Bab 4. Merasa Bersalah

412 83 10
                                    

Dilarang menyalin, meniru, mempublikasikan cerita ini tanpa izin penulis.

.

.

.

Tuan Yun berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sesekali pria paruh baya itu menatap telapak tangan kanannya yang masih menyisakan merah. Tuan Yun merasa sakit di hatinya. Suara tamparan keras itu membuatnya merasa bersalah. Yifei tidak pernah bersikap seperti ini. Putri satu-satunya itu selalu merengek untuk mendapatkan semua yang diinginkannya, tapi kenapa sekarang berbeda?

Berhenti berjalan, Tuan Yun berkacak pinggang lalu mendongak kemudian melirik putra pertamanya, "Apa kau sudah membereskan masalah anak-anak itu?"

Yuning mengangguk. Sejak tadi dirinya hanya menjadi pengamat tanpa mengatakan apa pun. "Keluarga anak-anak itu menggantungkan kerjasama dengan perusahaan kita, jadi tidak ada masalah."

Di tempatnya duduk, Weilong memaki di dalam hati. Selalu seperti ini. Keluarga Zhang selalu menggunakan uang untuk membereskan masalah. Walau begitu, dia merasa bingung oleh perubahan sikap Yifei yang sangat bertolak belakang.

"Sebenarnya, sejak kapan Yifei seperti ini?" Suara Steven menginterupsi. Pertanyaan itu ditujukan kepada Weilong. Diusianya yang ke tiga puluh satu, Steven tengah berada di puncak popularitasnya sebagai seorang penyanyi sekaligus aktor. Selama berkarir, Steven jarang tersandung skandal. Walau ada, skandal itu bukan berasal darinya, tapi dari sang ayah atau Yifei.

Steven merentangkan satu tangannya di atas sandaran sofa. "Apa Yifei sudah diperiksa secara keseluruhan?' tanyanya lagi. "Kenapa tiba-tiba Yifei bisa bela diri? Seingatku, dia babak belur saat bertengkar dengan Nona Mei beberapa waktu lalu." Steven tidak akan melupakan hari itu. Saat skandal Yifei mencuat, Steven tengah mengadakan press konferensi film terbarunya dan terima kasih kepada sang adik, pertanyaan wartawan hari itu hanya seputar Yifei.

"Weilong melapor kepada ayah jika adikmu membantingnya beberapa hari lalu," sambar Tuan Yun, mendengar hal itu, Steven membuka mulut lebar, tapi tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari bilah bibirnya. Tuan Yun menjeda, menggendikkan bahu. "Ayah berpikir laporannya terlalu berlebihan, tapi setelah mendapat laporan dari empat orang tua remaja yang dipukul adikmu serta dua pengawalku, sepertinya Yifei memang sanggup mematahkan leher siapa pun."

Yuning berdiri dari tempat duduknya. "Aku akan memeriksa kondisinya."

"Tidak biasanya kau perhatian terhadap adik-adikmu," sindir Calvin. Dia merupakan anak kelima dari Tuan Yun dan berprofesi sebagai dokter. Namun, sepertinya dia tidak tertarik untuk memeriksa kondisi Yifei saat ini.

Tersenyum miring, Yuning bertanya, "Apa kau tidak penasaran kenapa lantai dua begitu tenang?" Dia menunjuk ke langit-langit. Biasanya Yifei membuat keributan setelah bertengkar dengan siapa pun. Wanita itu tidak akan berhenti sebelum berhasil membuat semua orang sakit kepala.

Mendahului Yuning, adik keduanya sudah berlari menuju lantai dua. Dia juga penasaran kenapa Yifei belum membuat keributan. Menempelkan telinga di daun pintu, Steven berusaha mencuri dengar. Namun, dia tidak mendapat apa pun di sana. Kamar Yifei begitu tenang.

Membuka pintu kamar dengan hati-hati, Steven menjulurkan kepala ke dalam. Pria itu menelan kering setelah pandangannya bersirobok dengan Yifei yang didapati tengah duduk di sofa dekat jendela, membaca buku.

Ada yang salah, pikir Steven. Sejak kapan adik perempuannya membaca buku? Tanyanya di dalam hati.

Menggaruk bagian belakang kepalanya, Steven melangkah masuk lalu menutup pintu di belakangnya, pelan. Ia berdeham pelan. Kesunyian di dalam ruangan itu membuat Steven merasa canggung. Bisa dikatakan ini kali pertama dia berada di dalam kamar Yifei.

Love From The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang