yang berkarat. Perlahan dia menyambar tangan lemah dan dingin milik Hye Ji, seringaian tipis di bibirnya muncul saat melihat urat-urat berbaris rapi di balik kulit putihnya.

Hye Ji berusaha membuka matanya lebih lebar ketika merasakan sentuhan seseorang, perlahan kesadarannya mulai memudar karena rasa sakit di tubuhnya tidak tertahan lagi.
"Aaa...pa yang akan, kkk...kau lakukan?" ucapnya terbata-bata, ia mencoba untuk menarik tangannya, tetapi genggaman Myung Ju terlalu kuat untuknya yang sudah berada di ujung maut.

Wanita itu menyunggingkan sebelah bibirnya. "Pergilah!" Myung Ju menyayat kasar pergelangan tangan Hye Ji dengan potongan silet berkarat di tangannya. Sayatan silet berhasil membuat cairan merah segar memenuhi lantai ruangan itu. Bayangan wajah datar Myung Ju pun tampak jelas di kubangan darah yang mengalir membasahi sudut itu.

Kedua mata Hye Ji berkaca-kaca meratapi pergelangan tangan yang tersayat dan menghasilkan darah segar. Bibirnya bergetar menahan hawa dingin yang perlahan merambat ke seluruh tubuhnya, rasa sakit perlahan terbawa oleh ketidaksadaran yang menjemputnya. Kini terserah Tuhan, dirinya pasrah.

***

Aroma lilin terapi menuntun jiwaku pada suatu tempat berlatar putih, aku bisa melihat langit bergerak pelan mengikuti setiap langkah. Putih tanpa noda, tanpa orang lain, tanpa benda yang lain, tanpa pemandangan yang lain, hanya warna putih dengan aroma yang perlahan menuntut tubuh ini untuk melangkah lebih jauh. Tidak ada jalan keluar, dan tidak ada tujuan.

SOFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang