Bab. 4 : Pembully-an

698 89 2
                                    

Hari ini Solar memutuskan untuk masuk sekolah, apalagi setelah mendapat teguran kemarin. Mau tak mau ia harus bersekolah hari ini, jika tidak mau nama baiknya tercoreng.

Yah ... Sebenarnya Solar sendiri malas sekolah seorang diri tanpa saudaranya. Mengingat ia orang yang populer (katanya), sudah pasti ada beberapa orang yang iri dan berusaha menjatuhkan, andaikan saudaranya tidak ada.

"Tunggu! Bukannya Solar janji mau baca buku bareng Duri hari ini?!" cegah Duri sambil menarik lengan Solar menjauh dari pintu.

"Aku harus sekolah hari ini, nanti kita baca malam saja."

"Ta-tapi Duri ...."

Anak bermanik zamrud itu terdiam sejenak, menatap sedih kepergian si bungsu.

"Tenanglah, aku janji akan segera kembali. Lagipula Tok Aba dan Ochobot akan kembali malam ini."

"Eh? Tok Aba!?"

Duri yang tadi sedih langsung riang kembali seperti semula, termasuk saudaranya yang lain ketika mendengar kabar tersebut.

Dulu ... setelah kepergian sang nenek, Tok Aba memilih tinggal di pulau rintis dan meninggalkan Boboiboy bersaudara bersama orangtuanya di kota Hilir. Tak heran, jika mereka gembira mendengar kabar tadi.

"Baiklah! Duri akan tunggu, tapi janji segera balik ya," ucap Duri dengan senyuman riang khasnya.

"Oh, dan jangan lupa es krimnya!" sambung Blaze penuh semangat.

Gempa yang mendengar hal tersebut segera menasehati sang adik, "Tidak ada es krim hari ini. Kemarin sudah, kan? Gak bagus makan terlalu sering."

"Ayolah ... sehari sekali tidak apa, ya Gempa?"

Meski sudah dibujuk, Gempa tetap bersikukuh melarangnya dan segera menggelengkan kepala sebagai jawaban. Solar hanya bisa tersenyum tipis dan lekas pergi menuju sekolah. Membiarkan Blaze yang tengah berteriak di belakang sambil meminta es krim sebagai oleh-oleh.

.

.

.

.

Byuuur

Air merembes membasahi pakaiannya, rambut dan seluruh bukunya basah semua. Matanya menatap tajam sang pelaku yang menaruh ember air di atas pintu.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Solar yang merupakan korban kejahilan tadi.

Tidak butuh waktu lama, pembully-an terjadi dan apa yang dikhawatirkan Solar menjadi kenyataan.

"Oooh tidak ada. Hanya melakukan uji coba sedikit, kupikir kau pandai dan akan menghindari jebakan itu. Heh— Tapi apaan ini? Rupanya kau hanya seorang anak bodoh," ejek Adudu mulai memanasi suasana.

Sayangnya Solar saat ini tidak memiliki seseorang yang bisa membantunya, sehingga dia harus tetap tenang agar tidak mudah terpancing ucapan seperti tadi.

Temannya masih di luar menjalankan misi dan saudara kembarnya masih belum kembali normal. Karena itu, berhati-hati dan tidak memancing pertengkaran adalah pilihan terbaik baginya.

Ia melangkahkan kaki menuju meja miliknya, sambil terus berusaha mengabaikan keberadaan pembully tadi.

Tujuannya masuk sekolah bukan hanya untuk sekedar absensi, tapi karena dia juga butuh bahan kimia yang ada di lab sains milik sekolah. Ramuannya hampir sempurna, hanya tinggal satu bahan yang tersisa.

Karena itulah, hari ini Solar terpaksa masuk sekolah demi mendapatkannya. Meski ia tau akan berbahaya baginya datang seorang diri, apalagi masuk sekolah yang ada banyak para berandalan bersembunyi.

ABANG SOLAR?! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang