CHAPTER 4

50 5 2
                                    


[ZERO]

VIOLENCE

Apapun alasannya kekerasan bukan jalan terbaik. Berbicara, mendengarkan, dan mencari pemahaman adalah langkah-langkah yang lebih baik untuk mengatasi konflik. Semoga kita semua dapat berkontribusi untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan harmonis.
___________________
























Ran pulang ke rumah dan segera mendorong Rindo masuk ke kamar. Setelah itu, selama beberapa menit, suara samar terdengar melalui pintu kamar yang tertutup, terjadi lah kekerasan antara kakak beradik tersebut.....

"....hiks-hiks" Rin yang berlutut dan merintih kesakitan setelah dianiaya oleh Ran, ia harus menahan rasa sakit dan menjawab panggilan kakaknya sekaligus.

"Apa kamu tau kesalahanmu?" Tanya Ran lirih.

"..." Rindo mencoba mengingat kesalahan apa yang telah dia lakukan.

Melihat Rin yang tidak juga menjawab, Ran menghela nafas dan mengangkat tangannya untuk menampar pipi Rin.

PLAK!

"Aaaaaahk.....!" Teriak Rin.

Pipi Rindo dan telapak tangan Ran beradu, menimbulkan rasa yang teramat perih.

Merasakan sakit di wajahnya, Rin mengangkat tangannya dan menutupi pipi tempat Ran memukulnya. Pipinya merah dan hangat di bawah tangan kecilnya yang putih, dan air mata mengalir di sana. Ran berjongkok di depan Rin yang menangis tanpa memahami alasannya lalu dengan lembut membelai rambut sang adik.

"Bukankah Rin pernah berjanji pada kakak?"

"N-ni-chan..."

"Pertama." Tanpa menghiraukan tangisan Rin, Ran tetap menanyakan pertanyaannya.

Ketika tidak ada jawaban yang langsung keluar dari mulut Rin, Ran dengan kuat menjambak rambut yang dibelainya, menundukkan kepala Rindo ke bawah.

"Jawab!!" Bentak Ran.

Snif-Snif "...Pertama." Atas desakan Ran, Rin terpaksa memberi kekuatan pada otaknya dan mulai melontarkan apa yang selalu dikatakan kakaknya.

".....Jangan berbohong pada kakak. Kedua, jangan keluar tanpa izin kakak...." Tanpa bicara Ran menekan kepala Rindo hingga menyentuh lantai. Rin mengucapkan janji ketiganya sambil menahan lututnya.

"Aa...a-aku berjanji melihat masa depan adalah rahasia antara aku dan kakak.."

"Benar~ Tapi kenapa kamu mengatakannya pada orang lain?" Sinis Ran.

"Bukankah kamu hanya membantunya keluar dari gang. Tapi kenapa kamu malah berkata padanya kalau kamu berusaha mencari jalan keluar!" Ucap Ran

"Apakah kamu tahu apa yang kakak maksud?" Tegas Ran.

"....h-hiks-hiks...N-ni-chan" Rindo berusaha menjawab dengan susah payah karena pipinya sudah menempel ke lantai, dan lehernya mengalami peregangan paksa.

Ran yang mendengarkan erangan samar Rin, berbalik ketika pintu tiba-tiba terbuka dan menampilkan ayahnya Raiden, sepulang dari pekerjaannya.

"..."

"..."

Raiden dan Ran yang saling bertatapan mengambil tindakan masing-masing. Ran melepaskan tangannya dari memegang kepala Rin, sedangkan Raiden yang mencoba menghampiri Rindo dihadang oleh Ran.

ZERO HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang