CHAPTER 6

113 24 3
                                    

Kadang kala, orang bukan tidak ingin menghargai.
Tapi terlambat menyadari.
Bukan tidak cinta. Tapi tidak mengerti bagaimana cinta itu tumbuh.

____________

I (don't) Love You
________________________

♥︎♡♥︎

Jeno sakit. Itu yang ada di keterangan absensi siswa. Jeno juga memberi pesan singkat pada Jaemin jika dia sedang demam.

Jaemin menganggap itu kemungkinan karena perkelahiannya dengan Hyunjin kemarin.

Tapi Hyunjin masih sanggup masuk sekolah meski dengan tampang muka membiru dibeberapa sudut wajah. Entah apa mungkin orang tuanya tidak memeriksa atau melihat itu secara jelas?

Jus persik dan sandwich tuna masih tetap rutin berada di lacinya setiap pagi.

Bebal.

Tapi juga hal itu membuat Jaemin merasakan menghangat dalam hatinya. Diperhatikan oleh seseorang.

Bukan. Jaemin tidak bermaksud tidak menyukai perhatian dari Jeno. Hanya saja, mereka berbeda. Baik Jeno maupun Hyunjin.

Mungkin saja ini awal gejala narsistik? Bisa jadi.

Jam terasa sangat lama. Jika tidak ada yang membuatmu bersemangat. Bukan begitu?

Jaemin menunggu hingga waktu pulang yang sangat membosankan.

Hujan.

Sayang sekali.

Jaemin tidak membawa payung.

Namun tiba-tiba saja sebuah payung terulur dari tangan sepucat vampir. Ujung kukunya berwarna biru. Si manis itu mendongak, melihat siapa yang berbaik hati memberikan payungnya. Begitu tau, yang ada hanya keterkejutan.

“Hyunjin-ah?”

“Kau tidak boleh sampai kebasahan.” Itu yang terdengar sebelum si bibir tebal menjauh dengan bertudung hoodie miliknya.

Bodoh! Kenapa?!

Dasar!

Secepat yang dia bisa, Jaemin menjangkau lengannya. Napasnya yang ngos-ngosan dengan tubuh membungkuk karna kelelahan, tak sia-sia si manis mampu mengimbangi.

Hyunjin menariknya untuk berteduh dibawah pohon. Tangannya mengulur menutupi kepala Jaemin sebab hujan yang mulai deras tak sanggup di hadang dedaunan lebat dari pohon.

“Kenapa tidak dipakai?! Nanti kau sakit.” Ucapnya agak keras. Tapi juga lembut seperti biasa. Hyunjin khawatir kesayangannya ini sakit.

“Bagaimana aku bisa memakainya... sementara kau hujan-hujanan begini?!” kesalnya. Jaemin tidak sejahat itu untuk membiarkan  Hyunjin yang selama ini baik padanya kembali mengorbankan diri.

“Tidak masalah. Hujan cuma air.” Jawabnya enteng. Seolah itu bukan hal yang serius.

“Kalau kau sakit bagaimana?!” Jaemin memarahinya. Pipinya yang menggembung dan bibir mengerucut saat kesal sudah menjadi bagian favorit Hyunjin terlihat.

“Aku tidak akan sakit hanya karena hujan.” Senyumnya terkembang. Biarlah dia menganggap jika Jaemin mengkhawatirkan keadaannya.

Jaemin dengan cepat membuka payung itu. “Berhenti memayungiku. Bajumu jadi basah.”

“Tak-....”

“Berhenti bilang tidak apa-apa! Aku tidak suka orang lain berkorban untukku.” Aku tidak ingin melihatmu terluka, sekalipun aku tidak mencintaimu.

Bila saja begini, Hyunjin berharap Jeno sakit selamanya.

Berpayung bersama dengan orang yang disukai. Sekalipun hanya sesaat. Boleh, kan? Dia berharap. Suatu saat nanti... Jaemin akan menyambut perasaannya dengan tangan terbuka.

Mustahil?
Tidak ada yang tidak mungkin!! Walau masih dalam angan. Setidaknya kebahagiaan itu memberinya harapan.

“Aku takut.”

“Hm?”

“Aku sangat takut jika ini hanya mimpi.”

“Kenapa?”

“Karna kau sangat sulit digapai.”

“Apa aku terlalu melukaimu?” Jaemin menatap sendu. Langkah mereka terhenti. Keduanya saling berpandangan. “Maaf.”

“Aku tidak suka kau meminta maaf.”

“Hyunjin-ah..”

“Ku mohon... jangan menyuruhku untuk berhenti.”
“Setidaknya biarkan sampai aku menemukan orang yang bisa menggantikan perasaanku.”

Jaemin berpikir keras. Lalu akhirnya mengangguk lucu hingga rambutnya ikut bergoyang. Dengan itu, Hyunjin tersenyum

“Terima kasih,
—my Baby Na.”


“Nana-ya!”

Jaemin terkesiap.

Seseorang menghampirinya. Laki-laki yang absen dari kegiatan sekolahnya sudah menunggu.

“J-Jeno ya?” bagaimana ini?

“Tidak pulang bersama Haechan?”

Karna terlalu kaget, Jaemin sampai tidak sadar kekasihnya sudah berada tepat didepannya. Si manis melirik ke arah Hyunjin.

Hilang?

Jaemin melongo. Kemana perginya laki-laki Hwang itu?

“Ada apa?”

“T-Tidak ada.”
“Bukankah Jeno sedang sakit?” Jaemin menatapnya cemas.

“Tidak apa. Jika tidak bertemu, aku akan semakin sakit.” Jaemin menggeleng. Sambil menggeret tubuh kekasihnya masuk kedalam rumah. Dia harus mengomelinya!

Hyunjin yang tadinya lari terbirit bersembunyi dibalik pohon, menatap sayu jendela rumah yang dihuni Jaemin.

“Tidak apa-apa.” kembali meyakinkan diri.

♤♠︎♤
[20/03/24]

♤♠︎♤[20/03/24]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐈 〔D̶o̶n̶ ❜ t̶〕𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang