03 |

23 12 16
                                    

UNIVERISTAS ISLAM RIAU

" YANG PALING BELAKANG! SEKALI LAGI KAMU BERSUARA TANPA DIMINTA, KAMU AKAN SAYA KASI KETERANGAN ABSEN UNTUK 3X PERTEMUAN DI MATA KULIAH SAYA!! "

Suara pak Gusdur menggelagar memenuhi isi ruangan Fakultas Hukum.
Nafas mereka tercekat, seakan tidak ada pasokan oksigen yang masuk.

Mereka semua menoleh menatap Ramzi yang kini terlihat tegang dengan keringat yang mengucur didahi lebarnya.

Sebenarnya mereka tidak peduli jika Ramzi absen untuk 3x pertemuan. Mereka hanya khawatir dan mencari aman dari amarah pak Gusdur yang bisa saja berimbas pada mereka.

" Maaf, Pak. " Kata Ramzi dengan tangan menggaruk belakang leher yang sama sekali tidak gatal.

Pak Gusdur tidak menjawab permintaan maaf dari Ramzi. Dia hanya memperbaiki posisi kacamata dan kembali duduk.

" Silahkan dilanjutkan. " Titahnya kepada kelompok yang sedang melakukan praktikum serta presentasi di depan.

Kelompok itu terdiri dari Bena, Kaham, Apin, Tresno, Jino dan Tara. Sebelum kembali pada materi akhir, Mereka saling menatap satu sama lain. Mencoba mengurangi tempo detakan jantung yang super cepat karena terkejut.

" Ekhem.. "

" Dalam pasal 32 ayat ( 2 ) UU SPPA, menyatakan bahwa penahanan terhadap anak hanya dapat dilakukan dengan syarat anak telah berumur 14 tahun, atau diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara tujuh tahun atau lebih. Jika masa penahanan sebagaimana yang disebutkan diatas telah berakhir, maka anak wajib dikeluarkan dari tahanan demi hukum. " Selesai menjelaskan, Kaham memberikan kode kepada Bena untuk menggeser lembar kerja dan menampilkan subjek berikutnya pada layar. Karena itu adalah tugasnya sebagai monitoring layar.

Selain menjadi monitoring, Bena juga bertugas menjadi objek pelaku tindakan kriminal, yakni anak dibawah umur yang kini sedang dijatuhi hukum pidana. Awalnya Bena menolak, dia kesal teman-temannya beranggapan bahwa dialah yang paling mungil diantara mereka dan wajahnya masih tergolong baby face. Walaupun itu fakta adanya. Namun saat mendapat iming-iming dari Kaham, tanpa berpikir panjang Bena menyetujuinya.

" UU SPPA memperbolehkan anak yang terlibat dalam tindak pidana untuk mendapatkan bantuan hukum tanpa mempermasalahkan jenis tindak pidana yang telah dilakukan. Sebagaimana tercantum dalam pasal 23 UU SPPA dan juga pasal 23 ayat ( 3 ) UU SPPA. " Ucap Tresno dengan gerakan tangan mengarah pada Bena.

Pak Gusdur menganggukkan kepala, setiap mendengar penjelasan dari kelompok Bena, dia akan menulis dibuku yang menurut mahasiswa itu adalah buku pencatatan amal saleh dan amal buruk mereka selama kelas berlangsung.

" Selain itu, dalam pasal 86 ayat ( 1 ) UU SPPA, menyatakan bahwa anak yang belum selesai menjalani pidana di lembaga pembinaan khusus anak ( LPKA ) dan telah mencapai umur 18 tahun dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan pemuda. " Jelas Jino

" Walaupun demikian, baik UU SPPA dan UU Pengadilan Anak, sama-sama mengatur bahwa penempatan anak di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan dengan menyediakan blok tertentu bagi mereka yang telah mencapai umur 18 sampai 21 tahun. Penjelasan ini terdapat pada pasal 86 ayat ( 2 ) UU SPPA, dan pasal 61 ayat ( 2 ) UU Pengadilan Anak. " Kata Apin dengan pakaian hakim yang entah darimana dia dapatkan. Dan ucapan Apin adalah penutup dari praktek yang telah mereka lakukan.

Tara-pun kembali menjalankan tugasnya sebagai protokoler. Yakni mengakhiri kegiatan praktikum yang disertai dengan presentasi singkat dari kelompoknya.

Tepukan tangan menjadi akhir yang cukup melegakan bagi mereka. Setidaknya praktek yang rasanya seperti uji nyali itu telah selesai mereka lewati.

" Baiklah, bapak rasa cukup sampai disini dulu pertemuan kita. Bagi yang belum sempat praktek, Siap-siap untuk pertemuan berikutnya. " Setelah mengatakan hal itu, pak Gusdur mulai beranjak meninggalkan kelas dengan membawa alat-alat perlengkapan dan juga tas pink kecil yang selalu dia bawa kemanapun.

Anak-anak yang lain mulai beramai-ramai meninggalkan kelas. Berbeda dengan kelompok Bena, mereka memilih untuk mengistirahatkan otak dari gempuran atmosfer yang hampir membuat jantung mereka meledak.

" Buseeet, apakah ini yang dinamakan cinta? " Kaham, Apin dan Tara yang sudah duduk menoleh bingung pada Bena. Cinta? Apa mereka salah dengar?

Seorang Bena mulai berkata cinta?

Untuk memastikan pendengaran mereka, akhirnya Tara kembali bertanya. " Gimana-gimana? "

" Gue deg-degan parah pas berdiri dekat pak Gusdur, apa ini cinta? " Ulang Bena dengan tangan yang masih memegang dada bagian kiri. Sungguh, Tara menyesal karena sudah bertanya.

" Itu bukan cinta. Itu jantung lo lagi edukasi buat ninggalin majikan yang nggak ada otak kayak lo. " Semprot Jino. Posisi duduk yang begitu pas berada dibelakang, sangat memudahkan Jino untuk menoyor kepala Bena.

" Gue aja yang berdiri paling pojok tremor anjir. Masa iya gue tremor karena suka sama pak gundul itu. " Tawa mereka lepas saat mendengar perkataan Kaham.

Pak Gusdur memang Gundul. Makanya setiap kali masuk kelas dia selalu memakai topi hitam kesayangannya.

" Ala siah boy. Siapapun orang yang ketemu sama pak Gusdur pasti ngerasain deg-degan kayak kita. " Mereka mengangguk membenarkan perkataan Apin.

" Lo semua masih ingat nggak? Yang pas si Tresno dihukum suruh hapal pasal. " Bena tertawa melihat wajah masam Tresno yang kini sedang jadi bahan pergunjingannya. Padahal orangnya jelas ada diantara mereka.

" Masih dong. Nggak bakalan gue lupa itumah. " Jawab Apin dengan bangga sambil meninju kecil bahu Tresno.

" Sumpah kalau ingat pas si Tresno dibentak gue kasihan. Tapi pas ingat muka dia, hancur rasa kasihan gue. " Kaham tertawa mengingat Tresno yang dulu.

" Hahaha, iyya weh sanking takutnya muka dia pas itu jadi warna abu-abu "

" Terus matanya merah. "

" Terus dia mau ngomong tapi nggak sampai-sampai soalnya dipotong terus sama pak Gusdur "

" Terus baju dia basah gara-gara keringat, gue yang ada di belakang berusaha buat nahan tawa anjir "

" Lo mah enak dibelakang, lah gue disamping dia. Waktu itu gue gigit lidah buat nggak ketawa gara-gara muka pucat dia dibanjiri keringat "

" Hahaha, terus waktu itu dia sok tegar padahal kakinya udah tremor "

" Mana waktu itu si Bena ketawa untung ketutupan sama suara bogar pak Gusdur "

" Sumpah gue udah nyoba buat nahan tawa. Gue udah nyubit diri sendiri biar bisa nggak ketawa. Pas gue nunduk, gue liat sepatu Tresno basah dan TERNYATA DIA NGOMPOL " Hancur sudah pertahanan mereka saat mendengar perkataan Bena.

Semuanya tertawa hingga terpingkal-pingkal. Bahkan ada yang sudah melantai karena tidak bisa mengimbangi diri.

" Anjirlah, gue ada atau nggak tetap aja jadi bahan gibah kalian " Pasrah Tresno. Sepertinya dia adalah manusia yang ditakdirkan hidup bersama mereka khusus dijadikan target bulan-bulanan. Tapi Tresno tidak pernah marah, karena jujur dirinya juga sangat terhibur. Seperti saat ini, dia ikut menertawakan dirinya sendiri.

To be continued..

BenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang