5 🌻

25 13 10
                                    

Sore hari di hari Sabtu, hari dimana Linn bisa bermalas-malasan di rumahnya. Ralu datang kerumah Linn untuk menginap. Linn menyambut Ralu dengan senyum lebarnya.

Mereka berdua menghabiskan waktu bersama, mulai dari melihat bunga-bunga, membaca buku yang dimiliki Linn. Mereka juga menyempatkan untuk bermain bersama dua kucing Linn.

"Lihat ini, Paus, terus itu, Macan." Linn mengelus kucing didekatnya yang berwarna hitam itu lalu menunjuk kucing oranye yang tengah duduk santai di sofa.

"Namanya aneh mirip sama yang punya mereka." Linn yang mendengar ucapan Ralu sontak menoleh dan menatap sinis Ralu.

"Kucingmu punya tatapan sinis mirip kamu," ucap Ralu setelah melihat tatapan kucing oranye milik Linn. Macan– kucing oranye Linn itu menatap Ralu dengan tatapan sinis dari bawah ke atas seolah tengah mengintai.

Linn tertawa kecil memdengarnya, "Macan kurang suka sama orang baru, tapi kalau udah lama kenal pasti bakal deket banget."

Hingga akhirnya, jam setengah delapan malam, Linn dan Ralu memutuskan untuk makan malam bersama.

"Masak bareng, atau pesen?" tanya Ralu pada Linn.

"Ayo masak bareng!" jawab Linn dengan senyumnya.

Ralu mengangguk anggukkan kepalanya, tanda menyetujui pendapat Linn. Mereka berdua berjalan menuju dapur. Linn melihat persediaan bahan di dapurnya.

"Mau buat apa?" tanya Ralu.

Linn tampak berpikir, dia tidak punya ide yang menarik untuk masakan mereka malam ini.

"Rendang?"

"Yang ada kita gak makan hari ini." Ralu memutar bola matanya dengan malas.

"Nasi goreng?"

"Boleh, tapi kamu yang masak."

"Kamu aja yang masak, aku gak bisa," ucap Linn diakhiri dengan tawa canggungnya.

"Mie aja kalau gitu," saran Ralu.

"Ide bagus!"

Linn menuju tempat yang biasanya terdapat persediaan mie, namun di dalamnya tak ada satu pun mie yang terlihat.

"Ralu, mie-nya habis," ucap Linn dengan nada sedih.

Ralu menghela nafasnya, "Udah bener pesen aja."

Mereka pun memutuskan untuk memesan makanan lewat salah satu aplikasi online.

Ide nakal Linn muncul saat mencari makanan di sana. Semoga saja ada diskon besar pada makanan yang akan dibeli mereka, batin Linn dengan licik.

Benar saja, mereka membeli makanan yang pas sesuai dengan selera mereka dengan diskon murah.

Sebenarnya, kenapa Linn tidak menggunakan kekuatannya untuk memunculkan mie atau lainnya? tentu saja karena Linn sering lupa kalau dia punya kemampuan anehnya. Linn lumayan jarang menggunakan kekuatannya itu.

Setelah makanan yang mereka sampai, mereka berdua memakan makanan tersebut bersama-sama di meja makan.

"Rumahmu sepi mirip rumahku."

Linn hanya membalas ucapan Ralu dengan tawa kecilnya.

"Kemana Om Rai sama Tante Arun?" tanya Ralu pada Linn.

Linn tersenyum lalu berkata, "Ayah lagi keluar kota ada urusan."

"Kalau Ibu .... " Linn menatap bingkai foto milik ibunya, disamping bingkai tersebut ada vas bunga berisi tiga tangkai bunga peony putih yang indah.

Ralu ikut menatap apa yang ditatap Linn, Ralu paham apa maksud tatapan Linn.

"Dua bulan setelah kamu pindah entah kemana, ibu kecelakaan," jelas Linn sambil tersenyum kecil dan matanya yang menghadap ke bingkai foto ibunya dengan tatapan sendu.

EDELSTENEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang