7. Cinta yang Hangat

1 0 0
                                    

Halo para pembaca setia SOFA....

Akhirnya Author kembali lagi membawa part terbaru cerita ini. Semoga kalian tetap setiap menunggu cerita ini update part baru ya. Oh iyaaa, bagaimana dengan part sebelumnya? Apakah kalian suka? Apakah cukup menarik rasa penasaran kalian? So... tetap baca cerita ini sampai selesai ya... Happy Reading...




2014

Cinta adalah satu kata yang sulit untuk dimaknai secara sederhana. Bentuk perasaan yang beragam sesekali membuat pipi merona bahkan hingga jantung berdetak tidak karuan. Melihatnya membawa kegembiraan, menyentuhnya membawa ketenangan, memeluknya membawa kehangatan, jiwa dan raga yang dipersatukan oleh perasaan yang menggebu. "Aku bahagia mencintainya."

Hye Ji menatap sepasang sepatu Docmart hitam yang menutupi kedua kaki mungilnya. Ia berdiri di antara para manusia lainnya di pinggir trotoar, menunggu orang-orangan yang berada di tiang sisi jalan itu berubah menjadi warna hijau dan mengizinkan mereka menyeberang. Dress putih selutut ikut menari mengikuti arah angin dan langkahnya yang berirama. Setiap langkahnya diiringi melodi piano Yiruma-When The Love Falls sehingga pijakannya membentuk keindahan. "Aku bahagia berjalan di bawah terang bulan."

Ketika orang-orangan hijau yang berjalan di tempat itu sudah berubah warna menjadi merah lagi, Hye Ji telah sampai di seberang. Cukup berjalan sedikit saja, gadis 21 tahun dengan pipi merona karena blush on merah muda itu telah sampai di tujuannya. Rambut panjang hitam kecokelatan dengan sedikit bergelombang di bagian bawahnya, dibiarkan tergerai begitu saja.

Gemerincing lonceng tua di pintu masuk menyampaikan nada yang tetap selaras ketika pintu kayu bergaya klasik itu dibuka dengan satu tangan. Kafe Ten yang terletak di Apgujeong-dong Gangnam-Gu, Seoul tidak biasanya terlihat sepi tanpa pelanggan satu pun. Hye Ji mematung menatap kekosongan, menyentuh kehampaan, hening tapi tidak membuatnya merinding. Dia mengecek kembali alamat yang diberikan lewat pesan teks di ponselnya 1 jam yang lalu, dan tidak salah.

Gadis itu melangkah masuk dengan ragu, biasanya dia akan disambut dengan aroma roti panggang atau Caramel Machiato yang khas, tetapi kali ini ia hanya menghirup aroma Citrus bercampur dengan aroma pengharum ruangan yang merebak di setiap sudut. Kafe dengan desain interior gaya retro klasik, khas dengan hiasan-hiasan lampau, ditambah lilin-lilin aromaterapi yang memenuhi lantai kafe.

Hye Ji mengikuti cahaya dari lilin-lilin tersebut, dan sampai pada seseorang yang menunggunya di pojok ruang dengan senyuman indah mengalahkan terang bulan di langit malam. "Happy graduation, Baby." Dia bersuara, dan suaranya menggema di ruangan itu dan di hati Hye Ji.

Pria dengan setelan jas hitam datang bersamaan dengan buket bunga mawar di pelukannya, aroma Citrus yang semula samar-samar terhirup kini dapat tercium dengan jelas saat dia mendekat. Aroma tubuh pria itu selalu berhasil menyihir Hye Ji dan merenggut akal sehatnya.

Hye Ji tersipu malu, ia sibuk menyembunyikan pipi merahnya dengan telapak tangan. Kebahagiaan mendapat nilai sempurna saat lulus dari Universitas terkalahkan oleh kebahagiaan saat mendapatkan kejutan istimewa dari sang kekasih. "Aku ingin hidup selamanya dalam kebahagiaan ini."

"Aku punya sesuatu untuk kekasihku yang cantik dan pintar ini," katanya setelah menyerahkan buket bunga mawar itu kepada Hye Ji.

Pria itu berlutut, Hye Ji dapat melihat dengan jelas setiap garis wajahnya yang terbentuk sempurna. Senyuman yang terukir bagai lukisan Tuhan paling indah, selalu membuat gadis itu terpaku tak percaya. "Aku ingin hidup selamanya denganmu."

"Hye Ji-ya, aku ingin hidup selamanya denganmu." Pria itu membuka sebuah kotak cincin berwarna hitam, dan sepasang cincin putih melingkar berdampingan di dalamnya.

Hye Ji mematung di tempatnya, kedua kakinya seakan tertanam di lantai kafe tersebut hingga sulit membuatnya bergerak. Jantungnya berlarian ke sana-kemari kegirangan, dan gadis itu merasa ingin jingkrak-jingkrakan karena kesenangan. Namun, kembali lagi, kedua kakinya seakan tertanam, dan ia membisu.

"Ya, aku ingin hidup selamanya denganmu." Hye Ji membungkuk dan memeluk tubuh pria yang masih berlutut di hadapannya itu. Aroma Citrus semakin menusuk ke dalam indra penciumannya, dan ia menikmatinya. Suara-suara yang mengisi otaknya kini dapat diutarakan jua.

Pria itu jingkrak-jingkrakan, kegirangan, tertawa bahagia, dan ia mencium tangan Hye Ji setelah memakaikan cincin di jari manisnya. Mereka saling bertatapan, menyampaikan rasa syukur atas keberuntungan telah memiliki cinta satu sama lain. Kebahagiaan yang teramat dalam membuat mereka tidak ingin kehilangan selamanya. 






Sekian part ke-7 SOFA, jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote atau comment yaaa. 

See you on the next part.

SOFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang