O4

411 54 17
                                    

Jisung menatap Jaemin bingung, "Apa maksudmu? Siapa yang harus kembali ke tempat menyeramkan seperti itu? Aku peringatkan untuk tidak mempermainkan diriku, Jaemin!"

Wajah datar itu diubah menjadi wajah ramah yang penuh kehangatan layaknya saat pertama kali Jaemin dan Jisung bertemu.

"Kau akan tau saat sudah sampai di sana, jadi tunggu saja. Lalu aku harus mengatakan padamu bahwa manusia cantik sepertimu tidak perlu mengkhawatirkan apapun termasuk teman-temanmu! Itu semua adalah pilihan mereka," ungkap Jaemin, senyuman indah yang hangat dia berikan kepada Jisung.

"Jika begitu aku tidak akan ikut," ucap Jisung, dia hanya menggertak Jaemin. Tidak mungkin Jisung meninggalkan teman-temannya dalam bahaya.

Jaemin tersenyum, matanya berkilat merah hanya sekejap sampai-sampai tak seorangpun yang menyadari kilat tersebut.

"Jika kau tidak ikut, maka tidak akan ada seorangpun yang dapat kembali ke rumah mereka!"

Jisung merinding, kalimat Jaemin penuh ancaman hanya saja raut wajahnya nampak begitu hangat. Jisung mulai berpikir bahwa Jaemin adalah seorang psikopat.

"Lagipula aku tahu bahwa Jisungie yang cantik ini tidak akan meninggalkan teman-temannya di dalam bahaya yang sudah menanti mereka di depan mata."

Jaemin tahu bahwa Jisung tidak akan meninggalkan teman-temannya. Jaemin tersenyum lembut kemudian mengambil tangan Jisung yang berada di atas meja.

Jaemin mengelus tangan itu dengan lembut dan mengecupnya layaknya seorang bangsawan pada jaman dahulu. Netra keduanya bertemu, Jaemin lagi-lagi tersenyum namun, senyuman ini terlalu misterius.

"Jangan memikirkan hal-hal aneh yang belum tentu terjadi, aku berjanji padamu tidak akan melukai seorangpun, jika semuanya sudah kembali ke tempat yang seharusnya,"

"Aku pegang kata-katamu, walaupun aku tidak tahu apa benda apa yang harus kembali ke tempat seperti itu,"

Jaemin hanya tersenyum, "Kalau begitu habiskan minumanmu, aku akan mengantarmu pulang!"

"Kau terlalu banyak tersenyum, padahal saat bertemu dengan teman-temanku yang lain kau jarang tersenyum," ungkap Jisung.

Wajah ramah berubah menjadi wajah bengis yang dingin, Jisung akui wajah ini tampan tetapi menakutkan. Lebih baik Jaemin menampilkan wajah ramah yang penuh kepalsuan seperti sebelumnya.

"Apa kah manusia cantik sepertimu tidak menyukai senyumku?"

Nada bicara yang hangat kian berubah, Jisung merasa terintimidasi. Sepertinya dia salah dalam berucap, benar-benar sial.

"Tidak, wajahmu tampan saat tersenyum,"

Ekspresi wajah itu mulai melunak, "Jadi kenapa kau melarang ku tersenyum?"

"Aku tidak melarang mu untuk tersenyum hanya saja kau terlalu sering tersenyum, jika kau terus-terusan seperti itu orang akan berpikir bahwasannya kau jatuh hati padamu,"

"Bukankah itu bagus? Lagipula pikiran mereka benar bahwa aku menyukaimu, kau cantik, jiwamu indah, dan kau memiliki wangi yang memikat. Manusia seperti mu itu sangat langkah,"

"Kau gila, kau bicara seakan-akan kau bukan manusia," ejek Jisung.

Jaemin tertawa, "Sekarang sudah larut malam, ayo pulang! Kau harus istirahat yang cukup agar tidak sakit,"

"Aku bisa pulang sendiri, aku membawa mobil!" Tolak Jisung, hatinya selalu berkata untuk menghindari interaksi dengan Jaemin.

"Tidak, aku saja yang mengantarmu pulang! Supirku akan membawa mobilmu pulang, lagipula bukankah kau sudah mengantuk?"

Jisung heran, "Aku tidak hoam... Kenapa aku jadi mengantuk?" Gumam Jisung pada dirinya sendiri, dia menguap beberapa kali, matanya memberat.

"Kau tidak bisa berbohong, jadi beri tahukan aku alamatmu agar aku bisa mengantarkan dirimu dengan selamat,"

"Di jalan xxxx,"

Jaemin menuntun Jisung menuju mobilnya, kini keduanya sudah berada di dalam mobil.

"Jika kau sangat mengantuk maka tidurlah, aku akan membangunkan dirimu saat sudah sampai!"

Jisung ingin menggeleng tapi secara mendadak matanya memberat, "Tidak aku akan mene..."

Jisung jatuh dalam tidurnya meninggalkan Jaemin yang tersenyum miring, manik matanya kini berubah menjadi merah layaknya batu rubi yang indah, kukunya memanjang dengan warna hitam.

Jaemin menjilat bibir bawahnya yang terasa kering, "Kali ini aku akan mengantarmu ke rumah palsumu, setelahnya aku akan mengantarmu ke rumah kita! Tempat yang seharusnya kau tinggali bersamaku,"

Black Forest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang